“Tuan Puteri sudah bangun?” Hana mendelik mendengar pertanyana yang mencemooh padanya. Tangannya terkepal, melihat Marko yang duduk dengan tenang dan tanpa menoleh padanya. Sembari memakan daging Wagyu terbaik dan kelihatannya sangat enak sekali. “Kau masih mau berdiri? Tidak mau makan?” Tanyanya masih menatap pada piring di depannya. Tanpa melihat pada Hana yang hanya diam dan tidak mengatakan apapun. “Aku tidak yakin kalau makanan itu bisa dimakan olehku.” Ucap Hana, meragukan makanan yang ada di atas meja. Marko tertawa kecil mendengar penuturan Hana. “Kenapa? Kau takut aku beri racun padamu?” Bibir Marko terangkat, menyeringai pada Hana. Hana mengangguk. “Ya! Aku takut, kau akan meracuniku. Kau bisa melemparku dari balkon ke bawah. Pasti kau bisa juga meracuniku.” Ucapnya penuh tu