JATUH SAKIT

557 Kata
Pagi itu, Kirana merasakan kepalanya sakit. Hingga, ia merasa tidak sanggup ,bahkan untuk membuka mata sekalipun. Dia yakin sekali sebentar lagi, pasti ibu mertuanya akan mengecek kondisinya. Ia tau betul, ibu mertuanya itu sangat peka jika terjadi sesuatu yang tidak biasanya. Dan betul saja, dia mendengar langkah kaki mendekati pintu kamarnya, dan beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka dan ada tangan yang menyentuh dahinya. "Ki, kamu sakit,nak? Mami panggil dokter?" tanya Kim terdengar lembut , ada nada khawatir di sana. Perlahan Kirana membuka matanya “Kepalaku sakit, Mami,” gumamnya. “Badan kamu demam, biar Mami suruh Lisia panggil dokter, jangan kerja dlu ya. Mami akan menelepon managermu untuk mengabarkan jika kamu sakit,” kata Kim.Kirana mengangguk dan kembali memejamkan matanya . Ia merasa begitu sakit dan lemas sekali. Kim segera keluar kamar menuju dapur. Dia menyuruh Ipah untuk membuatkan Kirana bubur dan membuatkan jus. Lalu ia segera menghubungi Meira mengabarkan bahwa Kirana tidak bisa bekerja. Sehingga semua tanggung jawab resto di limpahkan seluruhnya kepada Meira. Tak lupa ia juga menelepon Deasy manager Kirana untuk mengatur semua jadwal pemotretan dan syuting Kirana. Kim tau jika Kirana saat ini tengah menjalani syuting stripping. “Lisia, tolong panggil Dokter Diana. Kirana sakit, badannya demam tinggi." “Kirana sakit?” “Ya, mungkin dia syok karena kejadian yang kemarin.” Lisia pun tidak banyak bertanya lagi, ia segera menelpon Diana, dokter keluarga mereka supaya segera datang. Hanya perlu menunggu selama 40 menit saja, Diana sudah datang untuk memeriksa kondisi Kirana. “Bagaimana, dok?" tanya Kim. Diana tersenyum. Kirana hanya sedikit syok, mungkin ada kejadian yang membuat dia kaget sebelumnya?" tukas dokter Diana. Kim dan Lisia saling pandang, “Iya, memang betul,” kata Kim dengan cemas. “Hmm, Kirana hanya perlu sedikit ketenangan, dan sedikit istirahat. Aku akan memberinya vitamin, dan obat tidur supaya dia bisa pulas . Tubuhnya harus beristirahat dengan baik terlebih dahulu. Jangan lupa ingatkan dia makan ya.” Kim mengangguk dan mengantar Diana keluar kamar, sementara Lisia tetap di kamar untuk menjaga adik iparnya itu. “Makan ya Ki, ni mbak Ipah sudah buatkan bubur, aku suapi ya," kata Lisia. Kirana hanya mengangguk lemah, dan membiarkan Lisia mulai menyuapinya. “Apa yang kamu pikirkan , Ki?” tanya Lisia. “Sean, Mbak. Dia begitu mirip dengan Leo. Semuanya sama, bahkan tatapan mata dan senyumannya sama persis. Aku ….” Kirana kembali menangis tersedu. “Ki, kau harus menjaga kesehatanmu. Kami tidak mau jika sampai kamu sakit atau terjadi sesuatu yang buruk menimpamu.” “Aku tidak apa-apa,Mbak. Aku baik-baik saja,” jawab Kirana lirih. "Tidak apa-apa, tapi kamu sakit. Kami semua mencintai mu Kiran. Bahkan Mami menganggap mu bukan menantu, namun putrinya sendiri. Jangan biarkan Mami khawatir dan cemas. Papi juga begitu, mungkin dia jarang di rumah dan jarang bicara,namun dia juga menyayangimu Kiran." Kiran mengangguk. Setelah selesai Makan, kirana pun meminum obat tidur yang di berikan Diana. Dan tak lama kemudian dia pun terlelap. Ia pun segera keluar dari kamar Kirana dan menutup pintunya perlahan. “Kirana tidur?” tanya Kim saat melihat Lisia keluar dari kamar Kirana. “Ya,Mami. Dia pulas sekali seperti Gisele.” “Kasihan dia, dulu Leon pernah bercerita bahwa sejak kecil dia kehilangan kakak kandungnya. Dan kini dia harus kembali kehilangan satu-satunya orang yang ia cintai. Itu pasti sangat berat untuk dihadapi. Kita harus selalu memberinya semangat,” ujar Kim.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN