Dion pun menyuruh Denisa bersembunyi di balkon kemuadian membuka pintunya. "Ada apa sayang?" tanyanya.
"Kak Dion sama siapa di dalam?" tanya Ziva.
"Sendiri," jawab Dion sambil membuka lebar pintu kamarnya.
Ziva pun masuk ke dalam kamar. Namun, tidak ada siapapun di sana. Dia juga menelisik bau badan suaminya, barangkali, ada parfum wanita lain yang tertinggal di sana.
"Apa Kakak masih lama?" tanya Ziva.
"Tidak. Aku sudah selesai kok. Ayo kita kembali," ujar Dion.
Ziva menghela nafas kasar. Wanita itu sedikit curiga pada suaminya. Kenapa suaminya ini malah meninggalkannya sendirian di kamar. Apalagi melihat rambut sang suami yang awut-awutan membuat pikiran wanita itu berkelana kemana-mana.
Sementara, dia tidak memiliki bukti untuk menuduh suaminya. Dion lalu membaringkan tubuhnya di ranjang, tubuhnya sedikit lelah setelah tenaganya dikuras habis oleh Denisa tadi. Dion bahkan tidur sambil membayangkan wajah Denisa.
Keesokannya, Dion terbangun. Dia melihat Ziva sudah tidak ada di sampingnya. Lelaki tampan itu pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi dan berganti pakaian, dia lalu menghubungi sang istri.
"Kamu dimana sayang?" tanyanya.
"Di restoran Kak, turunlah, ada Papa dan Mama disini," ujar Ziva.
Dion pun turun. Disana, dia melihat mantan terindahnya yang sudah cantik dan segar.
"Pagi sayang," sapanya seraya mencium pucuk kepala sang istri, tapi tatapan mata dan senyumnya mengarah pada Denisa membuat wanita itu tersipu malu.
"Pagi Ma, Pa," sapanya lalu duduk di samping istrinya.
"Duduklah, Aku sudah mengambilkan Kakak makanan," kata Ziva.
Dion tersenyum bahagia saat melihat makanan kesukaannya ada di meja. "Terima kasih sayang," ujar Dion seraya mengedipkan sebelah matanya pada Denisa.
"Kamu tahu darimana makanan kesukaanku?" tanya Dion.
"Dari Mama, aku heran, kenapa Mama seolah lebih tahu banyak tentangmu," ujar Ziva.
"Perlu kalian ketahui, suamimu dan Mama adalah tetangga sebelah rumah, bahkan kami sangat dekat. Dia selalu membantu Mama jika Mama kesusahan, begitu pula sebaliknya," cerita Denisa.
Ziva dan Zico hanya menggut-manggut mendengarnya.
"Jadi, jangan cemburu kalau kami terlihat akrab nantinya. Karena, mama kamu dan aku adalah sahabat dulunya," kata Dion.
"Apa sih Kak, siapa juga yang cemburu?" Elak Ziva.
Selesai sarapan, Dion mengantar sang istri pergi ke kampus, barulah dia pergi ke kantor. Sementara Zico dan Denisa kembali ke rumah.
"Papa, masih sakit?" Tanya Denisa seraya memegang kepala sang suami.
"Masih sedikit pusing Ma," jawab Zico.
"Istirahatlah Pa, apa mau Mama kerokin?" Tawar Denisa.
"Boleh Ma," sahut Zico.
Denisa lalu mengambil minyak kayu putih kemudian membalurkan di punggung sang suami dan mengerokinya. Denisa juga memijat punggung dan kaki Zico hingga membuat tubuh lelaki itu menjadi segar kembali.
"Terima kasih Ma. Mama memang yang terbaik," puji Zico.
"Sama sama Pa, sekarang Papa istirahat saja," kata Denisa.
Zico lalu memejamkan matanya, tak butuh waktu lama lelaki tampan itu sudah berada di alam mimpi. Denisa pun ikut berbaring di samping suaminya.
Siang hari, gawai Zico berdering, ternyata dari asistennya. Zico terpaksa bangun karena dering handphone-nya yang terus mengganggu tidurnya.
"Ada apa Juan?" Tanya Zico.
"Maaf Tuan, saya mengganggu istirahat Anda, klien dari kota S ingin memajukan meeting besok hari jadi sekarang," kata sang asisten.
"Tidak apa, saya sudah membaik kok, saya akan datang, kirim saja alamat tempat meetingnya," sahut Zico.
"Baik Tuan," ujar sang asisten.
Merasakan ranjangnya bergerak, Denisa membuka matanya. "Mau kemana Pa?" Tanyanya.
"Ada meeting dadakan Ma, dan kemungkinan Papa pulang terlambat," kata Zico.
"Baiklah, akan aku siapkan air hangat dan bajumu," kata Denisa.
Wanita cantik itu pun pergi ke kamar mandi, setelah menyiapkan air hangat, Denisa lalu menyiapkan dan memakaikan baju untuk suaminya. Setelah sang suami pergi, Denisa kembali merebahkan tubuhnya, dia ingin istirahat sejenak sebelum membuat makan malam.
Baru saja dia terlelap, gawainya kembali berdering. Denisa mengira itu adalah sang suami. "Hem, ada apa Pa?" Jawabnya.
"Papa merindukanmu sayang, cepat datang ke kantor Papa sekarang ya," ujar Dion diiringi senyum licik.
Denisa melihat kembali nomornya, "Dion? Ngapain kamu telepon siang siang?" Omel Denisa.
"Haruskah aku ulangi lagi? Datang ke kantor sekarang, sopirku akan menjemputku," titah Dion.
"Tapi Di," Denisa ingin protes, tapi Dion sudah menyelanya, "Tidak ada bantahan Denisa, atau aku cabut investasi yang aku tanamkan di perusahaan suamimu."
Mau tak mau, Denisa akhirnya pergi ke kamar mandi lalu mengambil bajunya. Setelah berganti pakaian, sopir Dion sudah ada di bawah. Denisa pun memasuki mobil mewah itu.
Tak sampai 30 menit, mobil mewah Dion sudah sampai di halaman kantornya. Denisa langsung turun dan naik ke lantai 25. Begitu Denisa masuk ke dalam ruangan Dion, lelaki itu langsung mengajak mantan kekasih sekaligus ibu mertuanya itu berperang.
Dion memeluk tubuh Denisa dari belakang kala mereka sudah selesai dengan permainan panasnya. Mereka tengah beristirahat di ruang pribadi Dion. Tiba tiba, gawai Dion berbunyi, tertera nama sang istri disana.
"Ya sayang," jawabnya.
"Kak, kuliahku sudah selesai. Aku ke kantor Kakak, atau Kakak yang jemput aku kesini?" tanya Ziva.
"Tunggu disana, aku akan menjemputmu," kata Dion.
Bisa bahaya kalau Ziva datang kesini melihat bajunya dan Denisa berceceran di bawah. Dion lalu mencium kening Denisa yang masih terlelap karena kelelahan.
"Aku pergi dulu sayang, makan siang dan juga baju kamu sudah aku siapkan, terima kasih," tulis Dion pada kertas kemudian dia letakkan di samping Denisa.
Zico ternyata sudah sampai di rumah. Meetingnya hanya sebentar, dia mencari cari keberadaan sang istri yang tidak terlihat sejak tadi.
"Kemana dia? Kenapa pergi tidak pamit?" Gumamnya.
Setelah menunggu hampir satu jam lamanya, akhirnya sang istri pun pulang. Sambil berkacak pinggang, lelaki itu berteriak, "Darimana kamu?"
"Ehh Papa, kok sudah pulang? Katanya pulang terlambat," ujar Denisa.
"Bukan itu jawaban yang aku inginkan, Denisa. Jawab pertanyaanku tadi!" bentak Zico.
"Hehehe, maaf, tadi aku habis bertemu teman lama. Aku lupa tidak memberitahumu tadi," jawab Denisa kikuk.
"Teman lama? Siapa?" Zico mulai menginterogasi.
"Hehehe, itu sayang, dia teman lamaku, dia baru saja tiba tadi pagi, dan mengajakku berkumpul. Besok kapan-kapan aku kenalin," kilah Denisa.
Wanita itu pun memeluk suaminya, dia harus menjinakkan terlebih dahulu harimau tampannya ini sebelum lelaki ini mengamuk. Denisa memegang kening sang suami.
"Sudah tidak pusing?" Tanyanya.
"Tidak, setelah kamu pijat dan kerok tadi, badanku sudah membaik," jawab Zico mulai merendah.
"Baiklah, duduklah di meja, aku akan membuatkanmu teh jahe untuk menghangatkan tubuhmu," kata Denisa.
Lelaki itu hanya menurut saja, dia masih belum puas dengan jawaban sang istri tadi. Besok saja dia akan mencari tahu sendiri.
Setelah makan malam, Zico mengajak sang istri ke kamar. "Ma, Papa mau mandi, apa Mama tidak ingin mandi juga?" Goda Zico dengan mengedipkan sebelah matanya.
Tak ingin suaminya curiga, Denisa pun tersenyum mengangguk. Mereka pun melakukannya. Kamar mandi yang senyap kini ramai oleh suara keduanya.
Zico menelisik semua bagian tubuh sang istri. Dia mencari, mungkin saja ada satu tanda yang bisa menguatkan dugaannya. Namun ternyata tidak ada. Zico jadi merasa bersalah karena telah menuduh Denisa yang bukan bukan.
Denisa tidur di pelukan sang suami karena lelah, bagaimana tidak, dia harus membuat dua orang lelaki mabuk kepayang di waktu yang berurutan.
Zico turun untuk makan, dia lapar karena tenaganya sudah habis dikuras oleh Denisa tadi. Dia melihat sang putri dan juga menantunya sedang bersenda gurau di meja makan.
"Loh Pa, Mama mana? Kok turun sendiri?" Tanya Ziva.
"Mamamu tertidur karena kelelahan," jawab Zico.
"Memangnya Mama habis ngapain kok kelelahan?" tanya Ziva dengan lugunya.
"Tadi habis main dari rumah temennya, makanya dia kelelahan," jawab Zico sekenanya.
"Tumben Mama keluar, biasanya ngurung aja di rumah," kata Ziva.
"Iya, temennya baru datang dari luar kota, makanya mereka ketemuan," sahut Zico.
Dion tersenyum mendengar ucapan Papa mertuanya, ternyata mantan kekasihnya ini pandai juga berbohong. Sepertinya, ini akan semakin menarik. Memiliki 2 wanita cantik di waktu yang bersamaan. Mereka pun makan malam bersama.
Selesai makan, Zico membawakan Denisa makan malam. Dia tidak ingin sang istri sampai sakit gara gara terlambat makan.
"Sayang, makan dulu, setelah itu baru tidur lagi," ujar Zico.
"Ngantuk Pa," sahut Denisa.
"Ayo duduk dulu, biar aku suapi, setelah itu kamu boleh tidur kembali," titah Zico.
Denisa pun bangkit, dia duduk dengan mata terpejam. "Aakk."
Zico tersenyum melihat kelakuan istrinya. Dia lalu menyuapi sang istri hingga makanan di piring itu habis.
"Pa, Mama ngantuk, jangan ganggu Mama lagi," pintanya.
"Iya sayang," sahut Zico.
Zico menaruh piring itu di nakas. Setelah cuci muka dan menggosok gigi, Zico berbaring di samping sang istri. Dia memeluk tubuh indah Denisa dari belakang, lelaki itu menciumi bahu sang istri. "Kamu lelah ya, maaf," bisiknya.
Zico merapatkan pelukannya, namun saat akan memejamkan mata, dia melihat bekas kissmark di belakang telinga Denisa. Seperti masih baru. Zico mulai mengingat ingat kembali kegiatannya di kamar mandi tadi.
"Apakah ini ulahku, seingatku aku tidak melakukannya? Tapi, kenapa ada tanda disini? Apa Denisa habis bermain dengan lelaki lain sebelum aku. Siapa laki laki itu?"