Aku terbangun dengan pakaian yang sudah kering dan selimut hangat yang tersampir menutupi tubuhku. Saat mengerjapkan mata, bisa kurasakan sebuah benda menempel erat di keningku. Dan begitu aku merabanya, aku bisa tahu kalau benda tipis tersebut adalah plester penurun panas. Siapa yang membawaku ke sini? Siapa yang menggantikan pakaianku? Dan aku tidak tahu tempat ini. Kulirik ke seluruh ruangan dengan seksama, kemudian mencoba menebak lokasiku beradasarkan interior kamar yang sedang kulihat. Nuansa monokrom yang kental membuatku sedikit gugup, tapi sebisa mungkin kepalaku mencoba untuk menepis kemungkinan yang ada. Namun wangi maskulin yang begitu segar dan familiar menusuk hidungku tajam sehingga aku tidak bisa mengatakan hal lainnya kecuali satu nama. Gejolak di perutku membuat ter