Kegiatan majlis hari ini pun sudah selesai. Criszya masih berdiam diri duduk ditempatnya sambil memperhatikan orang yang lalu lalang keluar dari masjid. Wanita bercadar yang duduk disebelahnya tadi juga sudah pamit keluar duluan kepada Criszya. Criszya sedang memperhatikan Hafiz yang berada di depan. Hafiz terlihat sedang mengobrol dengan kiayi tua yang membuka kegiatan majlis sebelum Hafiz dan kawan kawannya datang.
Tak terasa Criszya tak berkedip saat memperhatikan Hafiz. Criszya ingin sekali mendekati Hafiz saat ini namun, Criszya masih takut. Criszya takut ditolak mentah mentah oleh Hafiz nantinya. Cris masih berdiam diri duduk di dalam masjid sampai tak sadar kalau Hafiz mendekati dirinya yang sedang terbengong.
"Assalamualaikum," ucap Hafiz kepada Cris. Bukannya menjawab salam dari Hafiz, Cris malah terkejut dan kaget saat melihat sosok Hafiz yang ada dihadapannya sekarang.
"Waalaikumsalam," jawab Cris gugup.
Detak jantung Cris tidak karuan. Ia tidak menyangka kalau Hafiz kini berada dihadapannya. Cris bingung mengapa tiba tiba Hafiz datang menghampiri dirinya. Apa jangan jangan Hafiz sudah tahu kalau selama ini dirinya naksir dengan Hafiz?
"Selamat siang Zya, maaf sebelumnya saya kenal kamu dari teman saya. Saya tahu kamu ini sebenarnya bukan seorang muslimah ya?" ucap Hafiz.
"Maaf yang kamu katakan memang benar. Maaf ya, Hafiz kalau saya sudah lancang rutin menghadiri kegiatan majlis ini," jawab Criszya sambil menundukan kepalanya karena dirinya merasa sangat malu.
Hafiz tersenyum dan tertawa kecil membuat hati kecil Criszya meleleh melihat wajah Hafiz yang tersenyum itu.
"Ngga apa apa, Zya saya cuma mau memastikan aja omongan orang yang sampai ditelinga saya akhir - akhir ini," ucap Hafiz.
"Hafiz aku mau tanya boleh?" ucap Criszya.
"Boleh mau tanya apa?" jawab Hafiz dengan suara lembutnya.
"Boleh ngga sih seorang non muslim sepeti aku menyukai seorang pria muslim?" ucap Criszya dengan suara terbata bata karena gugup.
"Kalau hanya sebatas menyukai atau mengagumi sepertinya tidak masalah. Hanya saja kita tidak boleh berharap lebih seperti berpikiran untuk menikah karena pengahalang antaranya itu adalah keyakinan," jawab Hafiz.
"Seperti itu ya?" jawab Criszya dengan suara pelan karena merasa sedih mendengar jawaban dari Hafiz.
"Tapi mungkin saja bisa jadi jika perempuan itu ingin mengikuti keyakinan suaminya, mungkin ini suatu hidayah yang diberikan oleh Allah," lanjut Hafiz.
Ekspresi Criszya berubah seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Hafiz. Namun sebenarnya Criszya tidak tahu apa yang dimaksud Hafiz tentang hidayah itu. Baru saja Criszya ingin bertanya tentang apa yang dimaksud dengan hidayah, Hafiz malah pamit kepada Criszya untuk pergi karena masih ada urusan katanya.
"Zya aku pamit duluan ya karena masih ada urusan yang harus diselesaikan. Assalamualaikum," ucap Hafiz berpamitan dengan Criszya.
"Iya, Hafiz waalaikumsalam," jawab Criszya.
Mata Criszya terus mengikuti pergerakan menjauh tubuh Hafiz. d**a Criszya tak berhenti berdegup melihat Hafiz. Ia tidak menyangka bisa mengobrol dengan Hafiz tanpa perantara. Karena biasanya Criszya hanya menyampaikan pesan pesan singkat melalui temannya.
Singkat cerita kini Criszya sudah berada di kamarnya. Criszya sedang gelisah akibat kejadian tadi siang. Cris overthingking dengan semua ucapan Hafiz dan mulai berpikir kalau dirinya dan Hafiz tidak akan pernah bisa menyatu akibat keyakinan mereka yang berbeda. Perasaan Cris kini campur aduk disatu sisi Cris merasa senang karena akhirnya bisa berbicara langsung dengan Hafi namun disisi lain Cris merasa sedih karena merasa kalau dirinya dan Hafiz sampai kapanpun tidak akan pernah menyatu.
Tiba - tiba pintu kamar Cris diketuk dan pastinya itu adalah Mama. Cris berusaha menghapus air mata yang hampir saja menetes dipipinya sebelum Mama melihat itu.
"Masuk, Ma pintunya ngga dikunci kok," saut Cris dari dalam kamar.
Mama Cris pun masuk ke dalam kamar dan menghampiri Cris serta ikut duduk disamping Cris. Mama melihat mata Cris yang berkaca kaca. Feeling seorang ibu benar benar sangat kuat apalagi dengan darah dagingnya sendiri.
"Kamu kenapa?" tanya Mama spontan saat melihat mata Cris.
"Hah kenapa, Ma? Cris ngga kenapa napa kok," jawab Cris masih berusaha menutupi kesedihannya hari ini.
"Hmm jangan bohong sama Mama. Coba cerita kamu kenapa? Ada masalah di kampus kah?" tanya Mama lagi memaksa Cris untuk jujur.
Karena Cris menahan tangis, Cris tidak bisa mengeluarkan kata kata dan hanya menggeleng sambil menahan air matanya yang sudah menggenang dipelupuk matanya.
Lalu Mama mengusap lembut kepala Cris yang membuat air mata mengalir dengan deras dipipi Cris. Cris menyenderkan kepalanya dibahu Mama sambil menangis tanpa suara.
"Kalau ada masalah Cris harus cerita sama Mama ya. Masalah itu ngga baik kalau dipendam sendirian. Sekarang Cris cerita apa yang bikin Cris sedih hari ini?" ucap Mama sambil terus mengusap kepala putri semata wayangnya itu.
Karena belum bisa mengeluarkan suara, Cris hanya bisa menangis dibahu Mamanya. Cris takut kalau ia cerita yang sebenarnya Mamanya akan marah walaupun kemungkinan Mama akan marah sangatlah kecil. Namun, masalah kali ini menyangkut dengan perasaan dan keyakinan Cris.
"Kalau kamu belum bisa cerita sekarang ngga apa apa kok. Tapi, Cris harus janji sama Mama bakal cerita semua masalah Cris ya. Mama ngga mau liat anak Mama sedih kaya gini. Oke?" ucap Mama lagi yang mengerti perasaan Cris saat ini. Cris hanya mengangguk dan mempererat pelukannya kepada sang Mama.
Hubungan antara Cris dan Papanya memang sedang tidak baik tapi, Mama selalu hadir dan datang menjadi sosok ibu sekaligus ayah yang terus hangat untuk Cris. Mama selalu menceritakan kebaikan Papa kepada Cris agar hubungan mereka tetap baik. Mama juga selalu menceritakan kebaikan Cris kepada Papa agar Papa bisa memaafkan Cris atas kejadian waktu itu. Walaupun itu adalah bentuk kasih sayang dari Papa untuk Cris, mungkin menurut Cris Papanya terlalu keras dengan masalah kecil seperti ini. Namun, untung saja ada Mama yang selalu mengadu domba dalam hal kebaikan agar keluarganya selalu terasa hangat seperti sekarang.
Karena Cris masih sangat sedih, Mama membawakan makan malam untuk Cris ke kamarnya. Mama memaklumi perasaan Cris dan tidak memaksa Cris untuk makan malam bersama hari ini. Setelah mengantarkan makan malam untuk Cris, Mama langsung keluar dan memberi waktu kepada Cris untuk melupakan kesedihanya dan pastinya Cris juga butuh waktu untuk berdamai dengan kesedihannya itu. Cris melahap makanannya tanpa nafsu makan. Karena mengingat Mamanya yang sudah lelah memasakan makanan untuk dirinya, Cris pun mencoba menghabiskan makanan itu agar Mama tidak sedih karena makananya tidak dihabiskan. Cris sangat sayang dengan Mamanya dan berjanji untuk tidak melukai hati Mamanya.