37. Not Really Good

1144 Kata
Hanya ada keheningan yang sedari tadi tercipta di dalam mobil Jaguar milik Jonathan Kusuma. Situasi mendadak menjadi sangat canggung ketika keduanya sibuk mempersalahkan diri sendiri. Sekalipun keduanya juga tak berhenti mencuri pandang satu dengan yang lain, tetapi mulut mereka seperti terlalu keluh untuk membuka percakapan. Jantung Jonathan tak bisa berdetak normal. Sedari tadi memberikan tekanan menyakitkan di d**a hingga ia harus berkali-kali melepaskan desahan panjang dan membuat kedua sisi bahunya merosot. Sementara Selena di tempatnya merasa sangat gelisah. Entah apa yang membuat jantungnya berdetak berbeda dan membuat tubuhnya gerah. Padahal AC di mobil ini terus menyala dan sebenarnya cukup untuk membuatnya tenang, tetapi Selena malah mendapati dirinya gelisah. “Ehm!” Keduanya lalu saling menatap saat mendengarkan deheman bersama. Untuk sekelebat mereka saling memandang dalam diam dengan irama jantung yang sama cepatnya lalu mendadak keduanya terkekeh. Jonathan kembali memalingkan wajahnya dan kembali membawa atensi penuhnya pada jalan raya di depannya. Sementara Selena membuang muka ke sisi kanan tempatnya, memandang lalu lintas cukup padat di sepanjang Brooklyn. “Kok jadi kaku gini ya,” gumam Jonathan. Selena yang mendengarnya kemudian memalingkan wajah. Wanita muda itu tersenyum malu memandang lelaki di sampingnya. “Sebenarnya aku gak enak sama kamu, Than,” ucap Selena. Kali ini ia sangat jujur hingga menimbulkan kebingungan dalam benar Jonathan. Pemuda Kusuma itu kemudian menoleh ke samping, sekilas memandang Selena dengan dahinya yang mengerut. “Kok gak enak? Kata eyang kalau gak enak kasih ke kucing,” candanya yang langsung mengundang gelak tawa dari Selena. “Eyangmu Indonesia banget,” ucap Selena. “Ya, kurasa juga gitu.” Jonathan sekali lagi membuat gadis di sampingnya terkekeh oleh ucapannya yang sedikit terdengar konyol. Gadis itu kemudian mendesah panjang hingga dadanya ikut mengentak. “Ya ... aku gak enak aja, kamu sering kali dapat perlakukan gak baik dari Kirana. Aku yakin kalau tadi dia juga bicara kasar sama kamu. Bener, ‘kan?” Selena kembali menoleh ke samping. Sementara Jonathan malah tersenyum ketika sekali lagi membawa pandangannya pada Selena. “Apaan sih!” Lelaki itu menaruh kepalan tangan kirinya di depan bibir. Bagai sedang berusaha mengendalikan diri, tetapi Jonathan tak tahu pasti pada apa dan mengapa ia harus menenangkan diri. “Ya ... aku bicara yang sejujurnya. Aku melihat Kirana mencengkeram jaket kamu dan dari kejauhan aku sudah bisa merasakan amarah Kirana, tapi kenapa? Padahal aku udah berkali-kali bilang kalau kamu baik banget sama aku. Kamu juga yang sudah beberapa kali menolong aku dan aku sama sekali gak menaruh kecurigaan ke kamu, Than, aku percaya kalau kamu gak jahat seperti dua orang temanmu.” Ada sesuatu dalam ucapan Selena yang sontak membuat hati Jonathan mencelos perih dan seketika itu juga senyum di wajahnya lenyap. Terganti dengan wajah penuh rasa bersalah. Hanya sedetik ia memandang Selena lalu Jonathan kembali memalingkan wajahnya. Dia tak berani memberikan tanggapan pada ucapan Selena barusan, tetapi dalam hati ia menentang dan sangat menentang ucapan Selena. ‘Aku gak sebaik yang kamu pikirkan, Len, aku sangat pengecut dan gak bisa berkata jujur sama kamu,’ batinnya. Hanya desahan napas panjang dan senyum formal tipis di wajah yang ia berikan pada Selena saat sekali lagi ia memandang gadis itu. “Aku benar ‘kan, Than?” tanya Selena. Sungguh pun jantung Jonathan langsung berdetak penuh kewaspadaan. Mulutnya megap-megap dan secara perlahan melepaskan desahan napasnya dari sana. “A ... a ... yah!” jawab lelaki itu dan mengakhirinya dengan desahan berat. “Kamu gak jahat kayak teman-temanmu, ‘kan?” tanya Selena sekali lagi dan niatnya benar-benar hanya untuk memastikan bahwa lelaki yang duduk di sampingnya tidak memiliki niatan jahat seperti teman-temannya. Sebab Selena tak merasakan hal itu ketika bersama Jonathan. Dia sangat berbeda ketika Selena berada bersama Kim Seo Joon bosnya di kantor. Tak dapat menjawab, Jonathan lalu mendesah berat. “Selena, sebenarnya mereka gak jahat,” ucap Jonathan. Suaranya menjadi sangat lemah dan tak berdaya. Sambil menyandarkan tubuhnya ke pintu mobil, Jonathan sekali lagi memandang wajah Selena. “Percaya padaku, mereka sebenarnya orang yang baik. Hanya saja saat itu, I mean, malam itu benar-benar malam yang sial!” Jonathan menekan kalimat akhir sebelum kembali membawa pandangannya pada kerumunan mobil di depannya. “Aku sudah pernah mengatakan bahwa Darren memiliki masalah hidup yang-“ “Aku gak perduli dengan dia, Than!” sergah Selena. Mendengar nama Darren sontak memicu tekanan darahnya meningkat hingga membuat kepalanya berdengung pening. “Apa pun masalah yang dia alami itu gak membenarkan tindakan dia dan aku gak akan pernah memaafkan dia sampai kapan pun!” tandas Selena. Jonathan terdiam. Dia menarik napas lalu membuangnya dengan cepat lewat desahan kuat. “Ya,” jawab lelaki itu. “Aku tahu kamu teman baiknya, tapi aku yakin bahwa kamu pun gak membenarkan perlakuan dia. Yang ingin kutanyakan adalah bahwa kamu gak seperti mereka. Aku yakin tiga temanmu itu punya niat jahat padaku termasuk si sialan Kim Seo Joon!” Mendengar ada nada u*****n ketika Selena menyebutkan nama Kim Soe Joon menimbulkan sejuta tanya di benak Kim Soe Joon yang kemudian membuat lelaki itu memutar pandangannya ke samping. “Ki- Kim Seo Joon?” ulangnya sedikit ragu. Selena terdiam lalu mengembuskan napas gusar. Wajahnya langsung berubah kesal, memperjelas seberapa kesal dia pada bosnya. “Ya!” tandas Selena. “dia seenak jidat nyuruh-nyuruh aku. Oh ya, kamu belum tahu kalau aku bekerja diterima di perusahaannya sebagai sekretaris dia, kan?” Bola mata Jonathan kontan melebar mendengar ucapan Selena. “Apa?!” pekiknya dengan ada rendah. “Bu- bukannya kamu bilang kalau kamu diterima di bagian marketing. Which is itu sesuai dengan jurusanmu, kan?” Selena kembali mendengkus. “Ya!” jawabnya dengan nada ketus. “dia juga bilangnya gitu pas pertama kali nawarin pekerjaan ke aku. Dan kamu tahu gak kalau dia datang ke kampusku di saat jam pelajaran?” Jonathan masih dalam posisi terkejut saat ia menggelengkan kepala. Bunyi klakson mobil di sampingnya membuat Jonathan bergeming dan kembali fokus pada jalanan di depannya. “Ya, dia ke kampus dan dengan gampang menghentikan dosen saat sedang mengajar lalu dia juga dengan gampang memanggilku dan membawaku dari sana. He is suck!” Selena kembali mendengkus. Sementara Jonathan tak memberi tanggapan apa pun selain berdiam diri, tetapi di dalam hati dia juga merasa kesal terhadap Jonathan. “Ya ... memang keputusan untuk bekerja di kantornya itu memang murni keinginan aku, tapi saat di sana, aku malah diantar ke ruangan dia dan dia judes banget. Dia kayak melimpahkan hampir semua tugas dia ke aku!” ujar Selena dengan nada kesal. Ia pun melipat kedua tangannya dengan kasar di depan ulu hati. “Mana aku udah terlanjur ambil cuti lagi. Kalau keluar sulit nyari pekerjaan layak di New York. Bener-bener udah masuk jebakan Batman!” ujarnya dengan sangat kesal. Jonathan tak memberi tanggapan berarti selain mendengarkan keluh kesah dari Selena. Namun, di dalam hati ia sudah memiliki sebuah rencana bahwa setelah ini dia akan menghampiri Kim Soe Joon. ‘Dasar Seo Joon!’ batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN