episode 20

2111 Kata
 THE LEGEND OF THE HIDDEN KNIGHTS episode 20 Lereng hutan desa Kemangi memang sangaj curam, banyak tanjakan dan bebatuan hampir saja Zein tergelincir kalau Mahesa tidak segera memegang tangan pangeran Bintang Tenggara tersebut, wajah sang pangeran sudah nampak kelelahan akibat terus menggunakan tenaga dalam keadaan tubuh tidak sehat, memang tidak seharusnya sang pangeran memaksakan diri, terlebih sebentar lagi harus menghadapi raja siluman buaya putih. “Pangeran Zein, pangeran nampak kurang sehat. Saya sarankan pangeran tidak memaksakan diri. Tubuh pangeran masih lemah, ingatkah bahwa pangeran baru saja terkena racun jarum neraka?” kata Mahesa mencoba untuk memberi peringatan terhadap sang pangeran. Zein mengangguk, meski begitu ia tetap tidak ingin istirahat. Dia hanya memiliki 3 hari untuk mendapatkan senjata pedang naga langit tersebut, kalau digunakan untuk istirahat, kemungkinan tidak akan sampai waktu yang yang dibutuhkan. “Tidak apa, aku baik-baik saja. Nanti saja istirahatnya setelah selesai mengambil pedang naga langit. Aku tidak ingin terlalu menunda waktu.” Dia tetap melangkahkan kaki sekalipun tubuhnya mulai terasa lemas. “Kalau begitu, pangeran harus minum ramuan ini dulu.” Mahesa menyerahkan ramuan obat, Merik sengaja memberikan ramuan tersebut berjaga jika muridnya itu mengalami masalah. Zein menatap botol ramuan tersebut, ia merasa heran dari mana datanganya botol tersebut,”pangeran, ini dari Merik. Salah satu gurumu itu memberikan ramuan ini, karena tahu bahwa tubuh pangeran belum sepenuhnya pulih. Seharusnya pangeran tidak memaksakan diri untuk menggunakan kekuatan, itu akan berdampak pada tubuh pangeran,” jelas Mehasa. Zein mengambil botol tersebut lalu menegak isinya hingga habis, ia menyerngit karena rasa pahit yang menyengat. Tapi tidak sedikit pun memberikan komentar, setelah itu dia kembali meneruskan perjalanan. Hutan tersebut memang sangat mencekam, banyaknya pepohonan yang besar dan lebat daunnya.  Berbagai macam semak belukar menjadi pemandangan tak dapat dihindarkan,”pangeran Zein, tempat ini terlalu juram, pangeran harus berhati-hati.” Mahesa kembali memperingatkan. “Cerewet!” sergah Zein, ia terus berjalan setapak demi setapak hingga akhirnya sampai di dasar lembah. Tanah lembab menjadi pemandangan pertama di bawah lembah tersebut, untuk menuju rawa butek masih memerlukan perjalanan lagi. Meski begitu, udara terasa mencekam, uara nagatif sangat terasa. “Sepertinya ini sudah memasuki kekuasaan raja siluman buaya putih,” komentar Zein sambil memperhatikan keadaan sekitar, perasaan tidak enak membuat manusia terkadang sulit untuk berpikir postif. “Pangeran, Zein. Kita harus berhati-hati, gunakan mata bhatin. Selain itu, kita harus waspada.” Mahesa memperhatikan sekitar, ia bersiap siaga bila saja ada serangan mendadak dari pasuka ghaib milik raja siluman buaya putih. “Kau benar, kita tidak bisa lengah. Kita harus bersiap-siap, aku merasakan aura di sini sudah sangat tidak nyaman. Sepertinya mereka sudah menyadari kehadiran kita,” balas Zein sambil terus melangkah tanpa menurunkan sikap waspadanya. Wus… Tiba-tiba sebuah angin kencang terhembus membuat dedaunan kering beterbangan, entah darimana angin ini tiba-tiba datang. Hampir saja Mahesa terseret angin kalau Zein tidak segera menarik tangannya,”aku harus segera membuat perisai. Jangan sampai kita celaka karena angin ini.” Putra mahkota Bintang Tenggara tersebut segera mengeluarkan pedangnya lalu menancapkan di atas tanah, setelah itu ia duduk bersilah meletakkan kedua tangan di atas kedua paha. Jari tengah dan jari jempol disatukan, kedua mata ditutup. Dia mengeluarkan energi untuk menghadang energi negatif. Mahesa masih tetap berdiri tegak, ia memperhatikan sekitar. Angin semakin kencang hingga sebuah perisai tiba-tiba menyelimuti dirinya, sepertinya pangeran Zein telah mengeluarkan energi murni untuk menekan energi negatif angin panas tersebut. Tes… Pengawal pribadi tersebut terkejut melihat pangeran Bintang Tenggara memuntahkan darah, ia harus membantu sang pangeran. Dia ikut duduk bersilah lalu menyalurkan tenaga dalam pada pangeran tersebut, sepertinya kekuatan raja siluman buaya putih sangat kuat hingga membuat dirinya dan sang pangeran harus berjuang keras untuk melewati serangan tersebut. Duar… Benturan energi positif dan negatif yang sangat kuat mengakibatkan sebuah ledakan besar, Zein segera bangkit dari posisinya. Ia menyentuh dadanya yang terasa nyeri, begitu juga Mahesa. Pria itu bahkan terlempar akibat ledakan tadi. Tak lama kemudian seekor buaya putih muncul di depan mereka,”siapa kalian? Kalian sudah berani mengusik wilayah kekuasaanku.” Suara berat dan menggema membuat siapapun orang akan merasa ketakutan mendengarnya. “Sungguh kami mohon maaf, bila kedatangan kami dianggap mengganggu. Tapi, kami kesini karena ada sebuah keperluan. Harap Raja buaya putih mengizinkan kami untuk mengambil pusata berupa pedang naga langit di rawa butek.” Dengan sangat sopan Zein memberikan penjelasan, sekalipun itu adalah siluman, tapi sebagai sesama hamba Tuhan, maka kita harus saling menghormati dan menghargai. “Hmm, kamu harus melewati beberapa ujian untuk mengambil pusaka itu. Tidak seorang pun bisa menyentuh pedang itu, sudah banyak para kesatria datang tapi pulang dengan membawa tangan kosong. Apakah manusia lemah sepertimu bisa mengambil pedang itu,” balas raja siluman buaya putih. “Kau terlalu meremehkanku, aku Zein Zulkarnain, tidak akan pernah menyerah untuk mengambil pusaka tersebut. Kau hanya tinggal sebuatkan saja syaratnya,” tanyang Zein. “Baiklah, pertama. Kau harus masuk ke dalam goa dibelahmu itu seorang diri. Pengawal mu itu tidak boleh ikut.” Raja buaya putih menunjukkan sebuah goa. Zein mengikuti arah tunjuk raja buaya tersebut, ia sangat ingat kalau goa itu sejak tadi tidak ada. Itu artinya, goa itu hanya ilusi buatan siluman tersebut. “Baik, aku akan masuk dan keluar dengan baik-baik saja. Aku harap itu bukan mulutmu, karena aku akan merobek jantungmu jika kau berani berbuat curang.” Mahesa hanya bisa diam, pangeran tersebut memang selalu bermulut pedas. Kenapa bukan segera masuk saja, dari pada harus menggunakan kata-kata memancing emosi seperti itu?. “Mulutmu sangat busuk, segera masuk saja. Aku tidak akan berbuat curang,” balas raja buaya putih berusaha berusaha untuk tenang, meski sebenarnya dia sangat geram. Zein segera berjalan masuk ke dalam mulut goa, benar sekali tebakan pangeran tersebut. Goda itu adalah mulut seekor buaya raksana, ketika sang pangeran telah masuk, goa tersebut berubah kewujud aslinya. Mahesa sangat terkejut, ia hendak berlari untuk menyelamatkan junjungannya, tapi raja siluman memberinya peringatan. “Dia akan gagal, kalau kamu membantunya. Kamu pikir, pedang naga langit hanya dimiliki oleh orang sakti, pedang itu memiliki kekuatan penghancur, kalau pemiliknya berhati jahat. Maka pedang itu akan membantunya menghancurkan dunia, tapi bila pemiliknya memiliki hati tulus, dia akan membantu untuk menjaga perdamaian dunia.” Mahesa mengurungkan niatnya, ia berharap Zein mampu mengalahkan apapun tantangan di dalam mulut buaya raksasa tersebut, tapi kalau tidak mampu. Dia tidak akan pernah membiarkan siapapun memulai putra mahkota Bintang tenggara tersebut. Gelap dan sunyi itulah gambaran suasana dalam mulut goa tersebut, bau amis menghampiri indra penciumannya. Langkahkan kaki tak sedikit pun ada keraguan karena sudah ada niat untuk mengambil sebuah pedang naga langit, lembab dan seperti ada genangan air. Perlahan sebuah cahaya menyinari tempat gelap tersebut, matanya terbelalak ketika melihat ternyata sesautu yang dia anggao genangan air itu adalah darah. Matanya menyipit saat melihat seorang wanita berdiri dengan kedua tangan dan kaki terikat, tubuhnya penuh dengan luka dan matanya tertutup rapat. “Siapa dia?” tanyanya entah pada siapa. Zein menerusakn langkahnya untuk lebih mendekat pada wanita tersebut, ia tersentak ketika mata sang wanita terbuka sempurna. Tatapannya penuh dengan kebencian, seakan dirinya adalah orang yang telah membuatnya menderita. “Kenapa kau kesini?! aku tidak membutuhkanmu!” katanya murka. Zein sama sekali tidak mengerti, dia baru saja bertemu dan tidak mengenalnya. Tapi kenapa wanita itu seperti menaruh dendam terhadapnya. “Kenapa kau berpikir aku datang karena kau membutuhkanku?” tanya Zein heran. Wanita itu menyeringai remeh,”bukankah kau kesini hanya ingin mengambil pedang naga langit? Aku sudah sering melihat orang-orang sepertimu. Mereka semua berjanji akan menyelamatkanku kalau telah berhasil mengambil pedang itu, tapi nyatanya mereka semua hanya berdusta. Setelah pedang itu berhasil diambil, mereka meninggalkanku sendiri,” katanya sambil memalingkan wajah. Zein tersenyum, ia bahkan lupa dengan tujuannya. Prioritasnya sekarang adalah menyelamatkan wanita tersebut. Dia berjalan semakin mendekat lalu mulai berusaha melepaskan ikatakan di tangan dan kaki wanita itu dan menopang tubuhnya. “Duduklah, aku akan mencoba mengalirkan energi murni padamu. Semua Tuhan menolongmu,” kata Zein sambil membantu wanita itu duduk. “Tidak! Kau sendiri dalam keadaan tidak baik, bagaimana mungkin kau akan menggunakan kekuatanmu untuk menolongku. Kau juga harus mengambil pedang naga langit, mungkin saja energimu juga akan terkuras kalau ketika kau hendak mengambil pedang itu,” tolak wanita tersebut. “Tidak, aku akan menyelamatkanmu dulu. Kalau memang aku tidak bisa mengambil pedang itu juga tidak masalah, pemimpin sejati harus lebih mementingkan keselamatan rakyatnya dari pada kepentingan dirinya sendiri,” jawab Zein mulai mengeluarkan energi murni dari dalam tubuhnya. Belum sempat pangeran Mahkota itu meletakkan tangannya ke atas tubuh wanita, sang wanita sudah berubah menjadi sosok pria rupawan berbaju putih dengan sebuah pedang di tangannya. Zein terkejut melihatnya, pria rupawan itu bahkan sudah berdiri di depan sang pangeran. “Jangan takut, aku hanya seorang utusan untuk menjaga pedang suci ini. Kau seorang pemimpin sejati, kau berhak mendapatkan pedang naga langit ini,” kata pria berbaju putih sambil menyodorkan pedang tersebut. Zein ragu untuk menerimanya, ia tidak yakin kalau ada mansia bisa berubah-ubah dari seorang wanita menjadi seorang pria. “Arsy ratu sejagad, terimakalah pedang ini. Segeralah pergi untuk menyelamatkan dunia, kau tidak punya banyak waktu. Rakyatmu sangat menunggu kehadiranmu di tengah-tengah mereka, ini sebenarnya bukan goa sungguhan. Tapi dalam mulut istri dari raja siluman buaya putih. Kau harus tahu, buaya itu juga tidak ingin disembah, tapi manusialah yang tidak percaya pada kuasa Tuhan yang maha kuasa. Jadi, kamu tidak perlu ragu. Ambilah pedang ini,” kata pria berbaju putih meyakinkan Zein untuk segera mengambil pedang tersebut. Perlahan Zein mengambil pedang tersebut, seketika pria berbaju putih itu menghilang bahkan goanya juga ikut menghilang. Pangeran Bintang tenggara masih duduk di atas tubuh ratu buaya putih raksasa tersebut. Mahesa terkejut melihat Zein tiba-tiba duduk di atas punggung buaya,”pangeran Zein,” panggilnya. Zein tersentak, ia pun mendongakkan pandangannya. Dia memperhatikan sekelilingnya, pria itu sangat terkejut karena mendapati tubuhnya berada di atas tubuh seekor buaya. Pangeran Bintang tenggara tersebut segera melompat turun dan memberi salah hormat pada kedua buaya putuh tersebut,”terimakasih, kalian telah menjaga pedang ini dengan baik. Aku akan membawa pedang ini pergi,” katanya ramah. “Tidak semudah itu pangeran Zein, pangeran memang sudah berhasil mengeluarkan pedang itu dalam tubuh istri saya. Tapi bukan berarti saya tidak bisa merebutnya kembali,”kata raja buaya putih. “Suamiku, apa maksudmu? Kita tidak boleh bertindak seraha semcama itu. Aku tidak ingin kau menderita karena pedang itu, pedang itu akan membawa dampak buruk padamu, kalau dalam hatimu ada sebuah keserakahan,” tegur ratu buaya putih tersebut. “Istriku, dulu aku memang tidak ingin memiliki pedang naga itu. Tapi sekarang, aku tidak meminta para manusia itu untuk menyembahku namun mereka tetap melakukannya. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini,” balas raja siluman buaya putih sombong. “Jadi kau tadi memanfaatkanku? Kau tidak menghalangiku karena kau merasa tidak akan mampu untuk mengambil pedang itu bukan?” tanya Zein dengan seringai remeh. “Hahaha….” Raja siluman buaya putih tertawa setan, ia merubah dirinya menjadi wujud seorang pria bertubuh tingga dan besar. Matanya besar, kepalanya berambut panjang dan awut-awutan. “Kau memang sangat cerdas, apakah kau pikir aku akan diam saja membiarkanmu masuk ke dalam tubuh istriku? Istriku sangat menderita karena pedang itu, sukma pedang itu selalu menyiksa istriku. Tapi sekarang pedang itu sudah keluar, artinya tidak ada yang lagi yang akan menyakiti istriku. Tapi sayangnya, aku justru ingin menggunakan pedang itu untuk mengusai alam siluman,” katanya penuh dengan keserakahan. “Tidak akan! Pedang ini bukan milikmu, aku tidak akan pernah menyerahkan pedang ini padamu. Aku akan mempertahankan pedang ini, kau sendiri yang telah mengaku bahwa kau tidak mampu untuk mengambil pedang ini, itu artinya padang naga langit memang bukan untukmu,” balas Zein sambil menatap raja siluman itu tajam, dia tidak akan pernah gentar menghadapi apapun. Karena yakin Tuhan akan melindunginya. “b*****h! Berani sekali kau menyombongkan diri di depanku, sekarang terimalah serangan ku ini,” teriak raja siluman buaya putih sambil mengeluarkan sebuah kekuatan dari kedua tangannya. Api dari siluman itu langsung menyerang tubuh Zein, tapi sayanganya serangan itu gagal karean putra mahkota Bintang tenggara itu menghindar dari serangan tersebut. Zein melompat keudara untuk menghindari serangan berupa api tersebut setelah serangan itu berhasil dihindarinya, ia kembali mendarat dengan sempurna,” ternyata kau bersungguh-sungguh dengan kata-katamu itu buaya putih, kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi terhadapmu,” kata Zein sambil mencabut pedang miliknya, ia masih belum menggunakan pedang barunya karena lebih nyaman dengan pedang biasa yang telah dibawanya selama ini. Putra mahkota Bintang tenggara itu kembali melompat ke udara dan hendak langsung menebaskan pedang itu ke arah raja siluman buaya putih, tapi ternyata raja buaya itu juga memiliki sebuah senjata yaitu berupa cemeti putih, sebenarnya itu adalah ekornya. Ia menahan sengaran pedang itu dengan cemeti miliknya. Terimakasih masih bersedia membaca n****+ ini… Maaf masih saya rervisi…  Jangan lupa love dan follow akunnya… 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN