Ternyata hanya mimpi

1061 Kata
Feya adalah sahabat terbaik untuknya, ia selalu ada ketika Shasa membutuhkan pertolongannya, besok adalah hari pertama Shasa bekerja sebagai penyanyi cafe di resto omnya Feya. Ia begitu senang, akhirnya bisa membantu Fandi dalam mencari nafkah, meski gaji yang bakalan dia peroleh kecil, atau tak sebanding dengan apa yang mungkin Fandi butuhnya. Namun, ia begitu tulus membantu ayahnya yang masih setia bersamanya. "Woii.., ngelamun aja lo, entar kesambet setan baru tau," ucap Putri mengagetkan Shasa yang tiba-tiba saja datang ke rumahnya. "Apaan sih, Put? gangguin orang lagi ngelamun aja," "Iihh.., pasti lo lagi ngelamunin jorokkan? ayo ngaku Sha," tuduh Putri menjahilin sahabatnya. "Iya, gue ngelamun plus mikir, tadi gue boker udah cebok belum ya?" "Iisssh..., jorok banget sih lo Sha, sono jauh-jauh jangan dekat-dekat gue, entar yang ada bau lo nempel lagi sama gue yang harum ini," "Dih.., lo yang nyamperin gue kok, ngapain gue yang jauh-jauh, dasar aneh lo," "Lo yang aneh, boker kok bisa lupa cebok," "Hahahha, ia kali gue sejorok itu," tawa Shasa meledek sahabatnya yang terlihat manyun, lagian mana mungkin Shasa bisa seceroboh itu. "Oh ya Put, lo tau gak?" tanya Sasha "Aneh banget ni anak, gimana gue bisa tau, coba? Kalau lo nya aja blom cerita." sahut Putri "Hehehe, lo nya juga sih, bukannya dengeri gue selesai ngomong, udah main potong aja." cengir Sasha sambil berucap. "Ya udah cepetan cerita dong, lo tau kan, yang ngegantung itu gak enak tau." "Seperti hati para cowok, yang lo gantung, gitu?" ledek Sasha. "Hahaha.. sok tau lo." balas Putri, "Ya udah buruan cerita, seneng banget sih, buat gue penasarannya." lanjutnya "Doyan banget ya, penasaran? laguan dimana-mana itu orang doyannya makan, ini lo doyan penasaran, dasar aneh," "Suka-suka gue dong, kenapa lo yang sewot?" ukar Putri sambil menjulurkan lidahnya, "Buruan cerita Sasha." lanjutnya dengan penekanan, yang semakin di buat penasaran. Membuat Sasha terkekeh kecil. "Sebenarnya gue kesepian banget, walau punya keluarga yang lengkap. Tapi, sedikitpun gue gak ngerasain kehangatan keluarga. Lo tau sendiri kan, gimana kak Maura kan? Dia selalu asik dengan kesibukan dan dunianya sendiri. Gue bersyukurnya ada kalian. Kalian seolah keluarga buat gue, Put." cerita Sasha pada akhirnya, dan tanpa terasa butiran air mata mulai jatuh, menetes membasahi pipinya. Padahal tadi Sasha terlihat begitu gembira dan tertawa, sebelum ia bercerita. "Yang sabar ya Sha, kita bakal selalu ada buat lo. " ucap Putri sambil mengusap-usap bahu Sasha dan mencoba menenangkan kegundahan hati sahabatnya. "Belum lagi sekarang di sekolah ada cowok sinting itu, nambah beban pikiran gue aja, rasanya gue malas banget sekolah, kalau harus liat tampang dia setiap hari di sekolah," sebel Sasha saat pikirannya sudah membayangkan Sakha, lelaki yang selalu berusaha mendekatinya. "Siapa Sha? perasaan dari dulu yang gangguin lo Ramon deh, apa sekarang ada cowok lain? wah.., laku bener lo yak? bagi-bagi dong sama gue," celetuk Putri, membuat Sasha yang tadinya sedih menjadi kesal karena mendengar ucapan sahabatnya itu. "Dasar! pikiran lo gak jauh-jauh dari cowok ya?" "Namanya juga manusia normal Sha," "Udah belajar yang bener, gak usah mikirin cowok aja lo." nasihat Sasha dan Putri menyikapinya dengan cengiran serta kedua jari yang ia tunjukkan berbentuk V. "Oia, kemarin gue ketemu cowok. Dari tatapannya sih, dia naksir gue. Bukan gue sok ke ge-eran atau gimana ya, Put. Lo tau sendiri lah, gimana karisma sahabat lo ini?" lanjutnya sedikit sombong, padahal ia cukup tahu bahwa itu Sakha yanh selalu saja berusaha mepet-mepet dengannya di sekolah. "Sok cakep loh. " protes singkat Putri. "Emang cakep kok, wleek." pede Sasha sambil mengejek Putri. "Lo liat aja ntar. Pasti dia bakal nembak gue, habisnya dia mepet-mepet terus sama gue, udah kayak amplop sama perangko, " lanjutnya, padahal Sasha malas banget dekat-dekat sama Sakha, yang selalu saja membuatnya kesal. "Pede banget buk." "Harus lah, ajaran siapa coba?" Sasha dan Putri sama sama nyengir, kemudian tertawa serentak bersama. "Sha, Lo dengeri gue baik - baik ya, kita akan selalu ada buat lo, kita gak akan pernah buat lo kesepian, dan apapun yang akan terjadi sama lo nantinya. Jangan pernah sungkan buat bilang ke kita. Ingat, apapun itu. Jadi, lo jangan pernah ngerasa sendiri. Apa lagi kesepian, apa kita butuh nambah personil lagi nih, biar makin rame?" ucap Putri yang kali ini terlihat dewasa, padal biasanya ia begitu lemot dan sulit untuk di ajak cerita, karena selalu susah nangkap. "Depannya buat gue terharu banget. Hmmm, giliran belakangnya ngeselin tau." *** Pagi ini, cuaca seperti nya mendukung untuk Sasha bermalas-malasan. Akibat hujan yang turun dimalam hari, membuat pagi ini begitu sejuk. Udara yang dingin seolah mengisyaratkan Sasha untuk tetap berada di atas ranjangnya. Tetap dengan posisi terindahnya berada di balik selimut dan melanjutkan tidurnya. Beruntung hari ini ia libur. Jadi, tak perlu memaksa tubuhnya untuk bangun. "Sha, gue berangkat ya. Jangan lupa kunci pintu." ucap Maura, berpamitan, tak ada jawaban dari adiknya itu. Maurapun langsung berangkat ke salah satu mall yang ada di kotanya. Dimana tempat Maura bekerja. Dengan malas Sasha bangkit dari tidurnya. Tak berniat melakukan aktivitas paginya. Ia langsung melangkah sambil mengusap - usap kedua matanya menuju pintu dan menguncinya. Lalu kembali ke kamar melanjutkan kegiatan malasnya. Tak lama kemudian, Sashapun tertidur. Saat alunan petikan gitar sedang beradu dengan suara nyanyian. Tiba tiba terdengar suara seorang pria. "Sha, lo mau gak jadi pacar gue." tanya pria itu pada Sasha di depan semua sahabatnya. Ungkapan perasaannya itu membuat ia tidak habis pikir, kenapa dia bisa mengatakan itu, di momen seperti ini. Membuat semua orang melihat ke arahnya, bersorak menyemangati. "Terima.. terima..terima.." sorak dari para sahabatnya dan juga para pengunjung. Sasha menoleh pada Feya dan juga Putru. Meminta masukan, dengan isyaratnya. Menolak atau menerimanya. Feya hanya tersenyum, sedangkan Putri langsung mendekati ku. Karena, sejujurnya Sasha sedikit terpesona dengan kharisma pria itu. Lelaki tinggi, putih dan wajah sedikit mirip dengan orang Korea, membuat Sasha kagum. "Udah terima aja Sha." saran Putri yang bernegosiasi dengan pikiran dan hati Sasha. "Gilak lo ah, gue aja gak kenal sama dia, tiba-tiba langsung nyatain cinta aja," protes Sasha. "Dia baik orangnya, percaya deh ama gue." "Gak Put, kasihan ntar anak orang." "Ya kali, dia anak kucing Sha. Udah lo terima aja deh, biar ada yang jagai lo," Belum selesai Shasa bertanya pada Putri, lelaki itu sudah mendekati Dia dan Putri. "Gimana jawaban kamu, Sha?" "G-gue...," jawab Sasha gugup dan tiba-tiba saja ada yang menepuk-nepuk pipinya. "Nggak....!" teriak Sasha terbangun. "Lo mimpi Sha?" tanya Feya yang sudah berada di kamarnya, entah dari mana masuknya Feya,padahal seingat Sasha, pintu sudah ia kunci.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN