Luka cambuk

1205 Kata
Di meja makan. Alexa dan Riska nampak begitu tegang, sangat terlihat jelas dimata Lucas yang saat ini hanya menatap Chilia. Ringisan Chilia tadi membuat hatinya sedikit terguncang. Matanya tidak bisa lepas dari Chilia, sedikitpun. Sedang Arga mencoba bersikap seperti biasanya. Berwibawa dan tenang seperti biasanya. "Jadi, bagaimana? Ayah dan Om mau nemuin pria itu setelah ini?" Pertanyaan Chilia sontak membuat Arga, Alexa dan Riska tersedak. "Ya ampun Chilia, disaat tegang seperti ini kau masih saja bertanya tentang hal itu? Arghh dasar gadis bodoh emang!" maki Alexa dalam hati. Karena di luar tentu saja dia tersenyum, seramah dan selembut mungkin. "Sayang, bukankah mereka baru saja makan? Jadi biarkanlah papa dan kekasihmu ini istirahat dulu," ujar Alexa lembut. Riska yang tidak suka mendengar kata 'Sayang' itu berdecih dan memutar bola mata malas. Sedang wajah Chilia sudah gusar. Kekasih? Haha! Kekasih dari hongkong! Aku bahkan baru ketemu pria ini dua kali. Bukan apa-apa, masalahnya Chilia ingin segera mengakhiri perkara ini. Karena semakin lama pria itu disini, maka akan semakin lama pula dia meminta imbalannya. "Iya, tapi bukannya dia ak-." "Nunggu aja sih apa susahnya!" tutur Riska kesal sekaligus keceplosan. Risi dan ribet mendengar ocehan Chilia. Alexa mencubit lengan putri kandungannya kuat, membuat Riska melotot, "Mama! Sakittttt" "Lagian! Kau mau kita di penggal, ya!" bisik Alexa seraya tersenyum pada Lucas. Arga hanya memijit pelipisnya pening. Memikirkan hal yang baru saja mereka bicarakan di ruang tadi. Sedang Lucas semakin menatap Chilia, menggerakkan wajah gadis itu agar menatapnya. "Ada apa, hm?" tanya pria itu lembut. Namun tetap saja membuat Chilia gusar. Chilia tidak mungkin mengatakan jika dia takut Lucas meminta tubuhnya setelah ini. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Lucas lagi. Chilia belum menjawab, karena kekhawatiran membuat telinga Chilia sedikit budek. "Sayang?" Merasa perlu sedikit sentuhan, Lucas memanggil Chilia seraya merangkul pundak gadis itu. Namun siapa sangka malah membuat gadis itu kembali meringis. "Auw!" Lucas sudah memejamkan mata, yakin dengan dugaannya. Pasti ada yang tidak beres di balik gaun gadis itu. Dan benar saja, saat Lucas menyampirkan geraian rambut Chiila, terlihat punggung gadis itu kemerahan. Lucas yang sudah terbiasa dengan hal keras dan kasar tentu tahu luka apa itu. Mengepal kuat dan menatap tajam. "Om?" Chilia baru sadar saat Lucas mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Memekik melihat pisaunya. Tidak, seperti golok lebih tepatnya, benda itu cukup besar dan panjang. Tajam pula. "Ada apa, hm? Bukankah kau ingin aku melawan musuh ayahmu?" Chilia tersenyum kaku. "Haha! Ya iya, tapi ngga begitu juga kali, Bambang! Mama dan Alexa sampai pias seperti itu. Tapi lucu juga sih, seperti katak wkwkwkwk!" hina Chilia dalam hati. Sungguh, dia senang sekaligus kasihan melihatnya. "Aku berjanji akan menghabisi mereka semua!" katanya. Chilia meneguk saliva kasar. Ucapan Lucas terdengar serius kali ini. "Akanku ikat mereka di menara!" katanya seraya mengelus-ngelus pisaunya. "Menguliti dagingnya!" "Kemudian melempar daging itu pada buaya peliharaanku!" Kali ini giliran Alexa dan Riska yang meneguk saliva. Mereka semakin mati berdiri saja mendengar ucapan Lucas. Pria ini seperti psikopat gila. Mata biru Lucas bergerak menatap Arga. "Bukan begitu, Argatama?" tanya Lucas santai dan tanpa embel-embel Tuan. Baginya, menghormati Arga sama saja merendahkan dirinya sendiri. Meski Lucas tahu usia Arga jauh lebih tua darinya. Entah sengaja mempermainkan dia atau memang hanya ingin bermain-main, yang jelas Arga sudah mengepal kesal. Kau fikir itu bisa menakutiku? Cih! Namun Arga tentu tetap tersenyum, menanggapinya setenang mungkin, "Tentu saja." Lucas kembali menyeringai tipis, sepertinya dia butuh permainan yang lebih lama. Sebelum bersenang-senang dan mengeksekusi pria di hadapannya ini. Sedang Chilia yang berfikir Lucas semakin ngaur tersenyum kaku. "Haha, Sayang! Sepertinya kau sedang lapar," tutur Chilia kaku. Menarik leher Lucas dan menjejalinya dengan makanan. "Hahampp!" Sekertaris Frad sempat tertawa melihat king mereka tersedak, sangat langka dan fenomena yang yang cukup menakjubkan. Apalagi oleh seorang gadis kecil. Tapi langsung mengulum senyum saat Lucas menatapnya tajam. "Kau menyuapiku dengan tidak benar, Sayang. Mari kucontohkan!" Menarik tangan Chilia dan memasukkannya lagi ke mulutnya. Tak lupa Lucas menjilati jari-jarinya, membuat Chilia dan Riska melotot. Haha! Anda pikir tanganku ini makanan, ya! "Hmm maafkan aku, lebih baik kau makan sendiri, ya! Aku mau kebelakang lebih dulu!" Buru-buru berdiri dan pergi, tapi Lucas segera menahan. "Akan ku antar!" "Tap?" "Mau aku gendong?" Terserah kau saja! Chilia pergi, membiarkan pria itu mengikutinya. Di taman belakang. Angin malam menerbangkan rambut hitam Chilia, terlihat sangat cantik dan manis. Namun mata Lucas kembali menajam saat luka itu kembali terlihat. Sayup-sayup mata biru itu menatap, semakin lama semakin dalam. "Apa kamu bahagia?" tanya Lucas tiba-tiba. Chilia yang sedang bengong menganga. Menatap pria itu heran, "Maksudnya?" "Apa mereka selalu menyusahkanmu?" tanya Lucas lagi. Mengabaikan pertanyaan Chilia yang tadi. Chilia yang mengerti kata mereka di tunjukkan pada siapa itu langsung menunduk. Pembahasan perihal keluarga memang sedikit sensitif baginya. Jika Chilia boleh memilih, dia lebih ingin membahas keluarga orang lain saja, bukan dirinya. "Apa begitu ketara?" tanya Chilia sendu. Matanya sudah berkaca menatap Lucas. Sial! Hati Lucas langsung terluka melihat mata itu. Berdecih seraya membuang wajah. "Singkirkan wajahmu!" kata Lucas sedikit menyentak. Lucas mengelak, pria itu menahan hatinya untuk peduli. Ya, dia tidak mungkin peduli pada putri musuhnya. Mendengar bentakan Lucas, Chilia langsung menangis. Menunduk dan menyembunyikan wajahnya. Hais! Lucas semakin di buat frustasi. Gadis ini, kenapa bisa begitu cengeng, sih! Semakin lama tangisan Chilia semakin pilu. Lucas tidak bisa tidak peduli. "Chi ...." Namun baru saja tangan Lucas hendak mengelus rambut hitam Chilia, gadis itu sudah mengangkat kepala. Berdiri dan menatapnya dengan wajah tidak bersahabat. "Kalau begitu ayolah! Cium Chilia dan selesaikan kesepakatan ini!" ujar Chilia kesal. Chilia berfikir kalau bentakan Lucas tadi adalah bentuk ketidak sukaan pria itu pada dirinya yang merepotkan, pada keluarganya yang toxic dan juga semuanya. Dahi Lucas sedikit berkerut. "Tapi apa om tahu? Chilia juga ngga pengen hidup kayak gini! Chilia juga ngga mau lahir di dunia ini kalau cuman begini!" "Kalau bisa tuhan cabut aja nyawa Chilia sekarang. Chilia udah nga peduli apapun lagi!" kata Chilia menggebu. Lucas masih diam, belum menjawab apapun. "Ayolah! Bukankah om ingin cepat pergi?" kata Chilia dengan air mata yang sudah menangis deras. "Ayo cepat cium Chilia dan sudahi semua ini!" Chilia beranggapan jika Lucas mengikutinya ini hanya ingin mencium atau mengadahnya. Seperti kata Riska. Tidak akan mau jika tidak mendapat imbalan. Sedang Lucas semakin di buat frustasi. Hati sang mafia itu semakin terguncang mendengar teriakan demi teriakan yang keluar dari mulut Chilia. Bukan karena kesal, melainkan karena kasihan dan ikut merasakan. Betapa tersiksa dan menderitanya gadis ini. Tanpa berfikir apapun lagi Lucas beranjak, menarik kepala gadis itu dan menciumnya dengan sangat buas. Chilia yang terkejut sampai terdorong ke belakang, melotot menatap wajah tampan itu benar-benar menciumnya. Namun ciuman Lucas yang buas itu semakin lama semakin lembut. Bahkan sangat lembut hingga membuatnya keduanya b*******h. Shit! Tidak ingin terpancing lagi, Lucas buru-buru menyudahi ciuman. Bernafas dan mendorong Chilia. "Pergilah!" usir Lucas. Kan, Chilia yang salah faham semakin sakit saja. Buru-buru lari ke kamar dan tidak peduli pria itu lagi. Lucas menatap kepergian Chilia serba salah. Mengusap wajahnya kasar. Karena kebodohannya ia malah membuat Chilia salah faham, tapi Lucas juag tidak ingin Chilia tahu tentang apa yang dirasakannya saat ini. Apalagi mengingat dirinya yang belum yakin akan perasaannya. Namun meski begitu, Lucas tetap pada misinya. Segera menghubungi Frad, meminta sekertarisnya itu untuk menangkap Arga. Tak lupa juga Lucas meminta bodyguard lain untuk menangkap Alexa dan Riska. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN