9. Brace

1392 Kata
"Semuanya ayo kumpul!" Pelatih futsal—Surya—menyuruh para anggota futsal SMA Trisatya mendekat kepadanya. Masih ada sesuatu yang ingin Surya bicarakan sebelum pertandingan dimulai. Para anggota termasuk Ardaffin mendekati Surya yang berada di pinggir lapangan. "Aelah lemes banget lo," Basraka merangkul pundak Ardaffin. Basraka sedari tadi memperhatikan jalan Ardaffin yang terlihat tidak bersemangat. Sekilas Ardaffin melirik Basraka lalu berdecak. Para anggota kini sudah berkumpul dengan posisi membentuk lingkaran. Mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh sang pelatih. Basraka mengangguk paham setelah mendengar perkataan Surya, laki-laki itu menolehkan kepalanya ke arah penonton yang mulai memenuhi kursi. Pandangan Basraka tertuju kepada seseorang yang duduk di deretan kursi paling atas.Basraka menepuk pundak Ardaffin, membuat sang korban menatapnya penuh tanya. Basraka mengkode Ardaffin agar melihat ke belakang mereka. Ardaffin mengerutkan keningnya, tetapi tetap menuruti perintah sahabatnya. Ardaffin terdiam. Mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan apakah yang dilihatnya benar-benar nyata atau tidak. Masih merasa tidak percaya, Ardaffin mencubit pelan pipinya. Laki-laki itu bisa merasakan rasa sakit, ini bukan mimpi, ini nyata. Dhemayra datang untuk menonton pertandingannya. Gadis itu memakai hoodie kebesaran berwarna cokelat muda, rambut pendeknya yang dicepol dua membuat Dhemayra terlihat sangat imut. Meskipun Dhemayra memasang raut datar tapi itu tidak mengalahkan keimutannya. Hah… Ardaffin jadi ingin membungkusnya ke dalam kantong plastik dan membawanya pulang. Basraka menoyor kepala Ardaffin, "seneng kan lo." Bukan pertanyaan yang dilontarkan Basraka tapi penggambaran tentang kondisi Ardaffin saat ini terlihat seperti orang… you know kan? Ardaffin terkekeh kecil. "Ya iyalah, dodol!" Ardaffin menatap ke arah Dhemayra dengan senyum yang terpatri di bibirnya. Akhirnya Dhemayra menatapnya, pandangan mereka bertemu beberapa saat sebelum gadis itu memalingkan wajahnya menatap Eletha. Ardaffin memandangi gawang sambil tersenyum penuh arti. Ardaffin akan menunjukkan kehebatannya kepada Dhemayra. Lihat saja gadis itu pasti akan terpesona ketika melihatnya bermain futsal nanti. Hahahaha. * * "Papa." Danu menoleh ke samping kiri dan mendapati Ardaffin yang mengenakan baju futsal berwarna biru muda dengan celana pendek putih. Di bagian d**a baju itu ada tulisan 'SMA Trisatya' berwarna hitam. Ardaffin masih belum sempat mengganti pakaiannya. Karena beberapa menit ketika pertandingan selesai, Danu meminta Ardaffin agar keluar untuk segera menemuinya. "Papa udah lama di sini?" Danu menatap ke arah depan, tepatnya pada sekumpulan orang yang entah sedang membicarakan apa. "Nggak juga. Setelah pak Brama ngasih laporan kalau tim futsal kamu menang, Papa langsung ke sini." Ardaffin menunduk. Ternyata masih sama, Danu masih memata-matai nya lewat Brama—orang suruhan ayahnya. Brama hanya bertugas memantau performa Ardaffin saat melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan olahraga bola sepak. Di luar kegiatannya itu Ardaffin bebas dari pengawasan Danu. Setidaknya Ardaffin harus bersyukur karena ayahnya sedikit memberikan kelonggaran untuknya. "Meskipun juara dua, tapi Papa seneng karena kamu udah cetak gol dua kali." SMA Trisatya berhasil meraih juara kedua ketika bertanding melawan sang tuan rumah—SMA Garuda dengan skor 3-4. Danu tersenyum tipis, mengingat Brama yang melaporkan bahwa anaknya itu menyumbangkan dua gol. Padahal dari pertama pertandingan dimulai Ardaffin tidak pernah mencetak gol satu kali pun. Performa Ardaffin saat itu juga mengalami penurunan. Tentu saja Danu sangat bahagia, setelah Brama meneleponnya Danu langsung pergi menuju SMA Garuda tanpa memikirkan berkas-berkas yang menumpuk di meja kantornya. Danu menatap wajah sang putra. "Apa yang membuat kamu menjadi lebih semangat untuk mencetak gol?" Sebenarnya Ardaffin merasa sedikit malu mengatakan kepada Danu bahwa alasannya bersikeras untuk menyumbangkan gol adalah seorang gadis yang disukainya. Ardaffin memutar tubuhnya ke belakang, matanya bergerilya ke seluruh penjuru koridor, berusaha memikirkan alasan yang harus dikatakan kepada Danu. Pandangan Ardaffin berhenti pada satu objek yang selalu berhasil menarik seluruh atensinya. Dhemayra—gadis yang disukainya—berdiri dengan wajah datar, kedua tangannya yang terlipat di depan d**a. Gadis itu sendirian, dua orang yang selalu menemani Dhemayra pergi entah kemana. Tanpa disadari Ardaffin tersenyum tipis. "Dia," Ardaffin berucap dengan mata yang menatap Dhemayra penuh akan rasa sayang. Danu menatap ke arah Ardaffin. Sejenak Danu terdiam dengan alis berkerut, dia siapa? Oh sekarang Danu mengerti. Pandangan putranya itu terus tertuju ke belakangnya, mungkin dia yang dimaksud ada di sana. Pria paruh baya itu membalikkan badannya. Dari tempatnya berdiri, Danu hanya melihat seorang gadis yang berdiri dengan posisi menyampingi mereka. "Cewek yang Ardaf sayang." Laki-laki itu melanjutkan ucapannya dengan penuh keyakinan. Melihat keberadaan Dhemayra di sana membuat Ardaffin yakin untuk mengatakan bahwa gadis itu yang menjadi alasan mengapa ia bersemangat dalam menunjukkan kehebatannya. Danu mengamati penampilan gadis berambut pendek yang di cepol dua itu. Dari samping saja gadis itu sudah terlihat sempurna, apalagi jika dilihat dari depan, pasti sangat cantik. "Dia pacar kamu?" Binar bahagia di mata Ardaffin meredup, mimik wajahnya berubah murung. "Belum." Suaranya terdengar lemah, sarat akan kekecewaan karena masih belum bisa menjadikan gadis itu sebagai kekasihnya. Danu menghembuskan nafasnya, jadi ternyata putranya itu belum mengungkapkan perasaannya. "Kalau gadis itu yang bisa menjadi penyemangat kamu saat bertanding, kamu harus milikin dia." Di perkataan terakhirnya Danu menepuk pundak Ardaffin setelahnya berlalu pergi. Jika gadis itu yang menjadi alasannya, Danu akan membiarkan Ardaffin mengejarnya. Dan jika pria berusia empat puluh tahun itu melarangnya, impian Danu yang belum terwujud mungkin tidak akan pernah terwujud. Sebab gadis itu adalah salah satu sumber kebahagiaan Ardaffin selama menjalani hari-harinya. Danu harus tetap memberikan kebahagiaan kepada anaknya—walau hanya sebatas dukungan—meskipun sedikit. Ardaffin mengepalkan kedua tangannya dengan mata yang masih menatap dalam Dhemayra. * * "Ayo cepetan Tha!" Haira menarik satu tangan Eletha, berusaha membawa gadis itu mendekati para anggota futsal yang berada di salah satu sudut lapangan. Tadi Haira dan Eletha sepakat untuk memberi selamat kepada teman sekelas mereka—Basraka dan Ardaffin tentunya—setelah selesai pertandingan. Tapi apa yang terjadi! Haira sudah berkeliling ke seluruh penjuru SMA Garuda—sampai tersesat—untuk mencari keberadaan Eletha yang tiba-tiba menghilang di telan kerumunan penonton. Untung saja Haira bertemu dengan Dhemayra yang berdiri di koridor, di pinggir lapangan sekolah tepatnya. Dari keterangan yang diberikan Dhemayra, Eletha bersama Vrisya ternyata pergi ke toilet. Eletha diam, mempertahankan tubuhnya agar Haira tidak bisa menariknya. Tangan Eletha juga menarik tangan Dhemayra, jujur tiba-tiba perasaan gugup datang menghampiri Eletha. Gadis itu menyesal telah menyetujui usulan Haina tanpa ragu sedikitpun. Melihat Dhemayra yang ditarik oleh Eletha, Vrisya memegangi tangan Dhemayra. Hal itu membuat tarikan Haira terhenti, tenaga Haira tidak cukup menarik tiga orang yang diam di tempatnya sekaligus. Dengan perlahan Vrisya mendekati tangan Dhemayra yang berada di cengkraman Eletha, menyentak pegangan itu hingga terlepas. Vrisya tak ingin tarikan Eletha malah menyakiti sahabat berambut pendeknya. Saat beban tarikannya berkurang, Haira langsung menarik Eletha tanpa ampun. Karenanya Eletha berteriak samar, satu tangan Eletha yang bebas melambai, berusaha meminta pertolongan kepada dua sahabatnya. Dhemayra melangkahkan kakinya. Namun harus terhenti kala Vrisya menahannya. Alis Vrisya berkerut khawatir, "lo yakin mau ke sana? Banyak cowoknya lho Dhe." Tanpa kata Dhemayra membawa Vrisya, menyusul Eletha yang jaraknya belum terlalu jauh. Eletha merasa ada yang memegang pundaknya, Eletha menatap sang pelaku yang ternyata adalah Dhemayra dan Vrisya disampingnya. Eletha menyenggol lengan Haina, matanya memberi kode agar segera memanggil Basraka yang membelakangi mereka berdua. "Basraka!!" Berkat suara cempreng Haira beberapa anggota tim futsal SMA Trisatya yang sudah berganti pakaian itu memperhatikan mereka sejenak. Basraka melangkah menuju dua orang teman sekelasnya. Alisnya terangkat seolah bertanya. "Kita cuma mau ngucapin selamat buat lo sama Daffin." Haira berucap disertai cengiran. "Selamat ya Bas," kata Eletha dan Vrisya bersamaan. Basraka mengangguk, "makasih ya." Lelaki berkaos hitam melirik ke arah gadis yang sedang cosplay menjadi patung, "lo gak ada niatan buat ngucapin selamat juga, May?" Basraka menaik-turunkan alisnya. "Selamat." Wah parah euy! Basraka sudah mengeluarkan 40 huruf dan Dhemayra hanya mengatakan itu?! Dan Ardaffin malah menyukai gadis duplikat kulkas itu! Basraka memutar bola matanya jengah. Matanya kini memandang Ardaffin yang berjalan mengendap-endap di belakang empat gadis dihadapannya. Sepertinya Ardaffin berupaya untuk menghindari Dhemayra dengan pergi diam-diam. Basraka menyeringai, saatnya menggagalkan rencana sahabatnya. Laki-laki itu mengangkat satu tangannya, menyapa Ardaffin. "Daf!!" Ardaffin berhenti melangkah, melebarkan matanya. Tinggal sedikit lagi Ardaffin sampai di ruang ganti. Laki-laki itu menolehkan kepala dengan kaku, menatap Basraka dengan tatapan penuh permusuhan. Basraka menggerakkan telapak tangannya, "ayo ke sini!!" Dasar teman durjana!! Ini semua disengaja!! Basraka sengaja melakukannya!! Ingin kabur saja rasanya, tapi mau bagaimana lagi keberadaan Ardaffin sudah ketahuan. Mau tidak mau Ardaffin harus menghampiri teman-temannya. Laki-laki masih merasa malu dan canggung saat menatap Dhemayra dari jarak dekat. Ini semua berkaitan dengan Ardaffin yang menolak ajakan Dhemayra. Sungguh aneh. Dhemayra yang mengajak Ardaffin berpacaran, lalu kenapa Ardaffin yang merasa malu dan canggung saat berhadapan dengan Dhemayra? * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN