Setelah Vrisya membuka pintu mobil dan keluar, Eletha juga melakukan hal yang sama dengan gerakan cepat menutup pintu tersebut. Eletha menarik tangan Vrisya, membawa sahabatnya pergi memasuki area sekolah, meninggalkan Dhemayra dan Elthan yang duduk di kursi depan.
Dhemayra diam terkejut, otaknya masih mencerna apa yang terjadi barusan. Matanya tertuju pada dua sahabatnya yang pergi meninggalkannya, menghiraukan Elthan yang meruntuki perbuatan adiknya.
Dhemayra tersadar, otaknya seakan membunyikan alarm bahwa saat ini dirinya tidak sendirian. Dengan gerakan tergesa gadis itu membuka pintu mobil dan menutupnya. Melangkah pergi tanpa ingin berbasa-basi walau hanya sekedar mengucapkan kata terima kasih kepada Elthan yang sudah mengantarnya.
Elthan yang melihatnya mengambil paper bag bergambar beruang cokelat dan bergegas keluar mobil. Berlari mengejar Dhemayra. Elthan memegang lengan Dhemayra, menahannya supaya berhenti berlari, "Dhemayra, tunggu dulu!"
Beberapa murid yang berdatangan terlihat curi-curi pandang memperhatikan mereka berdua. Tentu saja, Dhemayra yang dikenal sebagai perempuan anti laki-laki kini sedang bersama dengan makhluk jantan. Dan yang lebih mengejutkannya lagi laki-laki itu terlihat seperti seorang mahasiswa.
Memang hanya sedikit murid SMA Trisatya yang mengetahui bahwa Elthan adalah kakak dari Eletha.
Dhemayra berhenti, menutup mata meruntuki Elthan yang selalu mengganggu ketenangannya. Gadis itu berbalik, mengerakkan tangannya sebagai tanda agar Elthan melepaskannya.
Dhemayra melipat tangan di depan d**a, menunggu kata yang keluar dari mulut Elthan. Dhemayra memalingkan wajahnya ke samping kiri, matanya memandang tempatnya berpijak.
Elthan menipiskan bibir, apa gadis dihadapannya ini tidak mau untuk sekedar bertanya 'ada apa'? Elthan menarik nafas lalu menghembuskannya, jantungnya berdegup kencang karena berlari dan…
… Karena gadis bercardigan oversize hitam didepannya.
"Ini, punya Eletha ketinggalan," Elthan menyerahkan paper bag yang dipegangnya. Barang berbentuk persegi panjang itu milik Eletha. Sebenarnya adiknya sengaja meninggalkan paper bag berisi baju olahraga agar dirinya bisa berlama-lama dengan Dhemayra.
Elthan menatap Dhemayra, ragu. Situasi yang sangat canggung baginya, apalagi gadis itu seakan tidak menghiraukan keberadaannya. "Bisa tolong di anterin, gak?"
Dhemayra menoleh, bukan menatap Elthan tetapi matanya terarah pada benda yang dipegang oleh laki-laki itu. Dhemayra mengambil paper bag tersebut dan pergi menuju kelasnya.
Elthan menghela nafas, satu huruf yang keluar dari mulut gadis itu harganya mahal sekali. Sepertinya Elthan harus demo ke istana negara bersama teman-teman sekampusnya agar bisa menurunkan harganya.
Lelaki beralmameter cokelat tua itu terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepala, isi pikirannya benar-benar tidak masuk akal.
*
*
"Ternyata lo punya saingan Daf!!" Basraka tertawa terbahak-bahak menghiraukan tatapan Ardaffin yang seakan ingin mengulitinya.
Beberapa murid yang berdatangan memperhatikan mereka berdua dengan berbagai tatapan. Saking kerasnya suara tawa dari Basraka.
Salah satunya tiga siswa yang sedari tadi nongkrong di dekat mereka menatap Basraka prihatin. Basraka yang tiba-tiba tertawa, padahal semenjak laki-laki itu dan Ardaffin datang, mereka berdua tidak berbicara sedikit pun. Basraka sepertinya rada gelo.
Ardaffin menjauhkan wajahnya, air liur Basraka sampai muncrat mengenai wajahnya. Ardaffin duduk di atas motor sport miliknya, mengamati gadis pujaannya yang sedang bersama dengan laki-laki lain dari tempat parkir.
Ardaffin melihat semuanya, sejak awal. Mulai dari Dhemayra yang memasuki gerbang sekolah diikuti dengan seorang laki-laki yang berlari mengejarnya. Sampai pada akhirnya laki-laki itu menahan dan mengajak Dhemayra berbicara.
Tangan laki-laki itu bahkan sempat memegang lengan Dhemayra. Ardaffin saja belum pernah melakukannya! Ardaffin kan juga pengen!
*
*
Ardaffin duduk di bangku, memejamkan mata dengan kedua lipatan tangan sebagai bantalan. Semenjak Ardaffin melihat kejadian Dhemayra pagi tadi, laki-laki itu berubah lemas tak berdaya.
"Woi Daf! Ke kantin yuk!" Basraka menepuk pundak Ardaffin yang menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan mata yang terpejam.
Ardaffin membuka kedua matanya, keningnya menukik, "lo aja deh, Bas." Suara Ardaffin terdengar tidak bersemangat.
Basraka berdecak sebal ketika Ardaffin kembali memejamkan matanya. Basraka heran, hanya melihat Dhemayra bersama laki-laki lain Ardaffin sudah seperti ini. Basraka merasa interaksi Dhemayra dan laki-laki itu normal-normal saja, ya walaupun Basraka sedikit menaburkan micin, sedikit aja loh ini!
Suara derit bangku terdengar, Basraka menolehkan kepalanya ke samping kanannya. Oh iya, Basraka sampai melupakan keberadaan Eletha yang masih ada di dalam kelas.
Bohlam lampu muncul di atas kepalanya, Basraka akan menjalankan sebuah ide licik. Bagi Basraka reaksi Ardaffin masih terbilang belum cukup panas. Dan sekarang Basraka ingin menambahkan kayu bakar agar api Ardaffin menyala.
Basraka berdiri, "Eletha!"
Eletha menoleh, membalikkan badan menghadap Basraka yang kini ada di depannya. "Apaan?"
"Lo mau ke kantin?"
Eletha mengangguk. Eletha mengernyit, tumben Basraka bertanya kepadanya, apa laki-laki itu ingin ke kantin bersamanya? "Kenapa emang?"
Basraka berdehem pelan, "sebelum lo ke kantin, ada yang pengen gue omongin."
"Oh, ya udah. Mau ngomong apa?"
Basraka memasukkan tangannya ke dalam saku celana abu-abu yang dipakainya, menggeser tubuhnya menyampingi Eletha. "Abang lo jomblo kan?"
Eletha mengangguk kaku, heran dengan Basraka yang tiba-tiba membahas Elthan.
"Gue punya kakak sepupu cewek yang seumuran sama abang lo. Gimana kalo kita jodohin mereka berdua?" Semoga kail pancing Basraka bisa membuat Eletha mengambil umpannya.
Eletha menggaruk kepalanya, menatap Basraka tidak enak. "Aduh… gimana ya Bas, masalahnya abang gue udah suka sama orang lain."
Diam-diam Basraka menyeringai, Eletha memakan umpannya. Sejujurnya Basraka tidak mempunyai kakak sepupu perempuan, sepupunya laki-laki semua. Basraka melirik Ardaffin yang masih bertahan dengan posisinya. "Kalau boleh kepo, siapa orangnya?"
Eletha tertawa kecil. "Siapa lagi kalau bukan Dhemayra, sahabat gue yang jomblo dari lahir."
Ardaffin membuka matanya yang terpejam, alisnya menukik tajam. Jadi dia benar-benar memiliki saingan?
"Terus mereka udah jadian?"
Eletha menghembuskan nafas, "ya itu, gue masih berusaha buat deketin mereka." Eletha menatap Basraka, "lo tau sendiri kan gimana cueknya Dhemayra sama cowok."
Basraka mengangguk setuju. "Jadi mereka belum jadian ya," nada suara Basraka mengambang. Basraka memandangi langit-langit kelas, setidaknya sifat Dhemayra yang terlalu cuek kepada Elthan mungkin akan memberikan Ardaffin kesempatan untuk mendapatkan gadis itu lebih dahulu.
*
*
Kring kring
Bel pulang sekolah berbunyi. Koridor yang tadinya sepi seperti tidak berpenghuni kini ramai oleh para murid yang berbondong-bondong keluar dari kelas.
Tiga gadis berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. Di setiap langkah mereka diiringi dengan suara Eletha dan Vrisya yang berbicara. Sedangkan Dhemayra yang berada di samping kanan Vrisya menyimak dalam diam.
Langkah mereka bertiga terhenti saat lima orang siswa yang berpenampilan urakan menghadang tiga gadis itu.
Salah satu dari mereka berjalan maju mendekati mereka, lebih tepatnya Dhemayra. Siswa dengan seragam putih yang tidak terkancing itu menatap Dhemayra seraya memasang senyum terbaiknya, "gue mau minta waktu lo sebentar."
Tanpa diminta tangan Dhemayra gemetar, bulir-bulir keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Perasaan gugup bercampur khawatir menghantuinya, entah apa sebabnya. Dhemayra memegang pergelangan tangan kirinya yang tertutup lengan cardigan hitam dengan erat.
Dhemayra menarik nafas, berusaha menetralkan perasaan gugup yang dialaminya. "Gak bisa," Dhemayra berucap dengan susah payah, suaranya seperti tertahan oleh sesuatu yang ada di tenggorokannya.
Laki-laki itu memutar bola matanya, sudah menduga jika Dhemayra akan mengatakan hal tersebut. Laki-laki itu menarik tangan Dhemayra, berjalan dengan membawa Dhemayra.
Vrisya membulatkan matanya, "lo mau bawa Dhemayra kemana?!" Pekikan Vrisya dihiraukan begitu saja, gadis berambut panjang itu menggeram marah. Lalu memilih berlari mengejar Dhemayra.
Eletha yang dari tadi terdiam ikut menyusul temannya.
Dhemayra memberontak, menggerakkan tangannya agar terlepas dari cekalan orang tidak waras yang membawanya ini. Namun sia-sia, tenaganya dengan laki-laki itu tidak sebanding. Dhemayra hanya pasrah, jika terus dipaksakan itu hanya akan menyakiti tangannya sendiri.
Laki-laki itu membawa Dhemayra ke tengah lapangan yang biasa digunakan untuk upacara bendera. Dhemayra memundurkan tubuhnya saat laki-laki itu melepaskan tangannya.
"Dhe!"
Dhemayra menoleh, matanya melihat Vrisya dan Eletha yang berlari menghampirinya. Dibelakang dua sahabatnya ada empat siswa yang berstatus sebagai antek-antek dari laki-laki dihadapannya.
Vrisya memegang kedua pundak Dhemayra, menatap sahabatnya khawatir. "Nggak apa-apa kan?"
Dengan wajah pucat Dhemayra mengangguk lemas, perasaan itu masih mengganggunya.
Laki-laki itu menatap sekelilingnya, ada para murid yang diam berdiri memperhatikan mereka di koridor. "SEMUANYA AYO KUMPUL!!! GUE MAU NGUMUMIM SESUATU!!!"
Teriakan laki-laki itu mengundang para murid berdatangan ke tengah lapangan, membentuk lingkaran mengelilingi orang-orang yang menjadi perhatian utama.
*
*