Nyaris saja

1044 Kata
Suara menggegerkan mengisi seisi ruangan. Alexa dan Riska sudah heboh, panik sekaligus takut. Sedang Cilia yang saat itu masih menangis langsung bangun. Bergegas ingin keluar tapi tidak bisa, si penyihir ibu tiri mengunci pintu kamarnya. "Papa?" Cilia terus menggedor pintu, berusaha untuk keluar. Namun sayang, suara riuhan para maid dan bodyguard menenggelamkan suarnya. Membuat ia hanya bisa menangis mendengar suara sahutan yang menjerit dan minta tolong. Sedang di ruang utama, Lucas sudah duduk di kursi kebesaran sang pemilik rumah. Tanpa banyak membuang waktu Lucas berhasil membekuk Arga. Membuat pria itu babak belur dan berlutut di kakinya. Arga begitu terlihat lemah di hadapan Lucas. Padahal usia Lucas jauh lebih muda darinya. Namun siapa sangka Arga bisa kalah dengan penerus sahabatnya itu. Usut punya usut, ternyata Arga adalah sahabat dari orang tua Lucas. Teman baik sekaligus penyebab kecelakaan ayahnya. Berharap bisa memperluas area genggamannya, anak dari sahabatnya itu malah naik tahta. Menjadi king dark seperti sekarang ini. "Apa salah saya?" Setelah pertarungan yang cukup menghebohkan seisi rumah Arga baru bertanya. Dengan nada lemah dan terbata. Tanpa menjawab pertanyaan Arga Lucas hanya berdiri kemudian menghajar Arga, dengan tangan yang masih menggengam pistolnya. Hm, tentu bisa dibayangkan betapa sakitnya. Lucas bukanlah tipikal pria yang suka basa-basi. Itulah sebabnya dia menemui Arga sendiri, karena jika sekertaris atau tangan kanannya tahu, pasti akan banyak acara dan aturan yang harus Lucas dengar. Arga kembali terhuyung, darah segar bahkan sudah mengalir dari ujung bibirnya. "Papaaaaa!" Alexa lari, menghampiri Arga dan memeluknya. Tak lama disusul Riska yang juga berusaha melindungi ayahnya. Lucas memutar bola mata malas. Drama seperti ini yang ia benci. Padahal Lucas tahu betul jika kedua wanita ini tidak menyayangi pria yang ingin ia eksekusi ini. Terbukti saat salah satu dari mereka mengedipkan mata pada Lucas. Ck! Lucas tertawa meremehkan, dia pikir dia akan termakan hanya dengan genitan menjijikan seperti itu? Bahkan jika dua wanita itu menanggalkan pakaiannya Lucas tidak sudi meliriknya. "Tarik kedua gadis itu!" titah Lucas pada Sekertarisnya, Frad. Frad sempat terkejut, ia kira Lucas tidak menyadari kedatangannya. Namun dia lupa, dia memiliki bos yang sangat jeli dan berfokus tinggi. Bahkan lebih tinggi dari ayahnya. Frad sengaja datang diam-diam hanya untuk mengamati tuan mudanya tersebut, karena jika masalah keselamatan Frad tentu tidak akan menghawatirkannya, mengingat Lucas adalah pria terlatih. Frad hanya takut Lucas sampai melewati batas dan membuat nama king nya yang harum tercoreng. "Siap, Tuan." Menyeret Alexa dan Riska ke sisi lain. Kedua wania itu menangis kesakitan, tarikan tangan Frad terlalu kasar dan kuat. Kesal dengan kerisian itu, Lucas berdiri lagi dan menampar mereka secara bergantian. Hening. Alexa dan Riska langsung bungkam. Takut sekaligus syok. Pria yang sangat tampan, keren dan gagah itu siapa sangka jelmaan iblis. Riska bahkan sudah gemetar saat melihat kepalan tangan Lucas yang begitu besar dan berotot. Tuan Arga hanya diam melihat hal itu. Kemudian menatap Lucas penuh kebencian. Tak berbeda jauh dengan Lucas, pria itu juga menatap Arga penuh ambisi dan benci. Ingin sekali ia menyayat tubuh pria itu hidup-hidup. Namun gerakannya terhambat karena ada Frad disini. Si jenius Frad itu pasti tidak akan membairkannya melakukan hal itu. "Bunuh saja aku!" Arga berteriak kesal. Sikap bertele-tele Lucas membuat kekalahannya semakin nyata. Di depan anak dan istri, juga di depan para bodyguardnya yang saat ini sudah terkapar. Lucas menyeringai tipis. "Tidak semudah itu!" jawabnya. Dia butuh lebih banyak teriakan dan tangisan yang muncul dari keluarga ini. Setidaknya dari pria yang tidak punya hati seperti Arga ini. Membunuh sahabat sendiri hanya demi kekuasaan dan tahta. "Bawa pisauku!" Riska dan Alexa sudah saling memeluk gemetar saat melihat pria yang menyeret mereka tadi benar-benar memberikan sebuah pisau pada tuannya. Begitu juga dengan Arga, mata pria itu sudah membelalak, membuat seringai Lucas semakin lebar. "Ada apa, Arga?" "Apa kau takut dengan pisau ini?" tanya Lucas menghina. Sial! Arga semakin terlihat bodoh dan kecil saja di hadapannya. Sungguh, jika ia mempunyai kesempatan akan ia bunuh anak sahabatnya ini dengan tangannya. "Bukankah anda yang memulainya lebih dulu? Menyayat kaki ayahku agar tidak bisa menolong wanita tercintanya?" Menyayat kaki? Ya, karena kemolekan dan kecantikan wajah ibu Lucas, Arga sampai berani menyayat kaki sahabatnya sendiri agar tidak bisa jalan. Sedang dia menikmati tubuh ibu Lucas sebelum akhirnya mereka berdua di bunuhnya. Terdengar mengerikan dan tidak punya hati memang, tapi itulah yang Lucas dengar dari bawahannya. Karena Lucas sedang berlatih saat itu. "Tidakkkk! Tolong jangan lakukan itu ada suamiku!" Alexa berlari seraya berteriak. Melindungi Arga yang selama ini menjadi mesin uang berjalannya. Alexa memang jahat, tapi Alexa sudah mencintai Arga seperti dia mencintai harga dan kekuasaan pria itu. Ck! Lucas kembali berdecih. Kegiatan eksekusinya bisa lama jika seperti ini caranya. Melempar pisau itu ke lantai dan kembali menyokong pistolnya. Jika di tembak sepertinya tidak akan lama, ya meski kurang berasa balas dendamnya. Melihat ibunya yang hendak di tembak, Riska lari dan membuat mereka saling memeluknya. Lucas menghembuskan nafas kasar, ketiga manusia itu sangat terlihat memuakkan di matanya, tapi juga menyedihkan. Mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya. Tak lama Lucas mengepulkannya ke atas. "Baiklah, karena aku sedang berbaik hati saat ini. Kubebaskan kalian bertiga." Ucapan Lucas membuat Alexa dan Riska lega. Meski rumah mereka berantakan, setidaknya nyawa mereka tidak melayang. "Tapi aku akan kembali lagi!" Namun ucapan lucas setelahnya membuat kedua wanita itu kembali ketakutan. Apalagi dengan gayanya yang sok berkuasa. Duduk di kursi kebesaran Arga. "Mengambil semua yang seharusnya ku ambil!" lanjutnya kemudian berdiri dan merapihkan jasnya. Sepertinya cukup untuk hari ini, Lucas akan datang kesini lagi nanti. Dengan waktu yang tidak bisa di duga. Namun tak lupa, Lucas menyuruh Frad menghajar Arga lebih dulu sebelum mereka pergi. Tidak sampai mati, hanya sampai pria itu tidak berani menantangnya lagi. Suara teriakan kembali terdengar, bersahutan dengan suara pukulan yang membabi buta. Sekitar tujuh orang bodyguard yang menghajar Arga, membuat pria itu terkapar lemah tak berdaya. Sedang Chilia yang masih terkunci sudah menangis, tidak bisa berbuat apapun selain menutup telinga tidak tega. Selesai memberi pelajaran pada Arga, mereka juga melepaskan Alexa dan Riska kemudian pergi dari sana. Setelah kepergian para pasukan Dark Eagle, barulah Cilia bisa keluar, dengan cara membobol pintu. Gadis itu lari memeluk ayahnya. "Papaaaaa!" teriaknya. Lucas yang saat itu masih berjalan sempat terdiam, dia seperti mengenal suara itu. Suara itu seperti suara.... "Mari, Tuan." Frand yang sudah membukakan pintu mobil mempersilahkan. Membuat fokus Lucas hilang dan membawa tuannya itu pergi dari sana. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN