Salah Paham

1080 Kata
Malam pun tiba, Radit pulang agak larut malam setelah pergi dengan Siska. ia membuka pintu apartemen dengan hati hati agar Elena tak terbangun, ia berjalan dengan perlahan. Klik! lampu tiba-tiba hidup hingga membuat Radit terkejut. Elena berdiri dengan mengenakan piyama bercorak bunga mawar sedang menyentuh kontak lampu. "Kenapa kau pulang begitu lambat?" Radit sedikit terkejut karna Elena mendadak bertanya. "Ituuu... aku ada sedikit urusan tadi" Radit berbohong lalu berjalan ingin memasuki kamar nya. "Urusan dengan Siska?" Perkataan Elena langsung menohok nya. "Apa maksud mu?" Radit mendekat "Kau pergi kan dengan Siska tadi sore? ke mana saja kalian? check in di hotel mana?" Ketus Elena. "Elena!" Radit mengangkat tangan nya hendak menampar Elena, namun ia menahan nya, ia tak menyangka begitu buruk pikiran Elena pada nya. "Aku masih punya harga diri Elena! aku sudah beristri walau kau tak pernah menerima aku sebagai suami mu.. jangan pernah lagi kau berpikir aku seburuk itu!" Nafas Radit tersenggal, emosinya begitu meluap. namun ia harus menahan nya. "Lalu aku harus berpikir seperti apa! Kau pergi dengan wanita lain hingga pulang selarut ini? Oh ayo lah.. aku sangat paham dengan apa yang kau lakukan di luar sana" Elena makin menantang. Radit benar benar tidak tahan lagi dengan prasangka Elena. ia menarik lengan Elena, tiba tiba ia menciumi Elena dengan kasar. Plak! Elena menampar Radit, air mata nya tumpah, ia begitu kesal dengan perlakuan Radit padanya, kemudian berlari masuk ke kamar nya lalu ia mengunci nya, Elena menangis. Radit mengusap muka nya dengan kasar, ia tak sadar jika ia berani mencium kasar Elena seperti pria jalang di luar sana. Radit melangkah memasuki kamar nya, ia duduk di sudut ranjangnya. Hatinya sakit, Elena begitu menyakiti hatinya. namun ia pun sadar telah menyakiti Elena. ****** Keesokan harinya Elena telah bersiap akan berangkat kerja, kemudian ia dan Radit duduk bersama di meja makan. Mereka hanya diam seribu bahasa sembari menikmati sarapan, hanya sesekali terdengar suara dentingan sendok dan garpu beradu. "Aku... minta maaf" Radit membuka pembicaraan. "Lupakan saja, anggap tak pernah terjadi" Elena langsung beranjak pergi meninggalkan Radit sendiri. Radit hanya menatap Elena yang pergi menjauh lalu hilang di hadapannya. Beberapa jam pun berlalu Eggy tiba tiba datang ke kantor Elena untuk menemuinya, begitu banyak pasang mata yang melihat betapa rupawan nya Eggy yang mengenakan setelan jas dan kemeja yang senada. "Ada yang perlu saya bantu pak?" Siska bertanya "Saya ingin bertemu dengan ibu Elena" Eggy membetulkan kacamata hitam nya. "Apa bapak sudah buat janji?" "Katakan saja pada nya, Pak Eggy datang ingin membahas soal proyek" "Baik pak.. tunggu saya menghubungi ibu Elena dulu" Eggy mempersilahkan, Siska langsung menghubungi Elena melalui telpon kantor. "Maaf bu, ini ada pak Eggy datang ingin menemui ibu untuk membahas proyek" "Katakan pada nya aku sibuk" "Baik lah bu, sa.." Eggy merebut ganggang telpon Siska, ia kemudian langsung berbicara kepada Elena. "Jika kau tak bisa menerimaku baik baik, apa perlu aku harus mendobrak pintu mu secara paksa?" "Jangan gila kau Eggy!" Elena memperingatkan "Kau yang sudah membuatku gila Elena" "Oke! Berikan telponnya pada asisten ku" Eggy memberikan telponnya kepada Siska, Elena meminta Sista untuk membawa masuk Eggy ke ruangan nya. "Elena..Aku tau kau takkan berani menolak ku" Eggy mendekat "Yah aku tau, seberapa gila nya kau" Elena beranjak dari kursi nya menatap keluar jendela. "Ruangan mu sangat indah, seindah dirimu Elena, selera mu tak pernah berubah, ahhh kau tau betapa rindunya aku pada mu Elena" Eggy mendekat lalu mengelus rambut Elena. "Jangan kurang ajar! katakan, ada perlu apa kau datang ke sini" Elena menepis tangan Eggy. "Aku hanya merindui mu, tak ada yang salah kan?" Eggy duduk di kursi Elena lalu menyilangkan kaki nya "Sudah lah, pergi dari sini, kau membuang waktu ku" Elena menunjuk ke arah pintu menyuruh Eggy keluar. Eggy tersenyum, ia lalu menghampiri Elena, di peluknya pinggang ramping Elena erat, lalu di dekap nya hingga membuat Elena terdiam terkejut. Brak! Pintu terbuka, Tampak Radit berdiri sambil memegangi beberapa berkas, melihat pemandangan yang ada di hadapan nya Radit menahan amarah nya, ia mengepalkan tangan nya. Seketika ia maju kemudian menarik jas milik Eggy. Bugh! Radit melayangkan tinjunya ke pipi Eggy, beberapa kali ia berhasil memukul Eggy. Namun Eggy bukanlah pria lemah, ia juga tak mau kalah meninju tubuh Radit. Beberapa karyawan pun berdatangan melihat apa yang terjadi. "Stop! Please Stop! atau aku akan memanggil keamanan!" Elena berteriak mengancam. Radit dan Eggy langsung berhenti, Ada darah segar di sudut bibir Eggy dan luka di dahi Radit. "Akan ku laporkan ke polisi!" Eggy menantang Radit. "Laporkanlah, aku yang akan melaporkan kembali karna kau telah berbuat kurang ajar pada bu Elena!" Radit tak mau kalah "Hah? Heiii dengarkan aku! Elena itu mantan pacar ku, dan aku yakin Elena akan kembali pada ku!" Eggy begitu yakin. Radit menatap Elena, wajah nya makin memerah, ia langsung berjalan keluar Elena mencoba mengejarnya, ia memegangi lengan Radit. "Tunggu! akan aku jelaskan semua" Elena mencoba menjelaskan. Radit lalu menepis tangan Elena, ia menuju ke meja kerja nya mengambil tas kerja dan kunci motor nya. Siska begitu kebingungan melihat Radit yang begitu marah, seakan akan seperti pria yang tengah cemburu kepada kekasihnya. Eggy tersenyum menang, ia lalu merangkul Elena. "Kenapa kau susah susah menjelaskan pada bawahan mu itu!" Air mata Elena tiba tiba bergulir, ada rasa kesal juga khawatir dalam hatinya. "Lepas! Sekarang kau keluar! please tinggalkan aku!" Elena memohon. "Hei Elena ia hanya staf mu! ia tak penting bagimu, lalu kau marah seperti ini pada ku?" Eggy mencoba meredakan amarah Elena. "Tolong Eggy.. Tolong tinggalkan aku.." Elena mulai menangis. Eggy salah tingkah, namun kemudian akhirnya ia meninggalkan Elena sendiri. Elena menangis sejadi nya, hingga membuat matanya begitu sembab, Tak lama ia memutuskan untuk pulang lebih cepat. ****** Sesampainya di apartemennya ia mencari Radit di kamarnya, ia terkejut melihat pakaian Radit hilang dari lemari baju nya. Elena semakin gelisah, ia lalu mencoba menghubungi Radit berkali kali namun tidak di angkat sama sekali. Tangisnya kembali pecah, ia tau pasti Radit telah salah paham kepadanya. Elena mencoba menghubungi ayah mertua nya. "Hallo Assalamualaikum yah" "Waalaikumsalam Elena, ada apa? kok suara mu seperti orang yang sedang menangis?" Ayah Radit bertanya "Hmmmp itu yah.. Apa Radit ada di rumah ayah?" tanya Elena hati hati "Tidak ada nak Radit ke sini, Ada apa nak? apa kalian sedang bertengkar?" Ayah Radit mencoba mengorek cerita. "Hanya salah paham yah.. baiklah yah kalau begitu, saya coba lagi menghubungi Radit.." Elena menutup ponselnya setelah ia mengucapkan salam. Elena begitu kebingungan, ia terduduk di sofa, menyandarkan kepalanya di lengan sofa nya, ia benar benar lelah hingga ia akhirnya tertidur di sofanya. _________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN