9. Rebutan Toilet

1004 Kata
Kutukan apa yang pas ditujukan pada Banyu? Wajah tengilnya sangat membuat Sara kesal bukan main. Bisa-bisanya Banyu mengambil Kikut yang sudah melompat ke bahu Sara dengan santainya, sementara Sara sudah gemetaran dan bergidik ngeri, takut katak itu loncat lagi ke bagian wajahnya atau bagian tubuh yang lain. Banyu juga sepertinya sengaja lama mengambil bajunya untuk mengerjai Sara. "Kayaknya Kikut suka sama lo," katanya terkekeh. "mau bicara apa sih?" lanjut Banyu tanpa rasa bersalah. "Gak jadi!" putus Sara berbarengan dengan hentakan kakinya di lantai lalu berbalik menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Mood-nya berubah drastis. Ia menghempaskan tubuhnya lagi ke atas ranjang. Banyu memang punya uang, tapi untuk saat ini tidak bisa diandalkan. Sara butuh saran yang bagus dan menurutnya Banyu bisa diajak diskusi. Ia punya ide untuk membuka kantor cabang HH yang tidak terdampak langsung kasus papanya. Cabang di sektor pengemasan fresh fruit ini punya nama brand yang berbeda, tapi tetap dalam naungan HH. Orang-orang pasti tidak akan ngeh jika perusahaan itu berdiri lagi tanpa harus terdampak hujatan netizen. Sayangnya, Banyu malah mengerjainya dan membutnya kesal hingga bukan main hingga ia malas bicara dengan lelaki itu. Ponsel Sara berbunyi. Nama om Derry muncul di sana. Beliau adalah kuasa hukum papa. Ah iya, Sara lupa jika ia juga harus membayar tim pengacara om Derry minggu depan. Astaga. "Halo, om." sapa Sara. "Sara, selamat atas pernikahanmu ya. Maaf, om gak bisa datang. Tapi malam ini, om mau kasih kabar baik buat kamu." Tadi pagi yang memang ada tim pengacara papanya, tapi tidak ada om Derry. Beliau sedang di luar kota dan baru pulang malam ini. "Makasih om ucapannya. Kabar baik apa om?" "Sebentar ... " katanya dan terdengar suara kertas-kertas yang dibalik-balik. Sara bisa membayangkan om Derry yang kepalanya botak, pakai kacamata baca sampai pangkal hidung, membolak-balik kertas setumpuk gunung di depannya. "Ada bukti yang mengarah kalau papa kamu ini di jebak." lanjutnya. Sara lantas bangun dari tidurnya, menegakkan duduknya setelah mendengar kabar tersebut. "Serius om?!" tanya Sara dengan antusias sekaligus penasaran. "Iya. Tapi gak bisa om kasih tahu sekarang detailnya. Besok kita bisa ketemu? Di cafe Rambo seperti biasa ya." "Oke om, besok saya ke sana." Sambungan pun terputus. Sara mengedipkan beberapa kali matanya. Sejak awal, Sara memang sudah curiga jika papanya pasti di jebak, tapi belum ada bukti yang jelas dan bukti yang sudah terkumpul semuanya memberatkan. Kali ini, Sara yakin bukti yang ditemukan oleh om Derry adalah bukti yang valid dan bisa dijadikan bukti resmi di persidangan nanti. Sara harap papanya benar-benar tidak bersalah dan bisa bebas dari segala tuntutan. *** Pagi harinya, Sara dan Banyu sudah tatap-tatapan sengit di depan toilet dapur. Keduanya tidak ada yang mau mengalah. "Kamar lo kan udah ada toiletnya! kok lo malah mau mandi di sini?" tanya Sara sambil berkacak pinggang. "Toilet gue krannya mati. Tukang ledengnya baru datang besok minggu. Kamar lo juga ada toiletnya, mati juga?" balas Banyu tak kalah nyolot. "Ya iyalah! Gila! Rumah elit, air sulit." Banyu memiringkan rahangnya. "Ini bukan soal rumah elit atau enggak. Masalahnya gue jarang di rumah dan pakai kamar mandi. Jadi gue gak tahu kalau toilet pada rusak. Ini satu-satunya toilet yang sering dipakai mbak Yah dan pak Kodir dan jelas masih berfungsi baik." "Ya udah, lo ngalah bisa kan? ladies first!" "Gak bisa, gue harus ke kantor pagi-pagi, ada meeting penting. Lo yang harusnya ngalah, lo kan pengangguran sekarang!" "Gue mau ketemu pengacara papa sekarang juga dan ini lebih penting! Lo kan yang punya perusahaan, telat dikit gak apa-apa kali." Sara semakin nyolot. "Wah! Kata-kata lo sangat mencerminkan pribadi lo. Jadi selama kebiasaan lo ngaret? Gak profesional banget. Gimana mau bantak kerjaan kalau selebgramnya aja begini?" Sara bersungut-sungut mendengar ejekan Banyu yang makin lama makin menyebalkan. Lelaki satu ini terus saja bisa membalik keadaan dengan mudahnya. Namun, Sara tidak mau menyerah. Saat Banyu lengang, tangannya dengan cepat meraih kenop pintu toilet itu dan berusaha membukanya. Sayang, Banyu tentu lebih kuat secara tenaga dan tangan Sara dipaksa lepas dari sana. "Gue dulu!" teriak Sara tidak sabaran. "Gak, gue dulu!" balas Banyu yang sama tidak mau mengalah. Mereka berdua sudah seperti anak kecil yang rebutan mainan. Ketika salah satu hampir mendapatkannya, satunya akan sekuat tenaga menariknya. Benar-benar melelahkan. Keduanya pun adu tenaga mendorong satu sama lain supaya enyah dari sana. Tiba-tiba, kaki Banyu terpeleset keset dan terjengkang ke belakang. Lalu kaki yang satunya ternyata tidak sengaja menendang kaki Sara dan perempuan itu ikut oleng. Berakhirlah mereka terjatuh di lantai dengan posisi yang ... Ah sialan. Sara di atas badan Banyu. d**a mereka menyatu dan detak jantungnya sama-sama beradu. Di kepala Sara lalu terlintas bahwa; godaan terbesar lelaki adalah perempuan. Bagaimana jika kita tes? Apakah Banyu lemah dengan perempuan? Terakhir saat Sara mencium Banyu di kolong meja, lelaki ini langsung kabur. Apa kali ini akan begitu juga? Kalau ia, Sara bisa jadi pemenang lomba menempati toilet pagi ini. Namun, tentu saja kali ini tidak cium sungguhan, Sara hanya akan menggoda Banyu saja. Sara pun memajukan wajahnya, semakin dekat dan kini hanya berjarak dua centimeter saja. "Kalau lo ngira nyium gue bisa bikin gue kalah dan membiarkan lo menguasai toilet duluan, lo salah Ra. Gimana kalau gerakan subtil ini terjadi dan ... lo yang akan kalah?" goda Banyu yang tiba-tiba tahu isi pikiran Sara. Sara yang awalnya mau mengerjai Banyu, kini ia sendiri yang syok saat mendapati Banyu menyeringai setan. Namun, ia tidak mau mengalah begitu saja. "Bukannya kamu yang takut? Mau taruhan?" tanya Sara yang justru menantang Banyu. "Oke." ujar Banyu yang ternyata sudah melingkarkan tangannya di atas punggung Sara. Mengunci jemarinya di sana supaya Sara tidak kabur dan Banyu akan buktikan siapa yang akan menang kali ini. Kedua bola mata Sara sejujurnya sudah berlarian kesana-kemari merasakan tubuhnya di kunci. Banyu benar-benar serius. Lelaki itu membuat gerakan memajukan wajahnya hingga jawak yang tadi hanya dua centimeter, kini jadi satu centimeter. Namun gerakan cepat itu justru membuat Sara reflek menutup matanya. Sial! Mengapa tubuhnya malah bereaksi seperti ini? Ia mendengar Banyu terkekeh jahil. Hembusan napasnya juga memenuhi wajah Sara sekarang. "Tahu kan sekarang siapa yang kalah?" bisik Banyu. Sial! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN