Bab 3 : Tidak sesuai ekspetasi

1103 Kata
Harsya datang melihat banyak makanan di atas meja membuat matanya berbinar, Ia belum pernah makan sebanyak ini. Tapi ingat ia jangan terlalu eksaited harus tetap santai seolah ini adalah hal biasa. "kayaknya enak semua nih," ucap Harsya. "Cepat makan." "siap bos," katanya dengan tangan hormat. Tanpa Farrel sadari mulutnya melengkung membentuk senyuman. Harsya melihat wajah Farrel ikut tersenyum, ternyata lelaki ini bisa senyum juga. "Gue baru ingat kita belum kenalan." kata Harsya. Harsya mengulurkan tangannya lalu berkata. "Gue Harsya Alya Kadeejah." Farrel menjabat tangan Harsya "Farrel Dwi Kamil." ucapnya. Farrel memberikan kode, kemudian datang pelayan menghampiri mereka. "Berapa?," tanya Farrel. "Sebentar saya cek dahulu." "Total semuanya 750.500 Rupiah." Harsya terkejut dengan harga yang disebutkan, luar biasa itu bisa dipakai untuk makan 1 bulan, kemiskinan nya meronta-ronta. Farrel memberikan kartu ATM nya, pelayan itu menerima nya lalu mengembalikan lagi kartu dan struk pembayaran. Farrel mengingat nama perempuan itu. "Nama panggilan lo apa,?" tanya Farrel. "Lo bisa panggil gue, Harsya, sha, alya ataupun terserah Lo deh." "Lo mau pulang sendiri atau gue anterin." "Mau nganterin pake apa, kesini aja jalan kaki, gue bisa pulang sendiri ko," ujarnya. "Yaudah terserah." "gue pulang dulu ya, kalo kemalaman bus jarang lewat." Farrel mengangguk Harsya yang matre berkata dalam hati "Padahal gue cuma basa-basi, lumayan kalo dia nganterin, hemat ongkos." Harsya berjalan pergi meninggalkan tempat makan, Farrel diam-diam menyusulnya, tidak ingin diketahui oleh Harsya. Harsya duduk di Halte bus matanya lurus menatap jalanan, ia tak sadar di seberang jalan Farrel memperhatikan nya dari kaca mobil. Bus datang Harsya pun segera naik, Farrel segera menjalankan mobilnya mengikuti bus yang di naiki Harsya. Bus berhenti, Harsya keluar lalu berjalan memasuki gang sempit. Mobil Farrel tak akan masuk ke dalam gang sempit itu kemudian ia memarkirkan nya di pinggir jalan, lalu berjalan mengikuti Harsya. Harsya tinggal di sebuah kos-kosan kecil, sepertinya hanya ada satu ruangan dan kamar mandi. Farrel memperhatikan Harsya melepas sandal nya lalu berjalan masuk ke dalam. Dia mendekat ke arah kosan Harsya, matanya berkeliling melihat keadaan sekitar, beberapa menit kemudian ia pergi meninggalkan tempat tersebut. Harsya keluar dari kamar mandi lalu membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Ring ring.... Ring ring.... suara telepon masuk. "halo bu," ucapannya "Sha tadi ibu panen jagung lumayan banyak" kata ibunya di seberang telepon. "Alhamdulillah bu, harganya lagi naik kan." "Iya untungnya, kata bapak kamu bisa gak pulang dulu sebentar , teteh juga katanya mau ke rumah." "Kayaknya sekarang gak bisa, sebentar lagi juga libur, nanti aku pulang," ujarnya. "Yasudah nanti saja pulangnya, ibu sudah transfer." Mata Harsya berbinar walaupun hatinya merasa tidak enak. "Iya bu, makasih," " kalo gitu ibu tutup ya." Harsya menjawab "Iya bu." Ibu Harsya bernama Lina Maya ia adalah seorang petani jagung di kebun miliknya di Garut. Dan ayahnya bernama Fathur Rahman juga seorang petani jagung. Harsya memiliki satu kakak perempuan bernama Yara Amara, ia telah menikah dengan Nata Syahputra dan memiliki satu anak lelaki bernama Bilal Harist Syahputra, Harsya sering memanggil kakaknya dengan sebutan Teteh. Malam telah berlalu, digantikan oleh cahaya matahari yang bersinar cerah, memancarkan sinarnya dengan gemerlapan di langit biru. Angin sepoi-sepoi pun menerpa tubuh dengan lembut. Harsya berjala menuju gerbang kampus, ia kaget tiba-tiba seseorang memeluk nya dari belakang, kemudian menoleh ternyata Bunga. "Pagi sayang kuh," ucap Bunga. "Orang lagi kasmaran yang gini lebay." Bunga tertawa "Hahaha...." Mereka berjalan beriringan menuju fakultas manajemen. Karena dosen nya mengalami urgent alhasil kelas diundur. Padahal Harsya sudah berangkat pagi agar tidak terjebak macet, akan tetapi kelas malah diundur membuat mood nya rusak. "Delia keluar yu," ajak Harsya. "gass," ucap Delia semangat. Harsya mengajak Delia ke taman kampus agar mood nya kembali bagus setelah menghirup udara segar. "Sha si Devan ngajak balikan?" tanya Delia. "he'em." Harsya sedikit kecewa ternyata Devan memberitahu Delia apa yang akan di lakukan. "Terus lo gimana." "Ya gue tolak lah, ngapain putus kalo mau balikan," katanya, ia tahu sebenarnya delia menyukai Devan sehingga ia melepaskannya. "Pilihan tepat ," ucapnya. Delia memeluk Harsya. Harsya kemudian bercerita tentang kejadian kemarin, tentang ia menjadi obat nyamuk mendampingi bunga lalu bertemu dengan Farrel lelaki tampan dan kaya namun tak membuat nya jatuh cinta pada pandangan pertama padahal ia pencinta lelaki tampan. "Beneran lo ga ngerasa baper sedikit pun?" tanya Delia. "Beneran gue juga gak ngerti." "Waktu itu aja, lo dibantu ngambil buku sama lelaki ganteng yang Lo gak kenal baper sampe beberapa hari," "Massa kali ini dibayarin makan mahal lo biasa aja." "Gue juga bingung." "Baguslah mungkin penyakit mandang fisik dan matre Lo udah sembuh," ucap Delia " Sialan," kata Harsya. Setelah kelas selesai Harsya dihubungi oleh pemilik toko bunga untuk menjaga toko. Harsya bekerja paruh waktu di toko bunga, hari ini meskipun bukan jadwalnya, ia tetap datang. "Sha Kamu jaga toko ya, Amel tidak masuk dia sakit," ujar pemilik toko, yang bernama bu Rini. "Iya bu." sambil tersenyum. "karena hari ini bukan jadwalnya, kamu pasti cape, jam 10 tutup saja ya". "Kalo begitu kunci nya saya bawa saja, besok kan masuk." "iya, kamu bawa saja, jadi saya bisa siangan ke sini," kata bu Rini. Harsya mengangguk, kemudian bu Rini pergi. Harsya duduk di meja kasir, ia melihat jam pukul 16:00 tapi di luar masih terang. Ting.... seseorang masuk. Harsya memperhatikannya, orang itu, berjalan ke arah bunga mawar, kemudian memilih mawar putih kemudian menuju kasir. Orang itu sepertinya masih duduk di bangku SMP , kemudian dia meletakkan mawar putih di meja kasir. " Ini saja?" tanya Harsya dengan senyum manisnya. Orang itu mengangguk. "Harganya 85.000 dek," ucap Harsya ramah. Orang itu memberikan uang 100.000, kemudian pergi. "Ini kembaliannya," kata Harsya. "Ambil saja," ucapnya dingin, lalu berjalan pergi. Harsya tersenyum bahagia, lumayan dia untung 15.000. Dia berharap pelanggan seperti lebih banyak datang. "Mana bunganya," ucap Farrel kepada adik bungsunya bernama Iqbal putra Kamil Kamil, usianya 13 tahun Iqbal menyerahkan mawar putih tersebut. "Tunggu bentar , Fatih masih di jalan," ucap Farrel. Fatih Permana Kamil adik pertama Farrel, ia hanya beda 1 tahun dengan Farrel. Farrel kelahiran 17 Agustus 1998 sedangkan Fatih 20 Februari 2000 . Mobil Pajero berwarna hitam berhenti di depan mereka. Fatih keluar dari mobil tersebut. "Bang ka Layla ada di rumah," jelas Fatih. "Ngapain dia," ucap Farrel heran. Fatih mengangkat pundak, menandakan ia tidak tahu. "Lo bawa Iqbal, nanti gue nyusul," kata Farrel. Fatih mengangguk, kemudian mengajak Iqbal masuk ke dalam mobil lalu pergi. Farrel masuk ke dalam mobil Mercedes Benz GLS-Class berwarna putih miliknya. kemudian pergi menuju suatu tempat. Farrel meletakkan mawar putih di atas nisan yang bertuliskan Rania Hana. Ia duduk di pinggir kuburan ibunya, yang telah meninggalkan dirinya selama 3 tahun. Farrel menatap nisan ibunya kemudian menyentuhnya perlahan, setetes air mata pun jatuh tak bisa ia bendung. "Setelah ibu pergi, ayah menjadi gila," lirihnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN