29. Disgusting but Fun

1279 Kata
“Dia pria sialan k*****t itu, Len.” Kirana tiada henti kembali berucap. “Apaan sih. Kamu kalau mabuk suka gitu deh. Ayo, ke atas sekarang.” “Tunggu!” bentak wanita itu. “Lo liat dulu ini.” Wanita cerewet itu meraih kerah jaket Jonathan. Membuat lelaki itu terpaksa menegakkan badannya. “Ini dia. Cowok set^n yang lo ceritain kemarin, Len.” DEG Jonathan merasa kalau jantungnya baru saja berhenti berdetak. Meninggalkan sesuatu yang sangat nyeri di sana. ‘Cowok set^n?’ batin Jonathan. Sementara wanita berambut cokelat bergelombang di depannya tampak membeku. Mata bulatnya membesar memandang lelaki di depannya. Mulutnya berkedut. Ingin sekali ia berucap memanggil nama pria itu. Namun, ada sesuatu yang seolah menahannya. Membuat gadis itu tetap diam. “Dia orangnya, ‘kan Len? Jawab gue!” bentak temannya. Dia masih menyandera tangan Jonathan dan jari telunjuknya tak berhenti menghakimi Jonathan. Detik seperti berhenti berpindah. Teriakan Kirana seakan tak berarti. Semua suara terhenti. Terganti dengan keheningan yang mematikan. Baik Selena maupun Jonathan, keduanya terdiam. Saling memandang dengan sorot kosong. Salah satu dari mereka terlalu pengecut untuk berucap dan salah satunya lagi terlalu malu untuk sekadar menyapa. Menanyakan kabar dan mengapa dia bisa ada di tempat ini. Sampai entakan yang dibuat Kirana pada kerah baju Selena akhirnya mengguncangkan lamunannya. “Dia bajing^n itu ‘kan, Selena?” Mulut Selena terbuka. Memandang Kirana sekilas kemudian memandang pria yang masih berdiri dengan pandangan kosong. “Bu- bukan,” ucap Selena gugup. Kirana menatapnya dengan keningnya yang mengerucut ke tengah. “Bukan?” gumam Kirana. Sambil mencengkram kerah baju Selena, Kirana memutar wajah. Keningnya makin melengkung ke tengah. Memperhatikan lelaki di depannya. “Bukan dia?” tanya Kirana. Suaranya memelan. Wanita itu bergerak. Perlahan, tangannya mulai melepas kerah baju Selena. Langkahnya masih gontai ketika dia memutuskan untuk menghampiri si pria yang katanya dari Indonesia itu. Kirana mengerjap. Sesuatu terasa berputar di perut. Membuat kepalanya yang terasa pening kembali berputar. “Oh, s**t!” Kirana bergumam, tapi dia terus melangkah. Tangannya terangkat. Memanjang meraih tubuh si pria jangkung di depannya. “Ka-kau ….” Kirana kembali mengerjap. Mulutnya mulai tak enak. Ada sesuatu yang seakan mengacak-acak lambungnya. Sementara Jonathan dan Selena tak memedulikan kondisi gadis itu dan keduanya kembali terjebak dalam pandangan. Saling bertanya dalam hati. Namun, dua-duanya juga punya ego yang sama, jadi mereka tetap memilih untuk diam di tempat. Sampai akhirnya …. “HUEK ….” Bola mata hitam milik Jonathan kembali membulat. “Kirana!” Sementara Selena berseru dari tempatnya. “Ya Tuhan.” Wanita itu akhirnya memutuskan untuk mengambil langka dan menghampiri wanita muda yang sedang memeluk tubuh Jonathan itu. “HOEK ….” Glek! Jonathan tak bisa bergerak. ‘Persetan.’ Ia ingin mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya dengan nada lantang, tapi … bibirnya memlih untuk terkatup. “HOEK ….” “Ya, Tuhan. Kirana!” Selena memanggil temannya dengan nada menyentak. Mulutnya berdecak. Dia memegang tubuh Kirana dari belakang. Sementara temannya itu tak mau melonggarkan kedua tangannya yang tengah mencengkram salah satu lengan Jonathan. Selena mendongak. Membawa tatapannya ke atas. Dilihatnya wajah rahang Jonathan mengencang dan samar terdengar embusan napas kasarnya. Lalu tatapan Selena turun. Dilihatnya kepalan tangan Jonathan yang telah mengencang di kedua sisi. ‘Sial.’ Selena memaki dalam hati. ‘Kamu bener-bener malu-maluin aku, Kirana.’ Selena menghela napas. Berusaha mengumpulkan kekuatan untuk menarik tubuh Kirana. Selena menggeram sebab Kirana dengan sangat sengaja mengeraskan tubuhnya. “KIRANA!” bentak Selena lagi. Tubuh Kirana hampir terhuyung saat gadis itu kembali menegakkan badannya. Kelopak matanya terlihat bergerak naik-turun. Wanita itu mengacungkan telunjuk. Dengan jari yang bergerak-gerak itu, dia menunjuk Jonathan. “Maaf ya,” kata Kirana. Wanita itu masih sempat menyeringai. “Aku sengaja.” Lanjutnya dan dia terawa terbahak-bahak. “Apa-apaan sih, kamu.” Selena menggerutu. Dia berusaha memapah tubuh Kirana yang terayun-ayun. Wanita muda itu memindahkan atensinya pada si pria yang tak bisa bergerak karena kondisinya yang benar-benar … argh! Selena saja jijik melihatnya. “Maafkan aku, Jonathan. Aku punya pakaian oversize dan belum pernah kupakai. Aku rasa bisa muat di badan kamu,” ujar Selena. Untuk sekejap Jonathan memberanikan diri untuk menatap Selena. Emosi yang sebelumnya meledak-ledak bagai letusan gunung merapi, kini mendapat siraman hujan es dari perkataan Selena. “Jonathan?” Lelaki itu bergeming. Memastikan jika rungunya tak salah tangkap. “Y-ya.” Dan akhirnya ada juga sepatah kata yang keluar dari mulutnya walaupun gagap. “Aku gak yakin kamu mau masuk ke dalam mobil dengan bau seperti itu,” kata Selena. Jonathan menangkap guratan senyum samar di wajah Selena yang secepat kilat hilang dari wajah cantiknya. “SELENA!” teriak Kirana. “Gue mau muntah lagi.” “Dih!” Refleks, Selena mendorong tubuh Kirana menjauh. Dia tidak peduli dengan tubuh temannya yang terhuyung lalu mendarat di atas aspal. “Kepar^t,” gumam Kirana. Seketika mabuknya hilang saat merasakan perih di kedua lututnya. “SELENA!” teriak Kirana. “Kubunuh kau. Hooekk ….” “Dih!” Selena menggidikkan kedua bahunya. “Muntah lo di situ,” ucapnya. Sama sekali tidak merasa bersalah sudah mendorong sahabatnya. “SIALAN!” Kirana terus memaki, tapi tak berhenti memuntahkan isi perutnya. Selena yang melihatnya tidak bisa berhenti bergidik geli. Lantas gadis itu memutar tubuhnya. Kembali menatap Jonathan. “Maaf ya,” ucap Selena. Mulut Jonathan terbuka. Hatinya berdebar-debar dan dia mulai tidak peduli pada bau tubuhnya yang menjijikan. “Not a big problem,” ucap Jonathan. Untuk beberapa alasan, dia ingin berterima kasih pada Kirana. Terima kasih untuk tamparan yang dia berikan. Sekarang Jonathan berpikir jika dia memang pantas mendapatkannya. Terima kasih juga karena Kirana mabuk dan dia sangat kurang ajar muntah di jaket Jonathan. Untuk semua itu, Jonathan sangat gembira. Raut wajah Selena saat ini menandakan jika sepertinya –dan mungkin saja, gadis itu tidak marah pada Jonathan. Entahlah. Jonathan tetap akan minta maaf padanya, tapi saat ini … Jonathan hanya ingin tersenyum. “Udah puas muntahnya?” Selena menghampiri Kirana. Dia berjongkok di depan wajah sahabatnya. Kirana mengangkat wajah. Memberikan tatapan membunuh pada Selena. “Anj*ng!” maki gadis itu. Selena tak menjawab. Lebih memilih untuk mengangguk sambil mendengkus. Wanita muda itu berdiri sambil menarik satu tangan Kirana. “Gue gak bisa jalan, set^n.” “Lah, terus mau gimana? Lu mau tidur di sini sampe pagi? Dih, gue mah ogah.” “Gendong …,” rengek Kirana. “Jangan gila-gila!” bantah Selena. “Gendong ….” Kirana merengek seperti balita yang memohon pada ibunya untuk dibelikan permen karet. Ia meracau sambil mengentak-entakkan kedua kaki. “Ck! Sudah berkali-kali kubilang, berhenti mabuk di kelab. Lo resek banget kalo lagi mabuk.” “I don’t care …,” ucap Kirana. “Aku hanya ingin digendong.” Dengan cepat Kirana memutar wajahnya. “Hei!” teriaknya. “Kamu.” Kirana menunjuk Jonathan. “Cepat gendong aku.” Seperti dilempar amplop berisi segepok uang, wajah Jonathan berubah sumringah menyambut perintah Kirana. “Baik,” ucap pria itu. Selena melotot. “Hei, apa-apaan.” Dia ingin menghentikan kelakuan temannya, tapi semua itu terlambat saat Jonathan setengah membukuk di depan Kirana lalu dengan cepat wanita itu melompat. “Nah … gini dong,” gumam wanita itu. Dia melempar tubuhnya pada punggung Jonathan. Lelaki Indonesia itu membelalakan matanya saat merasakan sesuatu yang barusan menabrak punggungnya. “He-hei, ja-jangan gitu.” “Shut the fu’ck up!” Jonathan tersentak. Suara Kirana meraung di depan telinganya. “Jonathan, turunin aja dia. Biarin dia tidur di jalan. Gak bakalan ada yang mungut dia, kok.” Kirana memutar tubuh. Sambil menutup mata, dia menaruh telunjuknya di depan bibir. “Sshhhh …,” desis wanita itu. “Diam!” bentaknya. “Come on, go!” Kirana menepuk pundak Jontahan. Memberikan perintah. ‘Sial. Kalau bukan teman Selena, sudah kugiring gadis ini dengan mobilku.’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN