8. Rumah Bara

1034 Kata
Sepanjang perjalanan menunju rumah Bara yang ada hanya keheningan. Bara fokus menyetir, Lila sendiri lebih suka melihat keluar jendela mobil. Satu-satunya sumber suara yang ada di mobil itu hanya suara radio. Lila tidak tahu harus bicara apa. Dia payah dalam membangun obrolan. Suasananya benar-benar canggung. Dalam kediamannya Lila teringat sesuatu. Dia belum membelikan kado untuk kakak ipar Bara. Astaga... Kenapa dia bisa lupa? Tadi pagi ia tidur panjang sampai siang setelah pulang dari shif kerjanya. Setelah bangun ia sibuk beberes apartemen tanpa kepikiran membeli hadiah. Ini belum terlambat. Setidaknya ia bisa mampir untuk membeli sesuatu sebagai kado. Tidak pantas tidak membawa buah tangan. "Bara." Panggil Lila. "Ya? " Lelaki itu langsung menoleh sekilas kearah Lila. "Apa kita bisa mampir ke suatu tempat dulu? " "Bisa. Memangnya kamu mau kemana? " "Aku lupa belum beli kado buat kakak kamu. " Lila merasa tidak enak. "Nggak perlu Lila. Kamu nggak perlu repot-repot beli kado buat Kak Yuan. Aku juga udah siapin kado juga buat dia. " "Tapi... Tapi aku merasa nggak enak soalnya nggak bawa apa-apa." "Aku yang ngajak kamu, Lila. Jadi kamu nggak usah bawa kado juga. " Salah. Bukan Bara yang mengajaknya tapi laki-laki itu terpaksa melakukannya karena di minta oleh keluarganya. Kalaupun Bara bisa, dia pastinya akan lebih memilih mengajak Hera daripada dirinya. "Tapi tetap aja aku merasa nggak enak karena nggak bawa apa-apa. " Bara melirik wanita yang duduk disebelahnya. Ini pertama kalinya Bara bertemu wanita yang tidak enakan pada orang. Dan hal itu membuatnya teringat pada seseorang yang mempunyai sifat seperti itu. "Nanti tolong berhenti di toko bunga depan, ya. Aku mau beli bunga buat kakak kamu. " Lila kepikiran untuk membeli buket bunga saja. Kalau mencari kado takutnya waktunya terlalu lama. "Oh, oke. " Bara juga tidak bisa melarang niat baik Lila untuk memberikan hadiah. *** Rumah besar itu sudah ramai saat Bara dan Lila datang. Ternyata ada juga keluarga Bara yang lainnya. Kata Bara itu adalah keluarga dari saudara ayahnya. Ayah Bara mempunyai satu saudara sedangkan ibunya anak tunggal. Dan yang menyebalkan Bara tidak bilang jika hari ini tidak hanya ulang tahun kakak iparnya tetapi juga ulang tahun ayahnya yang jatuh di tanggal dan bulan yang sama. "Kenapa baru bilang kalau ayah kamu juga ulang tahun. " Bisik Lila bercampur tidak enak. Bara tersenyum. "Kalau aku bilang kamu pasti beli hadiah buat papa aku, kan? " "Setidaknya aku harus bawa hadiah." "Papa aku lebih seneng kamu datang daripada hadiah kamu. " Ingin Lila memutar bola mata tapi ia tahan. Dan yang membuat Lila kaget adalah Bara yang tiba-tiba menggandeng tangannya. Membawanya mendekat pada keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga. "Eh-eh-eh... Siapa nih yang baru dateng, " Ucap Yuan saat melihat kedatangan Bara dan Lila. Semua orang yang ada di sana langsung mengarahkan pandangan pada keduanya. "Yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, " Kata seorang laki-laki yang tidak Lila kenal. "Udah mesra aja. " Lanjut laki-laki itu. Perkataan laki-laki itu langsung menyadarkan Lila untuk melepas genggaman tangan Bara pada tangannya. Ini sebenarnya salah. Tidak seharusnya Bara melakukan hal itu. Atau jangan-jangan laki-laki itu ingin menunjukkan kepada keluarganya kalau mereka sudah saling sama-sama tertarik. Dan setuju dengan perjodohan ini. "Selamat datang Lila sayang... " Mama Bara menghampiri Lila lalu menyodorkan pipi kiri dan pipi kanannya. "Kamu apa kabar?" "Saya baik tante. Tante sendiri gimana kabarnya?" "Tante juga baik. " "Maaf saya terlambat datang. " "Tidak apa-apa, sayang...! Kamu cantik sekali malam ini. " "Terima kasih tante. " Setelah acara penyambutan itu, Tania lalu memperkenalkan Lila pada keluarganya yang lain. Tak lupa Lila memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Yuan, ayah Bara serta menyapa kakek Bara dan juga kakaknya. "Kak Lila ini dokter, ya? " Tanya Rosa. Sepupu Bara. "Iya, " Jawab Lila. "Dokter apa, kak? Aku juga pengen jadi dokter. " "Kalau kamu mau jadi dokter seharusnya belajar. Bukannya sibuk lihat drakor sama kejar-kejar boyband nggak jelas itu" Sindir Guntur. Kakak Rosa. "Yeee... Suka-suka aku, dong. " Bantah Rosa. "Lagian aku masih masuk peringkat tiga besar di kelas. " "Kamu itu udah kelas tiga. Seharusnya fokus belajar buat kejar cita-cita kamu. " "Sudah makan. Jangan ribut. " Relai mama mereka. Meski diam. Rosa masih menggerutu. Mengingatkan Lila pada dirinya saat seusia Rosa. Ia akan seperti itu saat bertengkar dengan kakaknya. "Kak Lila ambil spesialis apa? " Tanya Rosa lagi. "Spesialis anak. " "Wuiihh, hebat. Kak Bara pintar banget cari calon istri. Udah cantik, pinter, dokter lagi. " "Iya, dong. " Bara membanggakan diri. Membuat semua orang yang berada di meja makan itu tertawa. Berbeda dengan Lila yang berpikir jika acting Bara sangat sangat sempurna. Didepan keluarga lelaki itu terlihat setuju dengan perjodohan ini tapi kenyataanya di belakang mereka semua, Bara masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Kakek, ibu serta ayah Bara senang melihat kedekatan Bara dan Lila. Sepertinya perjodohan yang mereka atur terbilang sukses. Selesai makan malam para perempuan berkumpul di ruang keluarga. Berbeda dengan para laki-laki yang memilih di teras samping rumah. Kakek Bara memilih beristirahat terlebih dahulu karena kesehatannya tidak terlalu baik. Lila merasa sangat di Terima di keluarga Bara. Ibunya, kakak iparnya, tantenya, juga sepupunya begitu welcome padanya. Lila kebanyakan mengobrol dengan Rosa sebab gadis itu banyak bertanya tentang kuliah kedokteran. Yuan sendiri pamit terlebih dulu untuk menidurkan anaknya. Mama Bara dan mama Rosa pergi ke dapur. Rosa sendiri meninggalkan Lila di ruangan itu untuk menerima telepon dari gebetannya. Lila melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan jam sembilan lebih. Ini sudah malam sebaiknya ia harus pulang sebab besok ia ada jadwal jaga pagi. Pandangan Lila tertuju ke lorong yang menghubungkan ruang keluarga dengan teras samping rumah. Dari Sana ia melihat ayah Bara dan saudaranya berjalan kearah tangga. Sepertinya ia harus menemui Bara untuk minta diantarkan pulang. Kalaupun menolak, Lila tidak keberatan jika harus pulang naik taksi atau ojek online. Lila kemudian berdiri dari duduknya untuk menghampiri Bara yang ada di teras samping rumah. Tetapi saat mendekati tempat Bara, langkahnya lambat laun terhenti. Suara percakapan Bara dan sepupunya adalah sebagai alasannya. Dari balik tembok Lila mendengar percakapan kedua laki-laki itu. "Kamu beneran udah siap menerima perjodohan ini? " Lila tahu itu suara Guntur. "Apa aku harus mengulangi jawabanku, " Jawab Bara. "Lila cantik. Sepertinya juga baik. Dia orang yang berpendidikan." Lanjut Guntur. "Terus gimana sama Hera? "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN