“Kita harus bicara.” Titan menelan salivanya yang tiba-tiba saja terasa getir. Ia sudah berdiri di sebelah Hans yang nyatanya terus saja memperhatikan Tari. Tari sendiri masih terisak-isak terduduk di lantai. Tari masih menyemayamkan kepalanya di pangkuan Sam. Sam yang juga masih sibuk membelai kepala Tari menggunakan kedua tangan di tengah linangan air mata pria itu yang tak kunjung usai. Hans menatap Titan dengan pandangan tidak nyaman. Apalagi Hans sadar, Titan jelas menanggapi perhatian berlebihannya pada Tari dengan tanggapan kurang suka. Setelah menghela napas dalam demi meredam sesak di dadanya, Hans berkata, “jangan sekarang. Aku sungguh ingin fokus menjaga Rean.” Sesuai ucapannya, Hans sungguh mengabaikan Titan. Hans memunggungi Titan dan menunduk sedih di hadapan pintu ruang P