Bernafas Lega

1008 Kata
"Oh begitu ya," ucap Hafiz mengangguk. "Kalau gitu aku permisi dulu," pamitnya. Cris mengangguk, Hafiz lalu beranjak pergi dari sana dan disaat itu juga Cris langsung bernafas lega. "Untung aja..." ujar Cris lega. Dia lalu beralih menatap Dinda dihadapannya. Cris langsung mengeryitkan keningnya melihat kelakuan Dinda yang tersenyum-senyum sendiri. "Kamu kenapa?" tanya Cris. Dinda menggeleng, "Cie..." godanya. Kini Cris mengerti maksud Dinda. Dia ingin mengomeli Dinda tapi, didetik itu juga Dinda langsung lari dari sana. Dia bahkan sempat memberhentikan langkahnya dan menengok lagi melihat Cris, "Cie..." godanya lagi tanpa suara. Setelah itu, Dinda melanjutkan larinya dan benar-benar pergi dari sana dengan tertawa puas. Cris yang masih duduk di tempatnya merasa sangat kesal tapi, dia tak mengejar Dinda. Cris kembali melihat sapu tangannya yang baru saja dikembalikan Hafiz. Perlahan bibirnya menyunggingkan senyum. *** "Cris, temenin aku dong," ucap Dinda saat mereka baru keluar kelas. Ini adalah kelas terakhir mereka di hari ini. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Dinda dan Cris keluar kelas bersama. "Kemana?" tanya Cris sambil berjalan menuruni anak tangga. "Toko roti, lagi pingin banget donat soalnya. Nanti aku beliin juga deh," ucap Dinda yang merangkul lengan Cris memohon. "Iya..iya," balas Cris menyetujui. "Yes, makasih Criszya," ucap Dinda senang. "Aku bilang ke papaku dulu," setelah mengucapkan itu Cris langsung menghubungi papanya. Dia meminta izin untuk keluar bersama Dinda dan memintanya untuk tidak perlu menjemputnya. Mereka lalu keluar dari kampus bersama. Mereka memilih berjalan kaki karena toko roti yang dimaksud Dinda berada tak jauh dari kampus mereka. Ting.. Sebuah lonceng berbunyi saat mereka masuk kedalam toko roti itu. Bau roti menyerbak ke indra penciuman mereka. Berbagai macam rasa telah siap disajikan dalam lemari kaca disana. Cris dan Dinda langsung berjalan menuju bagian donat. Donat dengan berbagai macam rasa dan warna membuat mata Dinda dan Cris berbinar senang. "Kak, tiramisu satu, cokelat satu, vanila satu red velvet satu ya," ujar Dinda memesan donatnya. Dia lalu beralih pada Criszya. "Ayo pesan Cris, aku yang bayar kali ini," ucap Dinda pada Cris. Mata Cris berbinar senang. Pasahal tadi dia tak ingin memakan donat, tapi setelah masuk kesini, melihat bahkan mencium aromanya Dinda langsung sangat ingin memakan semuanya. "Beneran nih?" tanya Cris memastikan. Dinda mengangguk, "Iya ih, udah cepet pesen sana. Kakaknya nungguin tuh," ujar Dinda gemas. "Oke. Kak, cokelatnya dua ya," pesannya pada akhirnya. "Cuma itu aja? Ga mau lebih? Buat bawa pulang gitu?" tanya Dinda. "Ga usah Dinda makasih, itu aja udah cukup kok," balas Cris. "Oke deh." Mereka menunggu pesanan mereka siap. Selepas itu, Dinda membayar semuanya. Mereka berdua lalu keluar dengan donat di tangan masing-masing. "Ke taman yuk!" ajak Dinda lagi, "Makan donatnya disana aja. Kamu udah izin kan?" lanjut Dinda sambil bertanya. "Iya sudah kok. Ayo deh, udah lama juga ga ke taman," ujar Cris menyetujui. Mereka memilih naik taksi untuk ke taman kota. Beberapa mwnit melalui perjalanan hingga mereka tiba di taman kota. Suasana sore hari memang sangat bagus untuk bersantai di rumput hijau dan bunga-bunga yang harum dan mekar. Bukan hanya mereka yang merasakan hal itu, tetapi semua orang-orang yang ada disini. Ada yang sedang bersantai menikmati waktu luangnya, ada yang sedang berolahraga di sore hari ini karena cuaca yang cukup bagus, ada yang masih sibuk dengan kerjanya tetapi memilih menyelesaikannya di halaman luas ini, dan yang lainnya. Criszya dan Dinda memilih duduk dihamparan rumput hijau. Mereka lalu mengeluarkan donat mereka masing-masing dan memakannya. Tiba-tiba Cris tersedak. "Uhuk, uhuk," Cris terbatuk dan Dinda membantunya menepuk punggung Cris. Dinda mengambil air minumnya dari dalam tasnya dan segera memberikan Cris minum. "Pelan Cris," ucap Dinda karena Cris yang terlalu cepat meminum airnya. Setelah mereda Cris bisa bernafas lega, tetapi mata Cris langsung melihat-lihat ke sekitarnya. "Kenapa sih Cris?" tanya Dinda yang bingung melihat gelagat Cris. "Ada Hafiz," jawab Cris dan mampu membuat Dinda juga ikut terkejut. "Mana?" tanya Dinda sambil ikut mencari-cari keberadaan Hafiz yang dikatakan Cris. "Itu," ucap Cris sambil mengarahkan telunjuknya pada salah satu sosok yang sedang jogging. "Eh iya." Cris langsung tersenyum, "Cool banget sih kalau lagi olah raga," gumam Cris yang mulai meracau karena Hafiz. Dinda jadi menghela nafasnya, "Mulai deh," ujarnya. "Eh.. Eh.. Dia kesini," ucap Cris sambil menepuk-nepuk paha Dinda dan itu membuat Dinda kesal. Cris langsung bersembunyi dibalik tasnya. "Kenapa sembunyi?" tanya Dinda heran. Bukankah justru bagus jika mereka bertemu disini? "Jangan sampai Hafiz ngelihat aku. Kita tuh masih pakai baju ini dari pagi, nanti ketahuan dong kalau belum pulang. Terus nanti badan kita bau keringat gara-gara belum mandi," jelas Cris dengan suara yang dikecilkan. "Ya ampun," ujar Dinda tak habis pikir dengan temannya ini. "Sini!" Cris menarik lengan Dinda dan menyuruhnya untuk ikut bersembunyi dibalik tasnya. Cris sesekali mengintip keadaan. Saat memastikan Hafiz tidak berlari ke arahnya, dia baru berani menampakkan dirinya lagi. "Untung aja," lega Cris. Dinda melirik jam tangannya, "Udah mau malam Cris. Ayo pulang, nanti kamu dicari loh," ujar Dinda memberitahu. "Iya ayo," balas Cris. Mereka lalu membereskan barang dan sampah mereka. Selepas itu, mereka lalu kembali ke jalan dan mencari taksi untuk pulang. "Hei," panggil seseorang dan membuat Cris dan Dinda menoleh bersama untuk melihat siapa orang itu. Betapa terkejutnya Cris ketika tau kalau yang memanggil adalah Hafiz. Orang yang berusaha dia hindari tadi, tetapi kini malah sebaliknya. "Aduh," runtuk Cris dalam hati. "Eh, Hafiz," balas Cris. "Kalian ngapain ke sini?" tanya Hafiz. Cris memutar otaknya, "Ah, lagi jalan-jalan aja kok. Hitung-hitung refresing," jawab Cris. Hafiz melihat ke langit yang sudah akan berubah menjadi gelap. "Sudah mau malam, kalian mau pulang?" tanyanya lagi. Cris dan Dinda mengangguk. "Naik apa?" "Nyari angkot atau naik taksi aja kok," jawab Cris. "Aku antar saja. Maaf bukan ingin bermaksud apa-apa, tapi bahaya jika kalian naik angkot jam segini," jelas Hafiz langsung. "Jangan, tidak usah terima kasih. Kita ga mau ngerepotin kamu," tolak Cris baik-baik. Tapi Dinda sengaja menyenggol pelan lengan Cris. "Engga ngerepotin kok, sudah ayo," ajak Hafiz. Cris dan Dinda lalu bertatapan seolah menyalurkan pikiran masing-masing. "Ya udah deh," putus mereka pada akhirnya. Hafiz mengangguk, "Ayo," ujarnya. Setelah itu mereka berjalan mengikuti Hafiz menuju mobilnya dan mereka segera beranjak dari sana karena hari sudah semakin gelap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN