Bab 5

1847 Kata
Setelah Karen dan Ervin selesai makan malam mereka berdua memutuskan untuk pulang. Lagi-lagi tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua, Ervin sibuk dengan pikirannya kenapa dirinya tadi membentak Karen? Yang dirinya tahu dia kesal karena diacuhkan oleh wanita itu. Sedangkan Karen sibuk dengan ponselnya, wajar saja dirinya sibuk membalas pesan dari pacarnya. Dia dan Darren sudah lima tahun berpacaran dan satu tahun belakangan ini dirinya jarang bertemu dengan Darren. Karen memaklumi kesibukan kekasihnya karena ia sendiri tahu apa pekerjaan Darren yang sering bepergian keluar negeri. Hubungan di antara mereka berdua seperti itu-itu saja selama lima tahun ini tidak ada perkembangan. Padahal Karen menginginkan lebih dari sekedar hubungan pacaran, dirinya ingin menikah dan membangun sebuah keluarga. Tapi sepertinya yang menginginkan hubungannya berkembang hanya dirinya saja. Sedangkan Darren, sepertinya untuk saat ini lelakinya itu hanya ingin seperti ini. Andai saja yang melamarnya itu Darren bukan Ervin, mungkin dirinya akan sangat bahagia. Tapi ini malah sebaliknya, pria yang baru di kenalnya sebulan belakangan ini malah justru yang melamarnya. Meskipun dirinya tidak tahu apakah akan menjadi kenyataan atau hanya omongan belaka. My Darren Miss you Semburat merah menghiasi wajah Karen begitu mendapati sebuah pesan dari Darren, dia lalu segera membalas balasan tersebut. Miss you too Tanpa Karen sadari kini mobil Ervin telah sampai di depan rumah Karen, Ervin masih memandang Karen datar namun pandangan matanya seketika berubah menjadi keras ketika wanita yang duduk di sampingnya itu tengah tersenyum dengan ponselnya. Dan lagi-lagi membuat dirinya kesal karena wanita itu mengacuhkannya. Ervin yang kesal membuat tangannya tanpa diperintah menarik ponsel yang sedang di pakai oleh Karen. Membuat si empunya ponsel tersebut kaget lalu menatap Ervin kesal. "Cepat turun dan berhenti untuk tersenyum menyebalkan seperti itu." Karen mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya bulu mata yang panjang nan lentik itu mengikuti mata indah Karen sehingga terlihat menggemaskan di mata Ervin. Sial sejak kapan dirinya memuji seorang wanita, tapi sungguh mata Karen begitu cantik serasi dengan bentuk wajah wanita itu. Karen yang dibentak oleh Ervin hanya bisa terdiam sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, kaget akan bentakan pria itu. Ia benar-benar bingung dengan Ervin, kenapa laki-laki itu selalu membentaknya apa kesalahannya. Seingatnya dia tidak mempunyai salah kepada pria itu. Ia lalu membuka pintu mobilnya setelah Karen turun dari mobil Ervin, pria pemilik mata mematikan itu seketika kembali melajukan mobilnya tanpa berniat untuk berbasa-basi dengan Karen. Membuat wanita itu hanya bisa mengusap dadanya dengan sabar lalu berjalan memasuki rumahnya. _ _ _ _ _ Karen begitu sibuk menginput data barang masuk, jika dirinya menyuruh juniornya untuk mengerjakan, pekerjaan itu akan selesai lusa dan sebelum lusa Davina pasti akan memarahi mereka semua. Davina tidak suka dengan orang yang lamban, dia ingin semua beres secepatnya dan sempurna. Maka dari itu lah lebih baik dirinya yang mengerjakan membiarkan kedua juniornya itu untuk melayani costumer. Karen begitu anteng memasukkan data-data barang ke dalam komputer sampai seseorang yang menegurnya ia hiraukan. "Apa kau tidak merindukanku?" ujar sebuah suara yang begitu familiar ditelinga Karen, wanita yang sibuk mengetik itu kemudian mendongak matanya seketika melebar begitu melihat mata cokelat yang sudah lama ia rindukan. Darren "Hay," sapa pria itu dengan melukiskan senyuman membuat Karen ikut tersenyum juga. "Da-Darren," bisik Karen masih tidak percaya dengan pria tampan yang sudah lama ia rindukan. Lima bulan setengah mereka tidak bertemu, dan hanya lewat media elektronik lah mereka bisa berkomunikasi maka wajar saja jika dirinya begitu rindu dengan sang kekasih. Darren seketika menarik Karen ke dalam pelukannya meskipun pelukan mereka berdua terhalang oleh sebuah meja. "Miss you, Honey," "Me too," balas Karen di dalam pelukan Darren, pelukan nyaman yang sudah lama ia rindukan. Ketika Karen dan Darren sibuk berpelukan untuk melepas rindu diantara keduanya. Lulu yang sedari tadi memperhatikan kedua sejoli yang sedang berpelukan itu hanya bisa tersenyum sambil berdoa semoga kehidupan asmara senior baik hatinya itu lancar tanpa penghalang apapun. Karena dirinya begitu menyayangi Karen, baginya Karen sudah seperti Kakaknya sendiri. Karen bukan hanya baik dan cantik, tapi sifat Karen yang penyabar, sopan, ramah dan selalu ceria membuat Karen begitu istimewa di matanya. Ah bukan lebih tepatnya di mata ia dan Lulu, ketika mereka salah dalam pekerjaannya Karen selalu menegurnya dengan baik bahkan membantunya. Karen tidak pernah memarahinya di depan costumer saat dirinya dan Lulu salah mengambilkan barang pesanannya. Tapi berbeda jika itu Davina, wanita yang sayangnya BOS BESAR di tempat bekerjanya itu seperti nenek sihir. Hobinya mengomel dan memarahi, jika mereka belum berjualan sampai jam makan siang, siap-siap saja telinga dan hatinya menerima kata-k********r Davina, tak jarang Davina memaki dirinya dengan Suci karena tidak becus untuk bekerja. Pantas saja sebelum dirinya bekerja di sini bersama Suci banyak sekali yang keluar dari toko ini. Beruntunglah hati dan telinganya kuat sehingga sampai sejauh ini dirinya masih bisa bertahan, terlebih ada Karen yang selalu membantunya. "Woi malah bengong lo," tegur Suci begitu telah selesai dengan makan siangnya, beruntunglah hari ini toko tidak terlalu ramai karena mereka berdua bisa bersantai sebentar. "Sirik aja lo," dengus Lulu sambil tetap memperhatikan senior dan kekasihnya itu. "Eh itu cowoknya Mbak Karen?" tanya Suci sambil menatap kedua pasangan yang sedak duduk berduaan. "Hn. Cakep banget yah, cocok sih Mbak Karen juga cantik." ujar Lulu menyahuti. Suci menyipitkan matanya agar lebih jelas melihat cowok yang sedang mengobrol dengan seniornya itu. "Tapi kok gue ngerasa nggak asing yah? Mukanya tuh kayak pacarnya Nyonyah." perkataan Suci seketika membuat Lulu mengalihkan tatapannya, dirinya menatap Suci dengan raut kaget. "Ah elo jangan bohong, yakali pacarnya Nyonyah." ujar Lulu tidak percaya, namun entah kenapa di lubuk hatinya ia mempercayai ucapan Suci. Merasa tersinggung dengan ucapan temannya, cewek cantik yang menjadi partner Lulu itu menatap tajam cewek yang berdiri di sampingnya. "Gue serius Lu, minggu kemarin gue lihat dia ada di TSM. Pas gue off kan gue bilang ke elo, kalau gue mau nonton sama Rion. Nah kebetulan gue lihat Nyonyah jalan berdua sama cowok, tuh Nyonyah lengket banget Lu nemploknya." Jelas Suci panjang lebar, jantung Lulu berdetak tidak beraturan. Dia benar-benar tidak percaya jika cowok yang terlihat baik di matanya ternyata begitu jahat terhadap seniornya. "Kok elo nggak cerita sama gue sih, Ci. Kalau elo ketemu sama Nyonyah?" sahut Lulu kesal. "Hehe... Gue lupa, lagian pas besoknya kan rame banget di toko.” Belanya yang hanya dapat balasan dengusan dari Lulu. "Terus kita mesti gimana dong, Ci?” “Apa kita kasih tau aja Mbak Karen kalau cowoknya selingkuh sama Nyonyah?” sahut Lulu. “Jangan dulu deh, takutnya Mbak Karen nggak percaya sama kita. Apalagi kita nggak ada bukti.” “Elo sih kenapa nggak foto si Nyonyah sama cowoknya,” Lulu malah menyalahkan Suci akan sifat temannya itu yang polos. “Yee.....elo! Mana gue tau bakalan kayak gini, lagian buat apaan gue foto Nyonyah. Ngabisin memori hp gue aja!” dengus Suci sebal. “Yaudah deh gue istirahat dulu, lapar gue liat orang pacaran.” Ujar Lulu sambil lalu yang membuat Suci menatap punggung Lulu bingung, bingung dengan perkataan Lulu yang tidak jelas menurutnya. - - - - - Karen tersenyum memandangi wajah Darren yang sedang berbicara dirinya benar-benar merindukan cowok itu. Kini mereka berdua berada di salah satu restoran yang tidak jauh dari tempat kerja Karen, padahal Karen terima-terima saja jika Darren mengajaknya makan di tempat yang jauh, pekerjaannya bisa ia titipkan pada kedua juniornya tapi rupanya Darren tidak ingin Karen terkena teguran dari bos-nya karena terlambat untuk masuk. Tba-tiba saja ponsel Darren yang di letakan di atas meja berbunyi cowok itu segera mengambilnya sebelum Karen melihat siapa yang meneleponnya. “Sayang, aku ke toilet dulu yah.” Ujar Darren pada Karen yang di balas dengan senyum cantik wanita itu. Tanpa mereka berdua sadari sepasang oniyx segelap malam itu memperhatikan pasangan yang duduk di depan tak jauh dari mejanya berada. Fokusnya menjadi terbelah, sialan wanita itu mau bermain-main dengannya, apa perkataannya beberapa hari lalu tidak menyerap otaknya? “Ehem bagaimana Pak Ervin?” ujar suara berat yang tak lain rekan kerjanya itu, pandangan Ervin seketika kembali pada seseorang yang berhadapan dengannya. “Ah ya maaf, biarkan asisten saya yang memutuskan. Saya harus segera pergi.” Balas Ervin lalu beranjak dari duduknya begitu melihat Darren yang pergi menuju toilet. Joe asisten Ervin menatap sengit bos sekaligus sahabat karibnya itu, bisa-bisanya Ervin meninggalkannya di saat meeting berlangsung. Begitu sampai di toilet Ervin seketika masuk ke dalam salah satu bilik yang bersampingan dengan bilik Darren, terdengar suara Darren yang sedang bertelepon. “Iya sayang nanti malam aku nginap di apartemen kamu.” “...” “Ah ini aku lagi di restoran bareng klien aku, bahas proyek yang di Bali itu loh sayang.” “...” “Aa jangan pakai apa-apa, aku pengen pas sampai di sana kamu udah siap aku makan.” “...” “Nakal yah kamu pakai mendesah segala, nanti aku hukum yah kamu siap-siap aja besok kamu nggak bisa jalan.” “...” “Ya aku juga cinta kamu, bye sayang.” Darren lalu menutup teleponnya ia pun segera keluar dari dalam bilik toilet. Ervin memandang dingin Darren begitu pria itu tersenyum kepadanya. Ervin segera berjalan melewati Darren saat pria itu mencuci tangannya, dirinya benar-benar marah ketika pria itu menelepon Davina. Dilihatnya Karen yang sedang memakan makanannya seketika dirinya berjalan menuju meja wanita itu lalu menariknya paksa. Membuat Karen menatap sengit Ervin, jujur saja dirinya kaget begitu tangannya ditarik seseorang apalagi begitu melihat siapa yang menariknya. Ervin tanpa peduli pada keadaan restoran yang begitu ramai ia menarik Karen untuk ikut bersamanya. Tidak peduli jika Darren melihatnya menarik Karen atau pun pengunjung restoran. Toh tidak ada yang berani menggunjingnya, jika ada yang berani siap-siap saja mereka tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan lagi. “Lepas!” seru Karen ketika mereka berdua telah sampai di luar restoran. “Elo apaan sih main narik gue aja!” bentak Karen kesal, Ervin yang tidak pernah dibentak oleh seseorang apalagi ini oleh wanita membuat seketika amarahnya naik. “Berani kamu bentak saya lagi, saya cium kamu!” desis Ervin sambil mencondongkan tubuhnya sehingga wajah mereka begitu dekat. Jantung Karen lagi-lagi berdetak tidak karuan, sama halnya dengan Ervin. Setiap pria itu berdekatan seperti ini dengan Karen, jantungnya berdetak dengan cepat membuat dirinya bingung bukan main pasalnya baru kali ini dirinya merasakan hal seperti ini. Perkataan Ervin membuat wajah Karen memerah, merah karena marah dan merah karena malu. Bisa-bisanya cowok di depannya itu berbicara seperti itu. “Te-terus e-elo kenapa narik gue,” Sahut Karen terbata-bata, ia menundukkan wajahnya ke bawah tak ingin membalas tatapan Ervin yang membuat nyalinya menciut. “Apa kamu mau saya cium di sini Karen? Sudah saya bilang jangan bilang ‘elo-gue’ ketika berbicara dengan saya!” “Ta-tapi....” perkataan Karen seketika dibungkam oleh bibir Ervin, pria itu sudah tidak tahan dengan bibir kissable milik Karen seolah menyuruhnya untuk segera dilumatnya. Karen seketika terdiam dengan mata membelalak lebar begitu merasakan bibirnya yang dilumat oleh Ervin, pria itu melumat bibirnya dari bawah ke atas dengan lembut membuat kakinya merasa seperti jelly begitu memabukkan namun seolah mati rasa, dirinya tidak membalas atau mendorong Ervin yang dengan kurang ajarnya berani menciumnya. Bahkan dirinya seolah melupakan Darren yang bisa saja melihatnya dengan keadaan seperti ini. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap mereka berdua dengan senyum sinis. - - - Tobecontinue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN