20 - Jangan Sembarangan

1261 Kata
"Wahhh… 670 Gulden dari Tuan Laurens Both! Putra Asisten Resident Kota Gresik!" Hong Shiu, lekas menjadi bersemangat. Ia sendiri mengetahui identitas Laurens, karena sebelumnya Hong Kui telah melakukan pendataan cepat siapa-siapa saja kaum Totok Eropa tambahan datang kepesta. "Tuan Willem, bagaimana?" tanya Hong Shiu kemudian, masih bertahan dengan intonasi nada dibuat agak centil, Keponakan Hong Kui ini langsung menyasar Willem. Bagaimanapun juga, itu memang ia penawar paling akhir sebelum Laurens tiba-tiba bergabung menaikkan harga. "Hmmmm… Gadis ini memang sengaja rupanya?" dengus Belinda. Berkembang semakin tak sedap raut wajahnya menatap sosok Hong Shiu. Menyadari gadis itu memang sengaja ingin coba memikat Willem. Menyempatkan menatap tajam sosok Hong Shiu diatas panggung untuk beberapa saat, dimana tampak masih bertahan menampilkan senyum dibuat semanis mungkin, sorot mata Belinda, beralih kearah Willem. Seperti kebanyakan peserta pesta lain, cukup penasaran dengan bagaimana reaksi sabahat dekatnya tersebut atas aksi Laurens. Tiap sorot tatap mata, kini tertuju pada satu orang. Tentu Willem. Menunggu apakah ia akan kembali menaikkan tawaran untuk memberi suguhan menarik dari dua sosok Putra Asisten Resident, bersaing memperebutkan koin emas peninggalan dinasti Tang, barang lelang kedua. Hong Kui pada sudut lain, juga tak tertinggal. Menatap antusias. Sangat mengharapkan Willem terpancing tak mau kalah. Satu hal yang tentu akan berakhir baik untuknya. Bagaimanapun juga, siapapun diantara dua sosok nantinya keluar sebagai pemenang lelang, sepenuhnya mendapat keuntungan mutlak, itu adalah Hong Kui sendiri. "Tuan Willem pastinya memiliki kantong lebih tebal, sebagai pemilik perusahaan pertanian der Beele, itu sudah tak diragukan lagi!" gumam Hong Kui. Coba mulai memperhitungkan kemungkinan. "Sementara Laurens Both, berapapun uang saku ia terima dari Ayahnya, tak akan mampu bersaing dengan Tuan Willem!" "Hanya saja, Laurens ini secara tak langsung memainkan peran cukup bagus untukku! Setidaknya ia bisa menjadi pendorong bagi Tuan Willem, merogoh saku lebih dalam untuk mendapatkan barang lelang sedang ditargetkan!" Hong Kui, sepenuhnya berselimut suasana hati bagus. Melihat perkembangan situasi, itu seperti ia akan kembali mendapat keuntungan besar. Menatap keatas panggung, sorot mata Hong Kui bertemu dengan tatapan Hong Shiu kebetulan tengah melirik kearahnya. Lirikan yang lekas bersambut isyarat tangan tertentu ditampilkan Hong Kui untuk Keponakannya yang sedang berperan sebagai pemandu acara, kembali memberi dorongan untuk meningkatkan intensitas persaingan. "Sungguh seru…!" Cepat tanggap, Hong Shiu lekas menjalankan intruksi. Melanjutkan kalimat bahkan saat Willem, masih bertahan diam. Belum memberi tanggapan apapun dari pertanyaan bernada centil awal sempat ia lempar. "Para hadirin sekalian, ini jelas momen yang sangat jarang terjadi! Sebaiknya kita menikmati sajian sebaik mungkin!" "Pada satu sudut, ada Tuan Laurens Both! Putra Asisten Resident Kota Gresik, sementara sisi lain, itu Tuan Willem van der Beele yang cukup terkenal!" "Siapa kiranya dari dua nama besar ini, dimana merupakan putra dari dua sosok besar pula, akan memenangkan persaingan bergengsi!" Kembali menampilkan aksi lihai, Hong Shiu mengangkat tentang gengsi atau prestise sebagai topik tambahan memanaskan suasana. Tampak cukup memahami kebiasaan para pembesar yang akan selalu menjunjung tinggi prestis mereka. Terlebih, ketika itu dalam situasi seperti saat ini. Ditengah kerumunan pembesar lain acara pesta sedang berlangsung. Masih menjadi segala pusat perhatian, Willem nyatanya bertahan tetap bersikap tenang. Cenderung tampak santai. Malah menyempatkan memberi intruksi pada Aldert dengan gerak tangan singkat, untuk menyeduhkan teh. Suara terdengar, itu menjadi adukan gemerincing Aldert yang sedang menyeduh teh. Membahana terdengar pada tiap penjuru ruang pesta karena memang tiap orang, kini sekedar diam. Sepenuhnya hening. Memecah keheningan dengan adukan teh, Aldert menutup dengan mempersilakan teh telah jadi dihadapan Willem. Momen selanjutnya, suguhan bagi tiap orang, tiap pasang tatap mata sedang memandang, itu adalah Willem, dengan gerak penuh etika, mengambil satu tegukan teh. "Jika sahabat Laurens begitu berminat dengan Koin emas barang lelang kedua…" Willem, akhirnya membuka suara tepat ketika ia meletakkan kembali cangkir teh diatas meja. Kalimat pembuka yang lekas bersambut tiap hadirin pesta, menajamkan telinga masing-masing. "Maka biarlah ia mendapatkan!" Kalimat selanjutnya keluar dari mulut Willem, nyatanya cukup mengejutkan. Benar-benar tak sesuai harapan tiap orang. Memupuskan segala gairah untuk menyaksikan persaingan harga seru antar dua Putra Assisten Resident. Willem, bukan terpancing untuk menjadi panas pasca segala kalimat dorongan sempat dilontarkan oleh Hong Shiu. Ia justru malah menarik diri dari persaingan. Laurens Both sendiri, lekas menampilkan raut wajah penuh kesombongan. Merasa bahwa Willem, takut bersaing dengannya. "Hmmmm… Kemenangan yang cukup mudah! Kupikir akan menjadi seru! Kau sepertinya tak sekaya banyak orang bicarakan!" gumam Laurens. Melempar kalimat yang terdengar cukup tajam. Entah masalah apa dimiliki Putra Assisten Resident Kota Gresik ini kepada Willem. Sedari awal, tampak selalu menampilkan sikap tak bersahabat. Mungkin ia hanya tak suka atau iri dengan berbagai kabar kesuksesan diraih Willem dalam satu tahun belakangan, membuat nama Putra Assisten Resident Kota Surabaya tersebut banyak diperbincangkan kaum Totok Belanda lain. Bagaimanapun juga, Willem dan Laurens, berada dalam generasi sama. Situasi yang membuat Laurens tentu kerap dibanding-bandingkan dengan sosok Willem. Generasi seumuran yang telah melambung tinggi meraih kesuksesan dalam bisnis. Atau, bisa juga aksi Laurens, sekedar upaya untuk menarik perhatian Belinda. Mengetahui Belinda seperti memiliki kedekatan tertentu dengan Willem, Laurens coba menunjukkan bahwa ia lebih baik. "Begitu?" gumam Willem, menanggapi kalimat tajam baru dilontarkan Laurens, dengan bertahan menampilkan senyum tipis sederhana nan khas. Reaksi yang cukup berbeda tentu ditampilkan oleh Aldert. Lekas tak terima saat mendengar Tuan-nya baru saja diremehkan. Namun melihat Willem sendiri masih dapat bersikap santai, Aldert coba menahan diri. Sekedar tatapan tajam ia tampilkan menghujam kearah Laurens. "Hei kau yang disana! Kusarankan hati-hati menempatkan tatapan macam itu! Kulihat, kau jelas sekedar anak Indo!" gumam Laurens. Menyadari bagaimana cara Aldert menatapnya. "Sekedar darah campuran sebaiknya sadar diri dengan siapa berhadapan!" tutup Laurens. Suasana, lekas kembali menjadi berselimut keheningan. Namun kini keheningan nan mencekam. Menyadari konflik tertentu hadir diantara kaum Totok, para pembesar Ningrat Pribumi, juga seluruh hadirin undangan pesta lain, tak ingin terlibat. Menghindari masalah yang tak perlu dengan mulai menarik tatapan masing-masing. Bersikap seolah tak sedang mendengar atau melihat apapun. "Wahhh… Sahabat Laurens! Itu tampak berkembang terlalu jauh!" Meski menampilkan sikap seolah tak sedang memperhatikan, tiap orang hadirin undangan pesta, lekas mempertajam telinga masing-masing saat mendengar Willem, kembali menggumam kalimat. Kali ini tak dengan intonasi nada santai. Itu terdengar dingin. "Bagaimana terlalu jauh?" tanya Laurens, bertahan dengan wajah sombongnya. "Pertama, aku sengaja membiarkan kau mendapat barang lelang, sekedar niat baik. Anggap saja oleh-oleh bagi Ayahmu!" "Bagaimanapun juga, ia tentu telah memberi uang saku bagi putranya ini sebelum berangkat kepesta acara lelang!" gumam Willem. Cukup tajam secara tersirat namun jelas, mengecilkan sosok Laurens sebagai bocah kemarin sore menerima uang saku dari bapaknya. "Tentu cukup mengherankan, mungkin memalukan saat dengan uang saku telah diberi Ayahmu sebagai bekal, kau tak membawa apa-apa ketika pulang dari acara ini!" lanjut Willem. Kalimat yang lekas bersambut suara terkikik menahan tawa beberapa sosok acak disekitar. Menyadari lelucon sarkas baru disampaikan oleh Willem. Terutama Belinda, saat orang lain jelas berusaha menahan untuk mengecilkan suara, gadis ini menampilkan terang-terangan senyum lebar. "Kau…." Laurens, tentu berkembang menjadi marah. Bukan hanya baru direndahkan secara tak langsung pada khalayak umum, itu juga terjadi tepat dihadapan Belinda. Sosok gadis cantik nan menawan telah ia targetkan untuk buat terkesan. "Kedua…" Hanya saja, Laurens masih berfikir, belum menemukan kalimat tepat dapat digunakan membalas ejekan terselubung saat Willem, lekas memotong. Melanjutkan kalimat awal tadi sempat terjeda. Lebih tepatnya sengaja ia jeda untuk sekedar beberapa saat menikmati pergantian raut wajah dari sombong menjadi marah Laurens. "Aldert ini… Bukan satu hal yang bisa kau sentuh seenaknya! Kau komentari seenaknya!" gumam Willem. Kembali dengan intonasi nada terdengar sangat dingin. "Aku mungkin bisa membiarkan kau mendapat barang lelang, karena bagaimanapun juga, itu masih barang umum tanpa kepemilikan!" "Sedangkan Aldert, jelas berbeda! Bisa dikatakan, ia adalah salah satu properti pribadiku!" "Jadi, sekali ini saja kuberi peringatan, jangan sembarang menyentuh milik orang lain! Terlebih saat itu adalah milikku!" tutup Willem. Dingin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN