AKAN BAIK-BAIK SAJA

593 Kata
Kirana sudah di perbolehkan untuk pulang pagi itu. Sejak semalam, Kim menjaga anak menantunya itu. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan Terlebih kondisi Kirana yang masih syok. Kim berencana untuk membawa Kirana pulang ke rumahnya. Kirana dan Leon memang tinggal di apartemen mereka sendiri. Dan Kim tidak ingin anak mantunya itu tinggal sendiri tanpa ada yang menjaga di apartemen. Sementara, jika Kirana berada di rumahnya,ada Lilian dan Lisia kakak dan adik Leon juga ada baby Gisele putri Lisia. Lisia adalah kakak Leon dan ia sudah menikah. Namun, karena pekerjaan Hans suaminya di pedalaman Kalimantan, Lisia yang baru saja melahirkan memutuskan untuk tinggal bersama kedua orangtuanya di Jakarta untuk sementara sampai Gisele lebih besar dan bisa diajak ke Kalimantan untuk tinggal bersama Daddynya. “Kondisi menantu saya baik,kan?” tanya Kim pada dokter sebelum mereka pulang. "Baik, cukup baik. Namun, karena emosinya yang belum stabil. Saya sarankan supaya anak ibu,tidak di biarkan sendirian ya." “Baik,dokter terima kasih banyak,” ujar Kim. “Apa ada kabar tentang Leon, Mami?” tanya Kirana. Kim mengelus rambut menantunya itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Papimu masih di Pulau Tidung untuk mengawasi setiap perkembangannya,sayang.” “Leon belum mati, kan? Dia akan pulang dengan selamat, ya kan, Mami?” tanya Kirana dengan air mata kembali berlinang. “Kita doakan ya, sayang. Semoga saja Leon kembali dengan selamat.” Meskipun kemungkinannya kecil, namun entah mengapa naluri Kim sebagai seorang ibu mengatakan bahwa putranya itu masih hidup. Leon akan pulang,ya dia akan kembali pulang dengan selamat. Kirana menatap dinding kamar dengan hati perih. Malam sebelum Leon berangkat mereka memang sudah menginap di rumah kedua orangtua Leon, karena Kirana memang selalu tidak betah sendirian. Sejak kecil Kirana tinggal di panti asuhan. Sebenarnya ia mempunyai seorang kakak perempuan. Tapi, mereka terpisah sejak kecil. Kakak Kirana diadopsi oleh pasangan suami istri dan dibawa pergi jauh. Mereka tidak mampu menolak takdir saat itu. Kondisi panti sedang tidak baik, dan sepasang suami istri yang mengadopsi Karina kakak kandung Kirana memberi banyak uang, tapi mereka tidak bersedia mengadopsi Kirana juga. Yang menyakitkan hati Kirana adalah ia ditinggalkan saat ia sedang bermain sendiri di taman belakang panti. Sejak saat itu,Kirana tidak bisa sendirian di mana pun ia akan ketakutan jika harus tinggal sendiri. “Kau di mana,Leon? Kau berjanji tidak akan lama. Tapi, kenapa kau malah pergi meninggalkan aku?" gumam Kirana dengan air mata yang sudah menetes membasahi pipinya. Tok! Tok! Tok! Tiba-tiba pintu kamar Kirana terdengar diketuk, ia pun segera menghapus air matanya dan beranjak membuka pintu. Ternyata Kim yang mengetuk pintu. Ia tersenyum saat Kirana membuka pintu kamarnya. “Kau menangis?” tanya Kim. Dada Kirana kembali terasa sesak, dan tangisnya kembali pecah. Kim pun segera memeluk menantunya itu dan membawanya duduk di atas tempat tidurnya. “Ki, tidak ada yang bisa menolak takdir yang sudah Tuhan gariskan, termasuk juga kematian. Kita tau bahwa pekerjaan Leon sebagai seorang pilot resikonya adalah kematian. Tapi, saat ini kita semua belum menyerah. Dari penemuan jasad korban belum ada tes DNA yang cocok. Artinya , Leon bisa saja selamat dari kecelakaan itu,” ujar Kim. Kirana menatap Ibu mertuanya itu, ia menemukan kedamaian dalam tatapan mata Kim. Kirana membenamkan wajahnya di d**a KIm, membiarkan wanita itu memeluk dan membelai rambutnya dengan lembut. Kirana bersyukur sejak ia dan Leon menikah, seluruh keluarga Leon sangat menyayangi dan mencintainya. “Jika memang Leon masih hidup dia akan kembali ke rumah ini.” “Feeling seorang ibu biasanya sangat kuat, apa Mami merasa ia masih hidup?” “Ya, hati kecilku mengatakan bahwa ia masih hidup.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN