Bahu untuk Bersandar

1185 Kata
Aku masih berdiri di depan jendela besar di depan tempat tidurku. Pandanganku jauh memandang ke arah taman yang temaram. Lampu-lampu kecil di taman menambah suasana romantis taman yang indah itu. Dari kejauhan aku mendengar langkah kaki yang mendekat dari pintu gerbang depan. Siapa yang pulang? Dua sosok tubuh terlihat berjalan di koridor di samping taman. Dari bentuk badannya, aku tahu sosok yang berjalan di depan dengan langkah tegap adalah abangnya Rara dan sosok tinggi besar yang berjalan dua langkah di belakang abang Rara adalah ajudannya. Aku melihatnya berhenti di depan kamarku. Apakah dia akan masuk? Aku cepat-cepat menjauh dari jendela dan duduk di tepi tempat tidurku. Hatiku berdebar-debar menunggu. Setelah menunggu beberapa saat, suasana tetap saja  sepi. Tidak ada suara kunci diputar. Lalu aku mendengar mereka berbicara. Tidak ada satu patahpun percakapan mereka yang aku mengerti. Tuhan, tolong gerakkan hatinya untuk masuk ke kamar ini dan menjelaskan semua yang terjadi padaku agar aku tidak lagi di landa kebinggungan. Tolong Tuhan, aku janji akan mengontrol emosiku. Aku janji tidak akan berteriak histeris lagi di depannya. Aku akan berprilaku bagai wanita bangsawan seperti yang selalu Rara ajarkan padaku. Jangan memandang langsung ke mata lawan bicara.Bicara dengan irama yang tenang , tidak menjerit-jerit kesetanan. Raut wajah juga harus tersenyum . Aku berdoa dan mengulang-ngulang dalam hati semua yang diajarkan Rara kepadaku. Masih belum ada suara kunci di putar. Aku tetap duduk diam , menunggu dan berharap agar Abang Rara segera masuk. Beberapa menit kemudian, bayangan dua orang itu terlihat berjalan melewati jendela besarku. Dan langsung berjalan lurus tanpa henti,  menuju tempat kediaman abang Rara. Aduh… ternyata dia tidak masuk. Kecewa sekali aku. Aku menarik nafas untuk menenangkan diriku. Sabar…. Sabar…. Sabar… Aku harus sabar, jangan menjerit, jangan marah. Aku menutup mataku untuk menenangkan diri. Belum saatnya…Belum saatnya. Aku harus sabar. Debar jantungku mulai normal. Aku tersenyum. YES! Aku berhasil, kali ini aku berhasil menenangkan diriku. Tidak kesal, tidak menjerit karena keinginanku tidak tercapai. Aku lalu melangkah ringan kembali ke jendela besar. Aku masih ingin berdiri di sana dan merenung tentang segala perbuatan buruk ku dulu saat menjadi boss. Mana perbuatan yang tidak baik mau pelan-pelan aku perbaiki. Arah pandanganku jauh aku layangkan ke arah gazebo di tengah taman. Suasana yang sepi membuat taman itu tampak misterius. Tiba-tiba dari arah rumah di seberang kamarku ada siluet tubuh yang berjalan ke arah Gazebo di taman. Siapa kah dia? Aku mencoba menajamkan penglihatanku dengan memicingkan mata tapi jaraknya terlalu jauh dan terlalu gelap. Bentuk badannya sih seperti badan cowok? Abang Rara kah itu atau pengawalnya atau mungkin juga pekerja taman? Pakaiannya sama sekali tidak keliatan. Biasanya kalau langit terang , aku bisa membedakan mana yang pengawal atau mana yang pelayan. Pakaian mereka berbeda-beda sesuai pekerjaannya. Semakin tinggi kedudukan pekerjaannya, pakaian yang dikenakan semakin bagus mutu kain dan warnanya. Siluet tubuh itu duduk di bangku Gazebo sambil memandang ke arah kamarku. Aku cepat-cepat bersembunyi di balik tirai , takut dia melihat bayanganku. Rasa ingin tahuku yang besar dan rasa penasaran, membuat aku kembali mengintip sedikit dari balik tirai jendela. Aku mendengar langkah-langkah kaki mendekat. Kembali aku bersembunyi. Siluet ramping lewat di depan jendelaku dengan langkah yang ringan tak bersuara. Siapa lagi itu? Yang ini pasti seorang perempuan. Langsing, tinggi dan langkahnya ringan. Aku kembali mengintip dari balik tirai. Langkah kaki perempuan itu makin ringan melangkah ke arah gazebo. Sekarang laki-laki itu berdiri tegap seperti menunggu sang wanita berlangkah ringan mendekatinya. Tiga langkah lagi, perempuan itu sudah akan sampai di gerbang gazebo. Laki-laki itu melangkah maju, menjulurkan tangannya. Perempuan itu juga menjulurkan tangannya dan tangan mereka saling mengenggam sekarang. Sepertinya mereka saling menatap dengan mesra. Lalu laki-laki itu menarik tubuh perempuan itu ke dalam pelukannya. Tubuh mereka menyatu dan saling memeluk erat dalam kegelapan. Tidak ada yang mereka lakukan hanya berdiri diam dan saling memeluk seperti menikmati saat-saat kebersamaan mereka. Lalu aku  melihat kepala laki-laki itu turun ke bawah, mengangkat sedikit kepala sang wanita dan mulai menciium bibirnya. Aku tidak bisa melihat dengan jelas, tapi aku tahu mereka sedang berciuman dengan mesra. Malam yang indah dengan bulan sabit menghias langit, taman yang  asri menambah keromantisan suasana bagi sepasang kekasih yang pasti lagi dimabuk cinta dan penuh kerinduan itu.Aku masih sangat penasaran, siapa laki-laki dan perempuan itu? Mereka masih tampak mesra saling menautkan bibir dan saling memeluk. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu di banting . Dari rumah abang Rara, aku melihat seseorang  berdiri di depan pintu, lalu ia menjerit keras ke arah dua sejoli yang lagi asyik memadu kasih di gazebo taman. Dua sejoli itu terkejut dan segera melepaskan pelukan mereka. Si gadis tampak ketakutan berdiri di belakang tubuh tegap sang laki-laki. Sekarang mereka berdua keluar dari gazebo dan berjalan lurus menyusuri jalan setapak menuju bangunan rumah abang Rara. Mereka berjalan dengan wajah tertunduk. Lampu taman menyoroti wajah mereka ketika mereka lewat di sampingnya, dan kini aku bisa melihat dengan jelas. Ohh. Gadis berlangkah ringan itu ternyata adalah Rara dan laki-laki tinggi besar yang menciumnya adalah pengawal abang Rara. Pasti yang meneriaki mereka itu adalah abangnya. Si muka dingin itu. Ya Tuhan.. Pasti Rara akan dimarahi. Aku tidak bisa melihat raut wajah laki -laki yang berdiri tegak dan berkacak pinggang yang menunggu mereka di depan rumah itu. Tapi aku bisa membayangkannya, muka yang dingin dengan tatapan mata yang tajam, setajam silet. Kasihan sekali engkau Rara, pasti kamu akan habis-habisan dimarahi. Kenapa juga kamu harus berciuman di Gazebo? Tempat itu sangat terbuka dan bisa dilihat dari seluruh penjuru bangunan rumah  karena letaknya ada di  tengah-tengah  taman. Memang tidak ada tempat lain yang lebih tidak mencolok seperti gazebo itu? Apa kamu pikir abangmu yang bermuka dingin itu sudah tidur? Ini baru jam berapa? Paling juga baru jam delapan malam. Aku menajamkan pandanganku lagi. Rara dan pengawal itu sudah sampai di depan abang Rara. Keduanya tampak menunduk diam  dengan perasaan bersalah. Lalu mereka semua beranjak masuk ke ruangan utama dan menutup pintu besar berukiran naga . Tidak ada lagi yang bisa ku lihat. Aku beranjak menuju tempat tidurku. Hatiku gelisah memikirkan Rara, semoga dia baik-baik saja. Aku berniat menunggunya. Kalau dia lewat nanti di depan jendelaku untuk menuju kamarnya, aku akan memanggil dan menghiburnya. Itu gunanya seorang sahabat bukan? Saling menghibur kalau ada salah seorang yang sedang bersedih. Aku tersenyum senang. Ternyata aku sudah berubah sekarang. Kalau di Jakarta, aku mana mau tahu tentang kesedihan orang. Aku mana tahu bagaimana cara menghibur orang. Aku adalah Listy yang sombong, egois dan mau menang sendiri. Pasti banyak sekali yang membenciku dulu. Aku kembali berjanji dalam hatiku kalau aku berhasil pulang nanti. Aku pasti akan merubah semua sifat-sifat buruk ku. Tidak ada kata terlambat bagi orang yang akan bertaubat dan menjadi pribadi yang lebih baik.  Sekarang adalah  langkah dan kesempatan  pertama buatku untuk belajar menghibur sahabatku. Aku yang sekarang harus bisa  menjadi bahu untuk Rara bersandar. Aku akan menjadi tempatnya berkeluh kesah. Aku akan menjadi sahabat yang baik bagi Rara. Sahabat pertamaku yang merupakan anugerah yang diberikan Tuhan untukku saat aku  terjebak di Bhutan.   Sahabat sejati adalah Orang yang tak akan beranjak darimu walau sejengkal Ketika semua orang berlari menjauh darimu sampai melewati pulau Sahabat sejatimu akan setia menunggu  dan mengenggam erat tanganmu Untuk menarikmu bangkit dan menghadapi segala rintangan    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN