19 - Detik Akhir

1217 Kata
Nampan sebagai alas barang lelang kedua sendiri, tampak terbuat dari perak, begitu menarik, memanjakan mata. "Perkenalkan, barang lelang kedua untuk sesi pertama ini!" ucap Hong Shiu, seraya kemudian menarik kain hitam penutup nampan perak. Begitu kain penutup dibuka, sorot mata undangan pesta, lekas tampil penuh minat. "Barang kedua, masih merupakan peninggalan dinasti Tang yang Toko Purnama dapat dari relasi tertentu tak bisa disampaikan terbuka!" Hong Shiu, melanjutkan penyampaian dengan intonasi yang tampak sengaja dibuat dramatis, membuat setiap orang yang mendengarnya, ikut larut dalam suasana dramatis ia ciptakan. Banyak dari undangan pesta yang saat ini juga mulai berdiri dari tempat duduknya, coba memperhatikan barang kedua memang berukuran kecil. "Koin emas peninggalan Dinasti Tang…! Terdapat total dua koin tersedia ditawarkan sekaligus menjadi satu paket!" Secara resmi, barang lelang diperkenalkan dengan jelas. "Koin emas ya? Cukup unik! Tak kuduga barang seperti ini akan muncul dalam acara lelang!" Salah satu undangan, pelajar HBS Indo, mulai memberi komentar. "Siapa gerangan relasi tertentu dimaksud tadi?" "Koin emas peninggalan Dinasti Tang, tentunya tak sembarangan dapat diperoleh, apalagi dijual!" "Yahh… Cukup membuat penasaran dari mana Hong Kui bisa memperoleh itu!" Barang lelang kedua berupa Koin emas peninggalan Dinasti Tang, lekas membuat suasana kembali semarak, setiap orang tak mau ketinggalan untuk melakukan diskusi dengan orang disebelahnya. Bahkan meja Willem, lokasi dimana sosok-sosok Totok Belanda duduk bersama, tampak juga memiliki minat, saling bercakap satu sama lain. Situasi yang membuat hadirin undangan pesta, semakin berkembang antusias. Tak sabar menunggu apakah Willem dan lainnya kali ini akan turut meramaikan lelang dengan mengajukan penawaran. "Sepertinya aku akan coba menawar kali ini!" Salah satu pelajar HBS Ningrat, menyampaikan komentar. "Kau pikir siapa dirimu? Apa kau berniat untuk melakukan persaingan dengan para tamu besar deretan VIP diatas sana!" "Yahh, sungguh bodoh! Sadari batasanmu! Memang kau sekaya apa? Hahahhahah…." "Nikmati saja pertunjukannya setelah ini!" Para undangan dari deretan tamu yang bisa dikatakan biasa-biasa saja, dimana awalnya mendiskusikan koin emas barang lelang kedua, kini mulai berganti mendiskusikan tentang siapa yang akan mendapatkan. "Hmmm….!" Melihat ekspresi serta tanggapan riuh setiap orang, Hong Shiu yang merasa telah berhasil membawa suasana, tersenyum tampak puas. "Baiklah, tak berlama-lama lagi, harga pembuka untuk barang lelang kedua adalah 200 Gulden!" "300 Gulden!" Hanya sepersekian detik setelah Hong Shiu membuka harga, salah satu tamu VIP dimeja Willem, langsung mengajukan tawaran. "350 Gulden!" Tak menunggu lama, tamu VIP lain menaikkan harga. Kumpulan Totok Belanda tampak benar-benar menaruh minat. Hong Shiu yang melihat itu, mulai memasang wajah anggun sambil mengawasi dan mendengarkan dengan seksama terjadinya perang harga. "370 Gulden!" "Hmmmm…. 400 Gulden!" Sejauh ini, persaingan terjadi diantara dua tamu VIP saja. Setiap orang yang mendengarkan perang harga, mulai berdiskusi tentang siapa kiranya dari dua pegawai Resident Kota Surabaya bawahan ayah Willem, akan keluar sebagai pemenang. "450 Gulden!" Ketika kebanyakan orang masih sibuk berdiskusi, harga dari koin emas barang lelang kedua, sudah melambung cukup tinggi. Lebih dari dua kali lipat harga awal pembuka. Situasi yang membuat tiap undangan lain tak mampu berpartisipasi dalam perang harga, hanya bisa sekedar menjadi penikmat suasana persaingan. Sementara itu, kembali pada sudut tertentu ruang, Hong Kui yang merupakan pemilik dari tiap barang lelang, Sang Tuan Rumah, sekali lagi menampilkan wajah berseri. Tersenyum lebar menyaksikan jalannya lelang. Sangat puas dengan harga yang terus melambung tinggi. "Wahhh… Juragan, acara lelang pesta ini benar-benar berjalan meriah! Baru dua barang, itu sudah laku keras sedemikian rupa!" Salah satu pegawai yang kebetulan berada disamping Hong Kui untuk menyeduh teh, melempar kalimat pujian. "Aiihhhh… Kalau memang sudah beruntung, ya begini! Menyangkut bisnis, semua akan kembali pada bagaimana tajam menangkap peluang!" balas Hong Kui. Kalimat baru disampaikan, jelas merujuk dari ia cukup pandai melihat celah keuntungan. Bahkan acara pesta pembukaan yang seharusnya cuma untuk selamatan dari bisnis baru, kini berkembang sudah menghasilkan profit bagi Hong Kui. Tak mau sama sekali rugi dengan mengadakan pesta cukup menyita biaya mahal karena didesain mewah, Hong Kui menaruh agenda lelang menjadi bagian dari rangakaian kegiatan. Agenda lelang, selain mampu menarik minat para pembesar Ningrat Pribumi, bahkan juga Totok Belanda untuk hadir memenuhi undangan, menaikkan prestise Hong Kui, nyatanya juga memberi keuntungan besar dapat digunakan untuk mengganti modal awal mengadakan pesta. Prestise, media promosi, keuntungan besar, semua tampak menjadi paket lengkap membuat suasana hati Saudagar Tionghoa paling tersohor diwilayah Surabaya dan sekitarnya ini bunga tiap saat. Tak henti menampilkan senyum lebar. "600 Gulden!" Ketika Hong Kui sibuk berbincang dengan pegawainya, acara lelang terus berlanjut, tawaran terbaru untuk koin emas barang lelang kedua, sudah mencapai angka 600 Gulden. "Hmmm… Sudahlah! Kenapa begitu serius!" ucap salah satu Totok Belanda, bertanya ketika kawan disebelah yang menjadi pesaing, belum juga mau mundur bahkan setelah tawaran berkembang menjadi cukup tinggi. Tiga kali lipat harga awal pembuka. "650 Gulden!" Setelah mengucap kalimat, nyatanya ia menaikkan tawaran sekali lagi. "Dasar! Ambil saja kalau begitu!" dengus kesal kawan pesaing. Tampak sudah menyerah. "Hahaha, kalian berdua, santai saja! Lagian lelang masih panjang!" Totok Belanda lain, menyampaikan celetuk sembari tertawa melihat bagaimana dua kawannya yang baru bersaing, tampil memasang raut wajah bersengut satu sama lain. "Hmmmm… yah…!" balas dua Totok Belanda, hampir bersamaan. "Nahhh… Tawaran paling tinggi, adalah 650 Gulden! Apakah tak ada yang berniat kembali mengajukan harga?" Hong Shiu, lekas kembali coba memeriahkan suasana. Hanya saja, kali ini sekedar bersambut keheningan, bagaimanapun, siapa juga berani bersaing dengan para Totok Belanda. Selain tentunya tahu diri kemampuan finansial, tiap pembesar Ningrat Pribumi hadir, tak ingin menyinggung golongan tamu VIP tersebut. "650 Gulden pertama…!" "650 Gulden kedua…!" Suara Hong Shiu kembali terdengar, kini mulai menghitung dengan ketukan palu. Koin emas barang lelang kedua peninggalan dinasti Tang, tampak akan segera jatuh dimenangkan salah satu Totok Belanda dengan harga akhir 650 Gulden. Situasi yang membuat Hong Kui sebagai penyelenggara lelang, semakin berkembang bunga suasana hatinya, tak henti memasang senyum lebar tampak begitu puas. Bagaimanapun juga, dalam sekejap mata, dia berhasil mengumpulkan keuntungan cukup besar dari hanya dua barang lelang awal sesi pertama ini. "Aiihhh… Sungguh diberkati Dewa!" Gumam Hong Kui. "655 Gulden!" Hanya saja, tepat dimomen terakhir tangan Hong Shiu hendak memukul palu hitungan ketiga, suara sosok tertentu, terdengar untuk tiba-tiba melayangkan tawaran lebih tinggi 5 Gulden. Bertindak cekatan, Hong Shiu lekas menahan tangan. Menghentikan ujung palu menyentuh meja tanda lelang barang kedua berakhir. "Nahhh… Masih ada yang menaikkan tawaran!" ucap Hong Shiu, menatap dengan sorot mata penuh minat tertentu sosok baru menaikkan harga. "Willem? Kau juga tertarik?" tanya Totok Belanda hampir memenangkan lelang barang kedua. Lekas menatap kesal kearah Willem, sosok yang baru masuk kedalam persaingan didetik paling akhir. "Maaf, kebetulan aku belum punya yang seperti itu! Koin emas antik! Jadi, kurasa akan cukup layak dijadikan barang koleksi tambahan!" balas Willem, sembari memasang senyum tipis sederhana. "Tuan Willem van der Beele, akhirnya memeriahkan acara malam ini!" Sementara itu, diatas panggung, Hong Shiu, melanjutkan kalimat. Namun kali ini dengan agak berbeda. Intonasi nada terucap, serta ekspresi wajah, jelas menampilkan kecentilan tertentu. Seperti sengaja ingin coba menarik minat Willem secara pribadi. "Hmmmm…" Melihat bagaimana cara Hong Shiu memandang kearah Willem, Belinda yang sedari tadi tampak bosan, lekas memasang wajah tak senang. Menatap tajam gadis Tionghoa keponakan Hong Kui itu. "Apakah tak ada lagi yang coba menawar lebih tinggi?" tanya Hong Shiu. Sudah mulai mengangkat palu. Sempat merasa tak akan ada berani melayangkan harga lebih tinggi, terlebih itu adalah Willem yang membuat tawaran paling baru, dugaan Hong Shiu dan hampir tiap undangan hadir, ternyata salah. "670 Gulden!" Laurens Both, Putra Assisten Resident Kota Gresik, bergabung dalam persaingan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN