BAB 19: Love & Hate

1830 Kata
Winter menggerakan tubuhnya memulai pemanasan, dia akan berenang sangat jauh untuk menggerakan tubuhnya. Dia tidak akan membiarkan tubuhnya diam saja. Bagi Winter, semakin banyak dia bergerak dan diet makanan sehat, lalu melakukan penyedotan lemak di beberapa tempat, maka semuanya akan berjalan dengan lancar. Tubuh kaku Winter kini terasa sedikit lentur meski ada sisa-sisa rasa sakit akibat keram pasca olahraga. Marvelo yang tengah duduk di sisi lain terpaksa harus melihat keberadaan Winter yang berada di hadapannya tengah melakukan peregangan. Sejak tadi mereka tidak terlibat percakapan apapun, namun kini Marvelo merasa penasaran karena tidak seperti biasanya Winter tertarik dengan olahraga. Tidak hanya itu.. Setiap kali liburan, Winter akan membawa Paula kemanapun dia pergi, Winter akan pergi ke manapun tempat yang Paula anjurkan, Winter akan melakukan semua yang Paula perintahkan seakan hidupnya berada di bawah aturan Paula. Winter melupakan kebutuhannya sendiri dan keluarganya, Winter benar-benar bergantung pada Paula. Akan tetapi, beberapa hari terakhir ini ada banyak hal yang berebeda. Semua yang Winter lakukan tidak seperti Winter biasanya. Winter berbeda.. Marvelo menangkap aksen orang Rusia ketika Winter berbicara, cara berdiri Winter sangat sempurna, tatapannya berubah tajam setiap kali melihat sesuatu, dan semua yang keluar dari mulut gadis itu bukan lagi kata-kata yang biasa Marvelo dengar dari Winter yang selama ini dia kenal. Rasa asing semakin kuat Marvelo rasakan dari hari ke hari. Apalagi kejadian kemarin begitu membekas di kepalanya. Marvelo memberikan bola kepada Winter agar Winter bisa bermain bola sendiri agar dia tidak tertinggal, namun sangat mengejutkan ketika Winter memutuskan menendangnya dengan sengaja dan mengenai Selina. Winter adalah orang yang sangat benci membalas kejahatan orang lain apalagi melakuan kekerasan. Lebih mengejutkan bagi Marvelo saat melihat Winter sangat lantang berbicara dan mematahkan semua ke tidak adilan yang dia dapatkan. “Dari mana kau bisa bermain bola?.” Tanya Marvelo yang tidak dapat menutupi rasa penasarannya. Winter mendengus geli mendengar Marvelo yang pada akhirnya membuka suaranya. Dulu, saat dia masih menjadi Kimberly, dia tumbuh di panti asuhan, Kimberly memiliki banyak adik laki-laki yang senasib dengannya. Ketika para pengasuh sedang sibuk, Kimberly merawat adik-adiknya dan menemani mereka olahraga. “Aku memiliki kakak laki-laki. Kau pikir darimana lagi.” Jawab Winter mengarang. “Lalu, sejak kapan kau mengerti hukum?.” Tanya Marvelo lagi. Kaki Winter terangkat susah payah ke sisi kapal untuk melakukan peregangan kaki, gerakan laut yang mengggoyangkan kapal membuat Winter berpegangan pada sisi kaca. Gadis itu melihat Marvelo yang menunggu jawaban. Jiwa Kimberly yang sudah dewasa dan melewati banyak pengalaman. Hanya dengan mendengar beberapa pertanyaan sederhana juga intonasi suara Marvelo, Marvelo adalah pria yang polos di balik tubuhnya yang atletis dan sikapnya yang dingin. Pria itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan ketertarikan dan rasa sukanya pada seorang Winter Benjamin. Seketika Winter tersenyum lebar merasa penasaran bagaiman jika dia menggoda Marvelo. “Aku membaca untuk berkembang.” Jawaban singkat Winter membuat Marvelo mengerutkan keningnya. “Kau berubah.” “Darimana kau tahu jika aku berubah?. sepertinya kau terlihat sangat memperhatikanku.” Jawab Winter dengan napas yang tertahan, berat tubuh begitu sulit di tumpu satu kaki membuat Winter kesulitan. “Aku lupa, kita kan teman sejak kecil.” Goda Winter dengan senyuman lebar. Marvelo tidak menjawab, pria itu membuang mukanya dan tidak mau terlibat percakapan apapun lagi. “Kenapa kau bersikap asing kepadaku?.” Tanya Winter. “Karena kau merepotkan dan memalukan.” “Benarkah?. Dari sikapmu itu, kau terlihat seperti pria yang suka bilang benci, tapi ternyata cinta.” “Jaga bicaramu Winter. Kau terlalu besar kepala dan percaya diri. Aku bersikap baik kepadamu karena kasihan betapa menyedihkan dan tidak bergunanya hidupmu.” Jawab Marvelo dengan sedikit teriakan dan suara yang terbata. “Tapi kemarin kau terlihat khawatir padaku. Sebenarnya kau memang suka padaku tapi arght_” pegangan Winter pada sisi kapal membuat satu kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya dan membuat Winter terjatuh ke lantai dengan b****g terlebih dahulu membentur lantai dan satu kaki yang masih berada di sela pagar kapal. “Lihatlah dirimu, sudah aku bilang. Kau merepotkan.” Komentar Marvelo tanpa berniat membantu. “Brengsek.” Bisik Winter mengumpat, merasakan tulang ekornya terasa seperti menembus bokongnya. “Bantu aku!.” “Tidak mau. Nanti kau akan berpikir aku benar-benar menyukaimu.” Tolak Marvelo. Marvelo langsung beranjak dan pergi ke sisi kapal lain untuk menerima panggil seseorang yang menghubunginya. Winter mendengus kesal menahan makian lebih keras, dengan susah payah dia melepaskan kakinya dari celah besi, gadis itu perlahan merangkak dan berpegangan pada tiang untuk bisa bangun. Begitu kembali berdiri, Winter melenturkan kakinya kembali dan mengambil camata renang. Winter menaiki anak tangga kecil dan melihat ke bawah, memperhatikan gerakan air laut yang tenang. Cuaca hari ini cukup panas, air laut tidak akan membekukan dirinya. Winter akan berenang mengegrakan kakinya, jika perlu sampai kakinya menjadi seperti burung plaminggo. Tanpa keraguan Winter melompat dan membuat suara ceburan terdengar cukup keras terdengar oleh Marvelo yang kini langsung menurunkan handponenya dan berlari melihat apa yang terjadi. “Sialan. Dia benar-benar merepotkan.” Marvelo mengumpat kesal melihat bayangan tubuh Winter yang bergerak di sisi kapal menuju tengah. Tubuh Winter tidak kunjung ke permukaan. Tanpa berpikir dua kali Marvelo langsung melemparkan handponenya dan melompat dari kapal. Marvelo melompat hendak membantu Winter karena dia tahu, Winter sangat payah dalam berenang, beberapa kali Winter sering di temukan tidak sadarkan diri karena terlalu takut dengan berenang. Ada alasan besar dari balik semua ketakutan yang Winter rasakan. Winter terjerat dalam lingkaran trauma yang kuat. Kecelakaan semasa kecilnya yang di alami Winter bersama ibunya adalah alasannya. Dulu, kecelakaan yang di alami Winter dan ibunya membuat mobil yang di tumpangi mereka menabrak sisi tebing dan terlempar dari tebing ke lautan. Mobil yang mereka tumpangi tenggelam di lautan. Sang sopir meninggal di tempat. Ibu Winter memutuskan untuk segera berusaha menyelamatkan Winter terlebih dahulu dan mengeluarkannya dari mobil, ketika Winter berhasil keluar, ibu Winter yang masih terjebak di dalam mobil tidak dapat menyelamatkan diri sendiri lagi karena mobilnya tenggelam semakin dalam ke lautan. Ibu Winter tenggelam ke dalam lautan bersama mobil mereka. Tubuh Marvelo meluncur terjatuh masuk ke dalam air laut, dengan cepat pria itu bergerak cepat mengejar Winter yang bergerak di bawah laut. Bibir Marvelo menekan menahan napas dengan mata terbuka lebar merasakan sedikit perih air laut. Di antara bersih dan birunya air lautan, Marvelo melihat Winter yang kian dekat dengannya. Begitu Winter sudah berada di jangkauannya, dengan kuat Marvelo menarik ke atas lengan Winter. Winter yang sedang asyik berenang melihat ikan-ikan kecil sedikit terkejut karena tiba-tiba sesuatu menarik lengannya. Winter pikir itu adalah ikan besar yang memangsa lengannya. Kepala Winter terangkat melihat Marvelo yang menariknya dengan cepat dan membawanya pergi ke permukaan. Apa yang Marvelo lakukan?. Kenapa dia menarik Winter ke atas?. Pegangan pria itu sangat kuat hingga membuat Winter tidak memiliki kekuatan untuk melepaskannya. Begitu sampai di permukaan Winter melepaskan kacamatanya. Kaki Winter bergerak di bawah permukaan air laut, gadis itu melihat Marvelo yang mengusap wajahnya yang basah, pegangannya di lengan Winter berubah menjadi cengkraman. Keduanya bernapas dengan cepat mengambil pasukan udara. Rahang Marvelo mengeras, pria itu marah besar melihat sorot mata Winter yang polos tanpa dosa bahkan gadis itu terlihat kebingungan dengan apa yang di lakukan Marvelo kepadanya. “Apa yang kau lakukan?. Kau mau mati hah!” teriak Marvelo marah. “Berhenti berbuat bodoh dan merepotkan semua orang! kau bukan anak kecil lagi!.” Kimberly yang tidak tahu masa lalu Winter terlihat kebingungan mengapa Marvelo sangat marah. “Apa maksudmu b******k?!. Aku hanya berenang!” teriak Winter yang akhirnya memaki. Rahang Marvelo mengeras, kilatannya yang membara menunjukan setumpuk kemarahan dengan napas yang bergerak kasar. Marvelo melepaskan cengkramannya dan perlahan bernapas dengan tenang. “Kau trauma dengan air laut Winter.” Winter termangu, sebagai Kimberly dia sama sekali tidak tahu jika Winter yang asli memiliki trauma. Melihat kebingungan Winter membuat Marvelo sedikit mundur. “Siapa kau sebenarnya?.” Bisik Marvelo bertanya. Kemarahan dan kebingungan Winter yang merasa terganggu lenyap dengan cepat, degup jantung Winter perlahan berdetak cepat di landa oleh ketakutan. Apakah Marvelo mulai menyadarinya?. Bibir Winter sedikit bergetar, dia tidak tahu harus berkata apa. “Mengapa kalian berisik?. Ya Tuhan Winter.” Panggil Benjamin yang kini berada di atas bersama Lessy melihat ke bawah, mereka mendengar teriakan Marvelo, karena itu mereka memastikan apa yang terjadi. “Apa yang kau lakukan Winter?.” Vincent yang baru sampai langsung melompat turun dari sampan dan menarik Winter. “Kau tidak bisa berenang, kenapa harus berenang. Kau tidak apa-apa?. Harusnya kau hati-hati dengan tidakanmu, kenapa kau sangat ceroboh.” Omel Vincent marah. “Aku sudah bisa berenang.” Jawab Winter samar. “Jangan bercanda Winter.” Vincent menutun Winter mendekati tangga agar segera naik. Tanpa bicara apapun lagi, Winter segera naik, namun gadis itu tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari Marvelo yang kini sudah lebih dulu naik dengan kemarahan yang sangat mendidih. Apa yang sebenarnya terjadi?. Kimberly tidak tahu apapun yang sebenarnya terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi kepada Winter di masa lalu hingga membuat semua orang cukup posesif kepadanya hingga sampai di titik dimana mereka tidak percaya bahwa Winter bisa melakukan apapun sendiri. *** Winter duduk di sisi kapal, rambutnya sudah setengah kering itu terlihat berkibar di terpa angin. Gadis itu duduk menekuk lututnya sambil memegang segelas kopi dan merasakan cuaca yang panas perlahan menjadi dingin kembali. Usai kejadian tadi Winter memilih tidak melakukan apapun karena semua orang terus mengawasinya seakan Winter di larang melakukan apapun yang berhubungan dengan berenang. Winter teringat ucapan Marvelo beberapa saat yang lalu mengenai trauma. Winter trauma air laut dan tidak bisa berenang. Lantas apa yang membuat Winter trauma?. Kimberly harus mencari tahu semuanya.. “Velo.” Panggil Winter melambaikan tangannya pada Marvelo yang baru kembali dia lihat setelah pertengkaran tidak jelas mereka tadi. Marvelo terdiam dan hanya bersandar pada sisi kapal, pria itu melihat Winter yang kini tidak jauh darinya tengah melambaikan tangan meminta Marvelo mendekatinya. “Velo, kemarilah.” Panggil Winter lagi yang masih duduk di tempatnya. Kaki Winter cukup kesemutan karena itu dia tidak bisa segera bangun dan menemui Marvelo. Marvelo masih diam dan berpura-pura tidak mendengarkan apapun meski matanya tertuju kepada Winter. “Velo!” jerit Winter dengan keras hingga membuat semua orang melihat kearah Marvelo dan memelototinya. Marvelo berdecih kesal. Dengan malas Marvelo mendekat dan duduk di samping Winter. Kemarahan yang sempat terlihat di mata Marvelo sudah hilang seakan kemarahannya kepada Winter hanya sesaat karena perasaan khawatir yang berlebihan. Melihat sikap cuek Marvelo diam-diam membuat Winter merasa sedikit jengkel, namun dia tidak bisa menunjukannya secara langsung. “Aku minta maaf atas kejadian tadi.” Winter memulai percakapan. Marvelo tidak menjawab. “Aku sudah mengatakannya kepadamu sebelumnya bahwa aku ingin berubah. Aku harus melawan ketakutanku dan mencoba hal-hal yang selama ini aku takutkan agar aku bisa berani dan bisa menaklukan kelemahanku. Karena itulah aku sekarang sedang berusaha melakukan apa yang selama ini tidak pernah aku coba lakukan.” Karang Winter dengan lancar setelah beberapa menit menghapal menyusun kata yang harus dia ucapkan. Usaha Winter sedikit membuahkan hasil karena kini Marvelo melihatnya dengan serius. “Kau tidak akan pernah berubah sampai kapanpun jika kau masih membawa Paula ke dalam kehidupanmu.” Ucapan Marvelo mengandung perhatian yang besar bagi Winter. To Be Continue..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN