Semua yang terjaga di depan ruang PICU dilanda kecemasan luar biasa. Mereka nyaris kehilangan akal, hanya karena tidak sabar menunggu dokter dan petugas medis yang menangani keadaan Rean, di dalam ruang tersebut. Patah hati juga Tari dan Hans rasakan lantaran keadaan Rean yang mendadak kritis, membuat keduanya merasa kecolongan. Hans dan Tari merasa buruk. Keduanya merasa gagal menjadi orang tua, untuk ke sekian kalinya. “Ri! Tenang. Jangan begini. Kamu harus tetap fokus pada kesehatanmu!” ucap Titan sambil merangkul kedua pundak Tari dari belakang. Titan bermaksud menuntun kakak ipar yang juga merupakan sahabatnya, untuk berlalu dari depan pintu ruang PICU. Ia berniat memboyong Tari menuju bangku tunggu yang ada di seberang dan kebetulan kosong tak berpenghuni. Namun, Tari menolak dan