Rasi

1094 Kata
Acara musik yang menampilkan idola baru Pyramid Entertainment sedang digelar. Mereka menyebutnya Showcase. Di mana para idola Rookie* akan tampil untuk pertama kalinya sebagai debut mereka dalam industri ini.  (*pendatang baru/ istilah untuk artis baru). Nama boyband baru itu adalah Byte. Beranggotakan tujuh anak remaja yang baru saja lulus sekolah. Dua diantaranya bahkan belum lulus sekolah menengah. Wajah mereka tampan - tampan tanpa operasi plastik. Manager Sun memintaku menjadi tim yang mengatur mengenai baju dan tampilan boyband baru itu. Tentu saja aku tidak bisa menolak. Tapi bagi semua kru wardrobe, menjadi salah satu anggota tim yang mengurus idola baru adalah neraka. Karena penampilan perdana mereka adalah tanggung jawab kami semua. Apakah mereka layak tampil di atas panggung atau tidak? Apakah penampilan mereka cukup membuat banyak mata terkesima? Karena sebagus apapun talenta yang mereka punya, para penonton akan tetap melihat bagaimana mereka terlihat di atas panggung sana. Sun Bi menyarankanku untuk mengisi perut terlebih dahulu, karena kami akan kesulitan makan apapun jika sudah di belakang panggung. Maka aku segera menyiapkan ramyun untuk kusantap sekarang. Kupikir ruangan ganti akan sepi dari staf dan idola, aku segera menyelundupkan diri kesana. Namun, di sudut ruangan, kulihat seseorang sedang menelungkupkan kepala di atas kursi. Punggungnya bergerak, seperti sedang--menangis? Tubuhnya kurus dan terlihat tinggi. Rambutnya dicat hijau dan wajahnya tertutup kedua tangan. Namun suara isakannya terdengar jelas olehku. "Hei, apa yang terjadi? Ada apa?" Aku mendekatinya. Tangisan itu berhenti, dia mengangkat kepalanya namun tidak menoleh ke arahku. "Akk--aku takut." Jawabnya seraya terisak seperti anak kecil. "Hei, apakah kamu salah satu member Byte?" Dia mengangguk, masih membelakangiku. "Apa yang kamu takutkan?" "Aku takut penampilanku buruk. Aku takut mengecewakan Hyungdeul*." (Para Hyung / kakak - kakak) Kusentuh rambut hijau menyala miliknya, mengusap kepalanya lembut. "Bukankah kamu sudah berlatih dengan mereka?" Dia mengangguk. "Maka, kamu harus percaya bahwa mereka mempercayaimu. Kamu akan menampilkan yang terbaik." Entah berapa usianya, tapi anak ini terlalu muda untuk menanggung beban sebagai idola. Tangisnya berhenti, dia bergerak dan menoleh kepadaku. Wajah putihnya kini memerah, dengan cepat dia menghapus sisa airmata dengan handuk kecil dari saku celananya. "Noona percaya padaku?" Aku tersenyum meyakinkan. "Aku percaya, jika kamu berlatih dengan keras. Kamu akan tampil dengan sempurna di atas panggung. Mungkin hatimu ragu, tapi tubuhmu akan terbiasa dengan latihan - latihan itu. Mereka tidak akan mengkhianatimu." Dia menelan ludahnya dengan sulit. "Aku akan berusaha dengan keras untuk tampil dengan baik." Janjinya. Aku mengangguk meyakinkan dia. "Aku yakin kamu bisa melakukannya." "Terima kasih, Noona." Dia membungkukkan badannya padaku, kutepuk bahunya agar dia lebih semangat. "Siapa namamu?" "Ji Wook. Han Ji Wook." Jawabnya, dia tersenyum, itu menunjukkan betapa tampan dan imut dirinya. "Ji Wook-ah, hwaiting!*" Kukepalkan tangan dan mengangkatnya ke atas bersamaan. (*semangat). "Ye*". (Iya / baik - formal) Dia hendak keluar, namun suara perutnya yang kelaparan terdengar olehku. Ji Wook balik badan dan tersenyum malu seraya meminta maaf, membuatku terbahak. "Sini! Makan ini." Aku mengulurkan ramyun yang sudah siap santap. Anak bernama Ji Wook itu menatapnya sesaat, bertanya apakah aku yakin ingin memberikan makananku untuknya. Yang kujawab bahwa aku akan membelinya lagi nanti. Setelah mengucapkan terima kasih, Ji Wook mengambil ramyun milikku dan memakannya dengan lahap. Aku tersenyum melihatnya. "Keundae*, Noona. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Mengapa wajah Noona tampak tidak asing?" (*tetapi). Aku mengangkat bahu. Meski sudah dua bulan bekerja di sini, aku memang baru bertemu member Byte hari ini. Sebelumnya, aku hanya melihat mereka dari foto - foto. "Hmm, Noona cantik. Aku yakin pernah melihatmu di suatu tempat." Katanya penuh keyakinan. "Di manakah itu?" Tanyaku. "Kafe! Iya benar kafe." "Aahh, mungkin kamu salah satu pengunjung kafe." Dia mengangguk dan menandaskan ramyun terakhir. Aku mengulurkan air minum untuknya. "Berapa umurmu sekarang?" "Sembilan belas."  (Fyi - Umur di korea ditambah 1, maksudnya dia masih 18 thn) "Masih sekolah?" Ji Wook mengangguk. "Aaahh. Terima kasih banyak Noona. Aku kenyang sekarang." Aku tersenyum padanya. "Aku akan mengganti ramyunmu jika mendapatkan uang dari agensi." "Tidak masalah. Kamu bisa datang padaku jika lapar lagi." Jawabku. Kuusap kepalanya, dia membungkukkan badan agar sejajar denganku dan memudahkanku menyentuh rambutnya. Wajahnya sudah tidak sedih lagi, kini dia tersenyum berseri - seri. Seketika aku ingin memiliki sosok adik yang imut sepertinya. *** Pernikahan virtual Joon Ki telah dikonfirmasi. Aku mendapatkan beritanya dari fancafe Kooky. Semua fans yang mengidolakan Joon Ki marah dan kecewa pada agensinya. Mereka berharap, Joon Ki tidak pernah ikut acara seperti itu. Apalagi pasangannya adalah member girlband Inside, Yoon Hae, yang kecantikannya dipuji - puji bak Dewi. Sementara hingga hari ini, Joon Ki belum juga memberi kabar padaku mengenai acara itu, maupun kabar tentang dirinya. "Park Ae Ri!" Manager Sun memanggilku. "Ya Manager Sun?" "Go Ha Ru alergi bulu, jangan berikan mantel berbulu padanya. Ini!" Manager Sun memberikan sebuah mantel, dengan bulu berwarna putih di bagian lehernya yang hendak kupasangkan untuk leader boyband Byte. "Joesonghamnida*. Aku tidak tahu akan hal itu." Aku membungkuk pada manager Sun. (Aku minta maaf - formal sekali). Manager Sun berdecih kesal. "Bukankah kau kuberikan data rinci mengenai para member?" Aku mengangguk, pastilah ada yang terlewat olehku. "Kalau begitu, baca dengan teliti! Satu lagi, jangan berikan Han Ji Wook kopi meskipun dia meminta. Dia dilarang minum kopi. Arraseo?*" (*Mengerti?) "Ye.*" (*ya - formal). "Noona, bisakah kau membantuku dengan ini?" Manager Sun menggerakkan kepalanya mengusirku untuk pergi menghampiri Lee Min Ju, salah satu member Byte. "Jamsiman gidariseyo*." Aku meletakkan mantel bulu dan berlari mendekati Min Ju.  (*tunggu sebentar). Wajahnya halus, lebih halus dari kulitku. Dia member tercantik di Byte. "Apakah kamu alergi sesuatu?" Tanyaku pada Min Ju. Aku hendak membantunya memakaikan make up. Bukan hanya mengurus baju - baju member, terkadang tugasku juga memakaikan mereka make up. "Hanya kacang. Ini semua tidak mengandung kacang kan?" Jari lentik Min Ju menunjuk kotak make up yang terbuka. "Aman." Jawabku. Min Ju mengangguk dan mulai menjepit poni depannya. "Noona apakah kamu memiliki lipbalm?" Kali ini Park Sik Jung menghampiriku. Byte hanya diberikan dua 'pengasuh' oleh Direktur Pyo. Aku dan Kim Ki soo dan seorang manager artis bernama Im Kwang Soo. Mereka adalah artis baru yang masih sangat muda. Terlebih meski baik, anak - anak ini cukup nakal dan sulit diatur. Itu yang kurasakan bekerja dengan mereka beberapa minggu ini. Aku menunjuk kotak make up dengan dagu, Sik Jung mendapatkan lipbalm yang dia inginkan. "Aku tidak mau pakai ini, Hyung!" Suara kekanakan milik Ji Wook terdengar di telingaku. Anak ini sungguh rewel. Aku menoleh dan mendapati Ha Ru sedang membujuk Ji Wook untuk mengganti bajunya dengan kaos tanpa lengan. "Tanganku kurus, ini akan kelihatan jelek." "Pergilah ke Gym jika ingin membentuk tubuhmu!" Sik Jung menimpali. Selesai mengurus Min Ju, aku menghampiri Ji Wook dan Ha Ru. "Kamu bisa mengenakan jaket untuk menutupi lenganmu." Aku mengambil kaos untuk Ji Wook dari Ha Ru. "Apakah tidak aneh?" Ji Wook mematut dirinya di depan cermin. "Pastikan kaos putihnya terlihat, Noona. Dia akan beda sendiri jika tidak mengenakan kaos itu." Ha Ru menyerahkan urusan Ji Wook padaku. Aku mengangguk. Menjadi seorang leader dari enam anak nakal tidaklah mudah. Dan aku sungguh kagum dengan kesabaran Ha Ru mengurus mereka semua. Untuk pria semuda Ha Ru, dia cukup dewasa. Mungkin itu alasan Direktur Pyo memilihnya sebagai leader. Ponselku berbunyi. Pesan masuk dari Joon Ki, membuatku menjauh dari ruang artis. Aku merindukanmu. Aku akan datang jam delapan malam. Kuketik balasan padanya dan kembali pada pekerjaanku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN