KIRANA YANG PATAH HATI

801 Kata
Kirana baru melangkahkan kakinya di gedung apartemen saat ia berpapasan dengan Geisha seorang gadis. “Hai Kirana, lama sekali tidak kelihatan,” sapa Geisha ramah. “Hai, Ge. Aku menginap di rumah mertuaku. Papa dan Mama rindu katanya. Dan, kebetulan keponakanku berulang tahun,” jawab Kirana dengan senyuman. “Oiya, kenalkan ini Katrin, sepupu Sean dari Singapura. Dia baru datang tiga hari yang lalu,” kata Geisha sambil memperkenalkan Kirana dan Geisha. Kirana mengulurkan tangannya yang langsung di sambut hangat oleh Katrin."Hai, aku Kirana." Katrin tersenyum,ia merasa langsung menyukai Kirana. Ia melihat Kirana begitu cantik dan ramah. “Eh, kau membeli s**u ibu hamil? Siapa yang hamil?” tanya Kirana saat ia melihat sekilas kantong plastik transparan yang dibawa oleh Geisha. “Aku yang hamil, Kiran,” jawab Geisha sambil tersenyum malu dengan kedua belah pipinya yang merona merah. Sontak Kirana tersentak kaget. Hamil ? Geisha Hamil? Kepalanya langsung terasa sedikit nyeri. Namun, Kirana tetap memaksakan diri untuk tersenyum, ia tak mampu lagi untuk berkata apapun. Mendadak dadanya terasa sesak dan perih. Jika Geisha hamil itu artinya, mereka melakukan hubungan itu, pikir Kirana. Hatinya begitu sakit membayangkan bagaimana Sean mencumbu Geisha. Sekalipun ia belum mendapatkan bukti pasti bahwa Sean di adalah Leon suaminya, namun sungguh hatinya terbakar cemburu yang amat sangat. Dan ekspresi Kirana yang sedikit aneh itu tertangkap oleh mata Katrin. Ia melihat kesedihan di mata Kirana,namun gadis itu tak mampu berbuat apapun. Dalam hati ia merasa benci berada dalam situasi seperti ini. Bagaimanapun, Geisha sudah melakukan kesalahan. “Oya, kau tinggal di mana?” tanya Katrin pada Kirana. “Tepat di seberang apartemen Geisha dan Sean. Kami ini bertetangga,” jawab Kirana. “Wah, aku kira kau tinggal jauh. Apa pekerjaanmu? Kau artis juga seperti Geisha dan Sean?” tanya Katrin. “Iya. kebetulan aku dan Sean sedang terlibat dalam produksi film yang sama. Oiya, kalian mau mampir? Tidak sedang buru-buru kan?" Kirana menatap Geisha dan Katrin. Kebetulan ia membawa banyak makanan yang dimasak oleh Kim khusus untuknya. Tapi, ia tidak ingin memakannya berdua saja dengan Ipah. “Ayolah, ibu mertuaku membawakan aku banyak makanan. Aku dan Ipah tidak akan sanggup menghabiskan semuanya,” bujuk Kirana. Katrin dan Geisha pun akhirnya mengangguk setuju dan segera mengikuti langkah Kirana. Ipah yang melihat Kirana datang dengan membawa banyak kotak makanan bergegas membantu majikannya itu. “Mbak Kiran lama sekali di rumah Pak Sanjaya. Tau begitu saya ikut saja kemarin,” kata Ipah dengan sedikit merajuk. KIrana tertawa kecil, “Kemarin siapa yang ngotot tidak mau ikut?” tanya Krana sambil menjawil pipi Ipah. “Heheehhe … Iya juga ya, Mbak. Ini mau di siapkan di meja?” “Iya, Mbak Geisha dan Mbak Katrin mau makan malam di sini juga.” Mereka pun makan malam dengan gembira sambil berbincang- bincang hangat. Setelah selesai makan, mereka duduk di sofa sambil menikmati puding buatan Ipah. “Ki, kalau tidak salah, aku belum pernah melihat foto suamimu,” kata Geisha. Kirana menepuk dahinya perlahan. “Astaga, aku lupa, sebentar aku ambilkan.” Kirana melangkah ke kamarnya dan membawa keluar sebuah album foto kemudian menunjukkannya pada Katrin dan GEisha. Saat membuka album itu Geisha terkesiap kaget, ia menelan salivanya. “I- ini Leon suamimu?” tanyanya. “Iya. Mungkin kau kaget, Gei. Tapi, dia memang mirip Sean. Hanya warna rambutnya saja yang berbeda,” ujar Kirana. Katrin langsung melirik Geisha dengan tajam. Tampak Geisha berusaha keras menyembunyikan kegelisahannya. Tapi, wajah Leon yang membuat Geisha kaget belum seberapa jika dibandingkan saat ia melihat foto lama di bagian belakang album itu. “Panti a-asuhan?” tanya Geisha dengan suara bergetar hebat. Kirana menatap Geisha dan menghela napas panjang. “Iya , Gei. Aku anak yatim piatu. Kedua orangtuaku meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Hanya aku dan kakak perempuanku yang selamat dari kecelakaan itu. Karena kedua orangtua kami tidak memiliki family, maka kami berdua diititipkan ke panti asuhan. Tapi, setahun kemudian ada sepasang suami istri yang mengadopsi kakakku, tapi mereka tidak mau membawaku juga, karena kata mereka hanya ingin satu anak perempuan saja. Awalnya ibu panti menolak, tapi saat itu kondisi panti sedang tidak bagus, dan sepasang suami istri itu memberikan uang yang banyak, sehingga ibu panti akhirnya mengizinkan. Tapi, hal yang paling menyakitkan itu adalah saat kakakku pergi tanpa pamit, hanya meninggalkan sepucuk surat yang sampai sekarang masih aku simpan rapi.” Geisha menahan sesak di dadanya yang tiba-tiba saja begitu terasa sakit. Sekuat tenaga ia berusaha menahan air matanya, perasaan bersalah mulai timbul dan merayap begitu saja. “Aku harus pamit, Kirana. Kepalaku tiba-tiba saja sakit,” kata Geisha langsung bangkit berdiri dan tanpa menoleh ia bergegas pergi hingga membuat KIrana kebingungan. “Ada apa? Apa aku salah? ” tanya Kirana sedikit panik. Katrin menepuk bahu Kirana dan tersenyum untuk menenangkannya. “Ibu hamil muda terkadang sedikit sensitif. Aku akan bicara padanya. Aku pamit dulu,ya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN