14 - Belinda van Berg

1226 Kata
Sementara ketika ruang acara pesta sedang cukup ramai akan bisik-bisik serta tatapan kagum para pemuda terhadap Kirana, pada pintu masuk, Hong Kui nyatanya sudah tak memberi perhatian. Memasang wajah antusias sekali lagi saat kereta kuda indah yang sudah ia tunggu-tunggu, akhirnya datang memasuki pelataran Toko Purnama. "Ini dia! Karakter utamanya!" gumam Hong Kui. Dengan intonasi nada lega. Kereta kuda indah, berhenti tepat didepan arah pintu masuk. Sang Kusir, memiliki perawakan garang dengan kumis tebal melintir keatas. Menyempatkan menatap dengan sapuan tajam kesekitar sebelum mengucap kalimat. "Tuan… Kita sampai!" Menyambut kata-kata Kusir Kereta kuda, dimana tentu saja adalah Wardiman, pintu kereta terbuka untuk turun pertama kali pemuda Indo. Aldert. "Tuan… Silakan…!" ucap Aldert. Dengan intonasi nada terdengar takjim penuh kesopanan. Sosok kedua turun dari kereta kuda, merupakan undangan paling ditunggu kehadirannya oleh Hong Kui Sang Tuan Rumah penyelenggara pesta besar. "Selamat datang Tuan Willem! Aihh… Hong Kui ini sudah cukup berdebar seandainya anda ternyata tak berkenan hadir!" Tak seperti ketika menyambut seluruh tamu sebelumnya datang, Saudagar Tionghoa tengah naik daun namanya ini, lekas berjalan kedepan menyambut bahkan saat Willem, belum mengambil satu langkahpun pasca turun dari kereta. "Sebuah kehormatan tak terlukiskan Pembesar macam anda, mau hadir kepesta sederhana ini!" ucap Hong Kui. Sedikit menundukkan kepala sebagai tanda kesopanan serta rasa hormat untuk Willem. "Hmmmm… Kau masih saja suka bermain dengan kata-kata!" balas Willem. Setelah sempat mendengus. Melirik Hong Kui bersama tatapan mata, melihat ruang bagian dalam tampak sudah cukup ramai. "Belinda! Kenapa belum turun? Kau mau kutinggal tetap disana? Ikut dengan Wardiman?" Melanjutkan, Willem mengucap kalimat kepada sosok tertentu masih berada didalam kereta kuda. "Ohhh… Anda tak sendiri Tuan?" tanya Hong Kui. Penasaran dengan sosok diajak Willem menemani. "Hmmmm… Kau bilang ini akan menjadi pesta ala Eropa?" Menyambut pertanyaan Hong Kui, bukan balasan dari Willem, tapi suara seorang wanita, terdengar bersama sosoknya, melangkah turun dari kereta kuda. Gadis muda nan cantik, tentu seorang Totok, sedikit mengangkat gaun indahnya ketika kaki, menapak tanah pelataran Toko Purnama. Sedikit melihat tengkuk kaki gadis muda ini, bahkan sudah membuat mata Hong Kui berdebar. Sangat putih tanpa celah. Saudagar Tionghoa ini kemudian berkembang memasang raut wajah sedikit kecewa saat gaun kembali diturunkan. "Memang pesta ala Eropa!" ucap Willem. Membalas kalimat awal sempat dilontarkan gadis muda sebelum turun dari kereta. "Lalu kenapa Tuan Rumahnya bukan orang Totok?" tanya Gadis Muda, melirik sosok Hong Kui. "Hmmm… Belinda! Kau terlalu cerewet! Pesta ala Eropa tak harus diadakan oleh orang Totok bukan?" tanya Willem. Mengerutkan kening tampak agak kesal. Datang bersama Willem, tak lain adalah Belinda van Berg. Anak seorang pejebat sama dengan Willem. Ayah Belinda, adalah Asisten Resident Kota Madiun. Belinda yang juga sosok teman akrab Willem sedari kecil ketika masih di Eropa, tepat satu bulan lalu menyelesaikan pendidikan untuk kemudian menyusul Willem pergi ke Tanah Hindia. Tinggal bersama Sang Ayah yang merupakan pejabat besar. Kebetulan tadi pagi, Belinda mengunjungi Willem sampai di Kota Surabaya. Sekalian memenuhi janji pada Hong Kui untuk mengajak sesamanya menghadiri pesta, Willem memutuskan datang bersama sahabatnya tersebut. "Tetap saja! Ini cukup jauh dari bayanganku tentang pesta! Aku bahkan menyempatkan memakai gaun terbaik!" gumam Belinda. Ikut memasang wajah kesal membalas kata-kata Willem. Raut tak nyaman Belinda, semakin kentara saat melihat ruang bagian dalam, tampak sudah sangat ramai. Terlebih, ia tak melihat satu sosok Totok Eropa pun. "Pesta ala Eropa bukannya dihadiri orang-orang Totok? Kau mau mengerjaiku atau apa?" tanya Belinda. Sekali lagi melempar protes kepada Willem. "Hmmmm… Jika tak puas, kau bisa mengikuti saranku sebelumnya! Naik lagi keatas kereta! Biar Wardiman mengantar pulang! Tunggu saja aku dirumah!" dengus Willem. "Kau tega?" balas Belinda. "Terus apa maumu?" sergah Willem. Pasangan muda Totok Belanda, mulai saling berdebat satu sama lain. Menyebabkan Hong Kui yang sudah ada dihadapan Willem, hendak menyambut hangat, berkembang jatuh pada situasi canggung. Tak tahu harus bersikap seperti apa. Sekedar bisa mempertahankan senyum lebar tampak mulai mengering. Coba meminta pertolongan dengan melirik kearah Aldert. Seperti biasa, Aldert membalas lirikan Hong Kui, dengan tatapan acuh. Seolah mengatakan itu bukan urusannya. Lagipula, bisa dikatakan pemuda Indo ini juga berada dalam situasi canggung sama dengan Hong Kui. Cuma bisa diam sembari melempar pandangan. Coba bersikap seolah tak melihat perdebatan antara Tuan-nya dan Belinda. "Sudah jangan bikin malu! Bagaimanapun juga, kita seorang Totok! Sekarang pilihannya sangat sederhana! Cuma dua!" ucap Willem. Mulai tak sabar. "Ikut aku masuk kedalam, atau pulang! Terserah!" Willem, tak menunggu balasan Belinda saat memutuskan mulai melangkah. Melewati Hong Kui, Sang Tuan Rumah yang masih bertahan dengan senyum lebar berkembang aneh. "Tuan… Biar saya antar menemani untuk melihat-lihat!" Coba untuk menunjukkan ia bukan sekedar perabot, meja, atau angin lalu, Hong Kui mengejar punggung Willem dengan langkah terburu. "Kau benar-benar meninggalkanku?" Belinda, mulai berteriak. "Pilih satu dari dua! Sederhana!" balas Willem. Tanpa menoleh kebelakang. Sementara Hong Kui dan Aldert, berperan seperti ekor mengikuti. "Aku ikut!" dengus Belinda. Baru ketika mendengar balasan Belinda, Willem menghentikan langkah. Cukup baik hati menunggu agar mereka bisa masuk bersama. Pasangan Totok Eropa, memasuki ruangan pesta dengan Belinda, menggandeng lengan Willem. Sosok Willem dan Belinda yang jelas sangat menarik perhatian, sekejap membuat pandangan tiap tamu sebelumnya ada pada Kirana, teralih. Bisik-bisik, kembali ramai terdengar. Mempertanyakan siapa gerangan pasangan Totok ini. Beberapa juga terdengar memuji Hong Kui karena bisa membuat kaum Totok Eropa, berkenan datang menghadiri pestanya. Hong Kui sendiri yang kebetulan mendengar beberapa bisik memuji dirinya, lekas memasang raut wajah bangga. Mengangkat kepala sangat tinggi saat jelas posisinya, masih mengekor punggung Willem. "Tuan Willem, sebelah sini! Aku sudah menyiapkan tempat khusus untuk anda!" Hong Kui, mengarahkan Willem untuk menuju tempat yang tampak sengaja telah didesain paling megah. Mempersilakan pasangan Willem dan Belinda duduk, sebelum dengan gerak cekatan, mengangkat sebuah papan kecil sebelumnya diletakkan terbalik ditengah meja. Sebuah papan yang ternyata merupakan pengenal identitas undangan pemilik meja. Tertulis jelas dengan huruf mencolok diukir warna emas. -Willem van der Beele. Putra Asisten Resident Kota Surabaya Jan van der Beele. Sekaligus pemilik Perusahaan Pertanian der Beele- Tepat ketika tiap undangan lain membaca apa tertulis pada papan nama, bisik-bisik berkembang semakin ramai. "Tuan Willem dari Perusahaan Pertanian terbesar Kota Surabaya?" "Apakah benar? Hong Kui sungguh luar biasa!" "Ya, dia bahkan bisa mengundang Putra dari Tuan Besar Asisten Resident Kota Surabaya, Tuan Jan van der Beele!" Bisik-bisik, nyatanya tak sekedar terjadi dikalangan pelajar HBS. Para pembesar Ningrat, Bupati beberapa daerah hadir mengikuti pesta, bergumam antusias menatap Willem. Menatap dengan sorot mata penuh penghormatan. Berniat untuk nanti menyempatkan waktu sekedar memberi salam hormat. Sementara itu, saat tiap pasang tatap mata kini tertuju kearahnya, Willem fokus menatap sosok Hong Kui yang sedari tadi, tak henti tersenyum lebar penuh kebanggaan. "Hong Kui, kau tampak benar-benar lihai mengambil keuntungan dengan kehadiranku!" ucap Willem. Jelas menyadari bahwa Hong Kui, benar-benar melakukan langkah brilian memanfaatkan potensi penuh kedatangannya menghadiri pesta. Cukup dengan plakat pengenalan siapa Willem, itu jelas mampu menaikkan drastis pamor Hong Kui pada level sepenuhnya berbeda dimata seluruh sosok penting kini hadir mengikuti pestanya. "Hehhehe… Tuan, bagaimanapun juga, aku adalah seorang pebisnis! Sebagai sesama orang bisnis, kau tentu memahaminya!" balas Hong Kui. Tersenyum sangat lebar. "Yahhh… Media promosi gratis! Seharusnya aku perlu membuat kesepakatan! Harga tertentu darimu saat memutuskan datang kesini!" balas Willem. Tersenyum kecut. "Hheehhe… Aiihhh… Tuan, jangan begitu kejam!" balas Hong Kui. Hong Kui masih terlibat percakapan sederhana dengan Willem saat salah satu pekerja yang ditugaskan menjaga pintu masuk, datang dengan langkah terburu seperti hendak menyampaikan hal penting. Berbisik di telinga juragannya. "Ehhhh… Kau serius?" tanya Hong Kui. Mengerutkan kening sembari lekas berjalan menuju pintu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN