Menghukum Violetta

1093 Kata
Leonel terdiam, apa yang dikatakan oleh Zack ada benarnya. Tapi entah kenapa dia merasa butuh seseorang untuk melampiaskan amarahnya. Dan Leonel memilih Violetta, karena kakaknya yang menyebabkan semua kejadian ini. "Aku tau, aku hanya ingin memberi mereka pelajaran. Cari tau nomor ponsel b******n itu, supaya dia melihat apa yang akan aku lakukan pada adiknya itu." "Tapi, Bos. Kenapa nona yang harus mendapatkan hukumannya, bukankah lebih baik kita tunggu pria itu tertangkap?" tanya Zack masih berusaha melindungi. "Diam kamu! Kenapa kamu seperti mau melindunginya? Apa kamu menyukai gadis itu?!" tanya Leonel dengan suara keras. "Tidak, Bos. Mana mungkin saya berani berpikir seperti itu," jawab Zack cepat. "Kalau tidak maka pergi sana, tidak usah campuri urusanku!" Leonel mengusir Zack dan langsung menuju lift, Zack semakin membuat emosinya meluap. Leonel masuk lift begitu pintu terbuka, dia tidak sabar ingin sampai di lantai atas. Begitu sampai Leonel langsung masuk ke kamar sambil membuka pintu dengan kasar, sampai-sampai membuat Violetta dan dua pelayan terkejut. "Kalian keluar dari sini!" tukas Leonel mengusir keduanya. "Baik, Tuan." Keduanya bergegas pergi melihat wajah marah Leonel mereka ketakutan. "Ada apa ini, Tuan?" tanya Violetta bingung. "Kamu tau, siapa yang sudah mengacau tempatku?" tanya Leonel tajam. Violetta yang memang tidak tau apa-apa langsung menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tau, Tuan. Memangnya siapa?" tanya Violetta. "Kakakmu, b******n itu berani mengacau tempatku. Dan aku akan membunuhnya jika sampai menemukannya!" tukas Leonel emosi. "A-apa Anda yakin itu dia, Tuan. Mana mungkin dia seberani itu," jawab Violetta takut-takut. "Kamu pikir aku ngarang? Dia bergabung dengan kelompok Black Master, lalu menyerang tempatku demi menjemputmu. Aku tidak akan memaafkannya," ucap Leonel. "Maaf, Tuan. Anda boleh menghukum dia, tapi jangan membunuhnya. Kasihan dia, Tuan. Selama ini hidupnya cukup sulit, mungkin karena itu dia jadi hilang pikiran. Tolong beri dia satu kesempatan lagi," ujar Violetta memohon apalagi saat mendengar kakaknya berniat menjemputnya. "Oh, sekarang kamu membelanya? Setelah apa yang dia lakukankan padamu, apa kamu tidak dendam sama sekali pada b******n itu?" tanya Leonel memancing. "Bagaimana juga dia adalah kakak saya, apalagi saya tau apa yang dia alami selama ini. Saya memang marah tapi tidak pernah menginginkan dia sampai tewas ataupun celaka," sahut Violetta jujur. Leonel tidak menjawab, dia hanya sibuk memasang kamera dan meletakkannya ke arah tempat tidur di mana Violetta berada. Violetta yang kebingungan dengan apa yang hendak dilakukan Leonel, menatap pergerakan pria itu. Sampai akhirnya Leonel berdiri di depan Violetta dan membuka gespernya, membuat Violetta mundur dan menjauh. "Mau... mau apa Anda, Tuan?" tanya Violetta takut-takut. "Memberikan hukuman padamu, lalu mengirimkan videonya pada kakak brengsekmu itu. Aku lihat kalian saling menyayangi, mungkin dengan begini aku bisa mengancamnya untuk menyerahkan diri. Kemarilah jangan semakin membuatku marah!" sahut Leonel tajam. "Ampuni saya, Tuan. Tolong jangan sakiti saya, maaf kalau saya sudah membuat Anda kesal. Jangan pukul saya," ucap Violetta dengan kedua tangan mengatup. "Mendekat dan berbalik!" bentak Leonel. Dengan perasaan takut, Violetta menuruti keinginan Leonel. Dia tau saat ini tidak ada yang bisa membuat pria itu menghentikan aksinya, Violetta hanya bisa pasrah jika harus menahan rasa sakit karena cambukan gesper Leonel. Leonel membuka pakaian Violetta, membiarkan tubuh mulus itu hanya tertutup bra. "Awww!" pekik Violetta. Suara lecutan pertama yang berlabuh di punggung Violetta terdengar begitu nyaring, diiringi suara teriak kesakitan Violetta. Tidak hanya sekali, Leonel kembali mencambuk punggung Violetta. Air mata turun tanpa bisa di tahan, rasa sakit di tubuh dan hatinya berkali-kali lipat. Lagi-lagi dia harus menerima akibat dari perbuatan kakaknya, meskipun dia tidak membencinya tapi Violetta merasa kecewa. Andai kakaknya tidak berulah, mungkin dia tidak harus merasakan rasa sakit itu. "Ampun, Tuan. Sudah cukup saya sudah tidak kuat," ucap Violetta memberanikan diri setelah pecutan kelima berlabuh. "Ini adalah akibat dari perbuatan kakakmu dan kamu jangan sesekali membela pria b******k itu di depanku. Aku akan memberikan video ini padanya, agar dia menyerahkan diri sebelum aku melakukan hal lebih kejam padamu." Leonel langsung mendekati kamera dan mematikannya. "Tolong jangan lakukan itu, Tuan. Maaf kalau saya sudah membuat Anda kesal," ucap Violetta mengejar dan berlutut di depan Leonel. "Menyingkir, sebelum aku semakin murka. Jangan sampai aku membunuhmu karena kamu tidak mendengarkanku!" tukas Leonel seraya memegang rahang Violetta dengan kuat. "Aww, am-ampun, Tuan." Violetta masih berusaha meminta maaf agar amarah Leonel surut. "Menyingkirlah," ucap Leonel dengan suara lirih. Violetta akhirnya menyingkir dari depan Leonel, pria itu langsung mengambil kamera dan keluar dari kamar. Violetta langsung menangis sejadinya, rasa takut jika sampai kakaknya benar-benar dibunuh Leonel melebihi rasa sakit di punggung dan rahangnya saat ini. "Kak Brian, kenapa kamu lakukan ini. Kenapa berusaha membebaskanku, kenapa tidak biarkan saja aku di sini. Agar rasa sakitnya tidak seperti ini, jika kakak sudah menukarku dengan hutang-hutang kakak. Maka biarlah aku tau sampai di sana, agar aku tau siapa yang patut aku benci dan salahkan. Kenapa muncul dan mengacau di sini," ratap Violetta masih dalam posisi berlutut dan menangis. Sementara itu, Leonel keluar dari kamar dan langsung menuju ke ruang kerjanya. Zack yang memang menunggu di lantai dua langsung mengikuti Leonel, dia tidak tau apa yang sudah dilakukan Leonel pada Violetta. "Suruh pelayan ke kamarku dan mengobati perempuan itu, kamu edit dan kirim video ini pada b******n itu! Gunakan ponsel sekali pakai," ucap Leonel dan melempar kamera pada Zack. "Baik, Bos." Zack hanya bisa patuh, tidak ingin memancing kemarahan Leonel pada saat ini. Leonel langsung menghempaskan tubuh di kursi kerjanya, matanya terpejam dengan posisi kepala mendongak. Zack sendiri langsung mengambil laptop setelah menelpon pelayan, lalu menyambungkannya dengan kamera. Dia melihat rekaman yang di ambil oleh Leonel dengan kamera itu, ada rasa iba di hati Zack. Apalagi Violetta sebenarnya tidak salah apa-apa, tapi lagi-lagi harus menerima rasa sakit karena perbuatan kakaknya. "Semoga Anda baik-baik saja nona, saya tidak tega melihat Anda harus tersiksa bukan karena kesalahan Anda sendiri." Zack hanya berani membatin, sambil melihat video itu. Zack mulai mengedit video, agar wajah Leonel tidak terlihat jelas. Lalu dia mengirimkannya ke ponsel, sebelum dipindahkan ke ponsel sekali pakai agar tidak bisa dilacak jika itu di kirim olehnya. Zack bersikap hati-hati, karena tidak mau sampai polisi ikut campur. "Sudah saya lakukan apa yang Anda perintahkan, Bos." Zack melapor pada Leonel sambil menunjukkan video yang sudah diedit. "Hem, ya sudah pergilah aku ingin sendirian. Sebaiknya kalian segera mendapatkan informasi kenapa b******n itu bisa bergabung dengan kelompok Black Master," ucap Leonel kembali menyandarkan punggungnya. "Baik, Bos. Akan segera saya beritahu jika kita sudah mendapatkan informasi," jawab Zack. Zack keluar dari dalam ruang kerja Leonel, dia yang hendak berjalan ke arah lift mengurungkan niatnya lalu berbalik menuju tangga. Zack ingin berjalan di tangga sambil menenangkan diri, dia masih merasa tidak tega pada Violetta tadi. Dia takut jika terlalu terlihat maka bosnya akan berpikir yang tidak-tidak padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN