05-Killer?

1503 Kata
happy reading Key kembali menatap Bisma sebentar yang tak menunjukkan reaksi apa pun lalu merogoh ponselnya untuk menghubungi Rangga. Cukup lama untuk menunggu panggilannya dijawab, akhirnya Key bisa mendengar suara Rangga. "Rangga, masih lama? Apa kamu belum lihat kejadian di depan kelasku?" "Sebentar lagi. Ada apa di depan kelasmu?" "Tepat di depan kelasku, ada ... pembunuhan." Key tanpa sadar melirik ke Bisma saat mengatakan kata terakhir. Sedangkan Bisma yang mendapat yuduhan secara tidak langsung itu masih terlihat santai dengan mengamati setiap pergerakan Key. "Pembunuhan? Kau bercanda kan, Key? " "Cepatlah, aku benar-benar takut!" desak Key tak sabar. "Kau bersama Via, kan? Oh s**t, Dicky tadi sudah menjemput Via di kelas kalian? Apa kau sekarang hanya sendiri di kelas ?" "Ya, aku hanya sendiri di kelas. Makanya cepat!" "Tunggu sebentar. Aku segera ke sana, Key." "Baiklah." Key menutup panggilan. Ia sudah tak berani menatap Bisma. Tak siap mendapat tatapan seperti saat Bisma marah tadi. Pertama, Key tak sengaja melirik Bisma saat mengucapkan pembunuhan, yang kedua Key bilang ia hanya sendiri. Tapi kenyataannya, Bisma hanya menatapnya santai. Key menggigit bibir bawahnya resah. "Ka-kamu bisa sesantai itu?" Key memberanikan diri untuk bertanya. "M-maksud-ku ... ada, pembunuhan di depan ... matamu tap-tapi kamu tetap santai." Key menunduk dalam. Bisma berjalan ke depan dan itu membuat Key mundur teratur sampai punggungnya membentur pintu. Bisma sudah berdiri tepat di depannya. "Minggir," ucap Bisma begitu dingin. Suaranya pelan tapi tegas. Key menggeser tubuhnya dan Bisma langsung keluar dari kelas itu. Astaga, dia benar-benar sendiri sekarang. Key mengumpat dan berharap Rangga segera datang menjemputnya. * * Rangga masuk ke dalam ruang kelas Key dengan tergesa. Key langsung menghambur ke pelukan Rangga. "Kamu baik-baik saja?" tanya Rangga khawatir. "Yahh, tapi banyak darah di depan." "Masih mual?" Rangga menangkup wajah Key. Ia tahu pasti bahwa Key takut dengan darah. Bahkan dia pernah pingsan saat melihat hewan tertabrak mobil di depannya. Dan karena itu, Key sering mual jika melihat darah. Key menggeleng. "Aku langsung masuk tadi." Ditarik lebih tepatnya, lanjut Key dalam hati. "Kamu sempat melihat?" "Aku melihatnya dengan jelas. Tubuhnya penuh darah. Kursi juga menghantam tubuhnya. Mungkin tulangnya juga tak utuh. Matanya melotot tadi dan-" "Ssttt... hentikan, Key." Rangga kembali mendekap tubuh Key yang bergetar ketakutan. Bahkan Key sampai terisak. "Jangan mengingatnya lagi. Aku di sini bersamamu." Rangga mengecup kepala Key berkali-kali. * * flashback on Key terus berlari menuju halaman belakang sekolah. Kakinya terasa ingin lepas dari sendinya. Ia sangat kelelahan. "Kamu benar-benar penasaran, ya." Suara itu kembali mengagetkannya. Key menoleh ke samping. "Kuharap kamu nggak akan berbohong," ucap Key to the point. "Bisa kamu mengulangi pertanyaanmu?" Key dalam hati mengumpat sebal karena Bisma tampak mempermainkannya. "Kamu bukan pengidap amnesia, kan?" sindirnya sengit. "Setidaknya bersikaplah baik padaku kalau kamu ingin tahu, Key." Bisma mengambil duduk di bangku taman di bawah pohon yang rindang. "Aku tidak suka basa-basi," ucap Key masih berdiri dibelakang Bisma. "Tapi aku suka." Key menghela napas kesal. "Katakan saja kamu terlibat atau tidak." "Tidak." "Apa?" "Apa maksudmu 'apa'?" Bisma menoleh ke belakang menatap Key dengan ekspresi pura-pura bingungnya. "Kamu tidak terlibat?" tanya Key lagi karena belum yakin. "Kau ingin aku terlibat?" Key menghela napas lagi lalu mengambil posisi duduk di sebelah Bisma, tapi tentu saja Key memberikan jarak di antara keduanya. "Kamu berani duduk di sebelahku? Sulit dipercaya," ledek Bisma dengan nada yang terdengar jenaka. "Sejauh Ini baik-baik saja, kan?" "Belum." Key menoleh cepat menatapnya. Key familiar dengan jawaban itu. Seperti yang Rangga ucapkan, 'belum'. Apa maksudnya belum? Key bertanya-tanya sendiri. "Aku berniat buruk padamu." Key semakin bingung. Ia sulit memahami ucapan Bisma. "Kamu memberi tahuku niat burukmu." "Benarkah?" Tuh kan, dia benar-benar menyebalkan. Ingin rasanya Key mencekiknya saat ini. "Aku menyukaimu, Key." "Huh?!" Mata rusa Key membulat mendengarnya. Key berharap ia hanya salah dengar karena mereka tidak saling mengenal. "Sial sekali aku menyukai gadis manja sepertimu." Key masih terdiam. Otaknya sangat sulit berpikir. Key tahu otaknya pas-pasan dan tidak bisa dipaksa berpikir cepat. Yang Key tahu mereka belum benar-benar saling mengenal. Hanya saat itu Key yang sedang kesal pada Rangga tak sengaja menabrak Bisma di koridor kampus yang sepi lalu dia menarik Key ke gudang. Key rasa itu pertemuan pertama mereka. Tapi baru saja Bisma bilang menyukai Key? Sejak kapan? Key bertanya-tanya dan bagaimana bisa? "Benarkah? Em, maksudku, bagaimana bisa?" Bisma hanya mengangkat bahunya tak acuh. "Itu bukan jawaban," dengus Key sebal. "Dua bulan lagi aku wisuda," ucap Bisma tiba-tiba. "Apa urusanku!" ketusnya masih dengan ekspresi tak suka. "Setelah aku lulus, jadilah milikku" "Apa?!" flashback off * * Ketukan pintu itu membuat Key terbuyar dari lamunannya. Dengan malas ia berjalan untuk membuka pintu kamarnya. "Are you okay, Baby," tanya Rangga to the point. "Im okay," jawab Key lalu memeluk Rangga sebelum tangan Rangga ingin mengusap wajahnya tadi. Rangga membalas pelukannya. "Kenapa gak ikut makan malam?" Rangga mengusap kepala Key tanpa curiga sedikit pun. "Aku ngantuk." "Ya sudah, tidur sana. Besok ada kuliah pagi, Key." Rangga merenggangkan pelukan mereka. "Temani aku dulu," pinta Key. "Dasar manja," cibir Rangga lalu merangkul Key masuk ke kamar gadis itu. Key naik ke atas kasur dan tetap menatap Rangga di tepi ranjang. "Kenapa melihatku begitu?" tanya Rangga jadi risih mendapat tatapan aneh dari Key. "Bisakah kita seperti ini selamanya?" Key bertanya dengan nada lirih. "Seperti ini bagaimana maksudmu?" Rangga mengusap kening gadis itu. "Ya, seperti ini. Hanya ada kamu dan aku. Tak ada pengganggu." Rangga menaikkan alisnya bingung. "Kamu bicara apa, sih? Ada yang mengganggumu?" bidik Rangga tak sabaran. Key kembali duduk. Tangannya melingkar di pinggang Rangga. "Aku hanya... bertanya." Key menjatuhkan kepalanya di d**a Rangga. Rangga mengusap helaian rambut Key dengan sayang. Membiarkan keheningan menguasai kamar ini sejenak. "Aku akan selalu menjagamu," jawab Rangga kemudian. "Sekarang tidurlah." Rangga kembali membaringkan tubuh Key. "Aku menyayangimu, Key." Rangga mengecup kening Key dengan penuh perasaan. * * Key keluar dari kelas dengan terburu. Ia tak ingin bertemu dengan Bisma dan bisa segera bersama Rangga agar aman. Ia sudah mengirim pesan pada Rangga agar menunggu di parkiran saja. Langkahnya harus terhenti saat di depan toilet pria, ada beberapa orang yang sedang berkumpul menatap ke dalam toilet. "Ada apa?" Key bertanya pada salah satunya. "Gilang, anak dosen ekonomi gantung diri di dalam." "Apa?!" Key memekik kaget. "Baru diketahui," lanjut pemuda yang Key sendiri tak mengenalnya. Pantas belum begitu ramai. "Benar-benar bunuh diri?" tanya Key lagi. "Apa?" pemuda itu tampak bingung. "Maksudku..." "Jelas bunuh diri, di lehernya masih ada tali. Juga ada kursi di dalam sana." "Sudah menghubungi polisi?" Key kembali bertanya. "Sepertinya dosen yang ada di kelasku tadi sudah menghubungi polisi." Key mengangguk-angguk mengerti. Matanya gadis itu memicing ketika melihat seorang pria yang berdiri di sebelah tembok koridor yang sedikit jauh darinya dengan melipat kedua tangannya. Sepertinya sedang menatap ke arahnya. Key berjalan mendekatinya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Key berterus terang dengan pertanyaan yang sangat membuatnya penasaran. "Aku berkuliah di sini," jawab Bisma santai. Key mendengus kesal. "Kamu menatap ke sana." Key menunjuk kerumunan yang semakin banyak di belakang sana. Nadanya mendadak ketus. "Apa yang salah?" Bisma masih sangat tenang menjawabnya. "Apa yang kamu lihat?" Key mengubah pertanyaannya. "Aku hanya melihat. Sedangkan kau ikut mendekat ke sana. Apa tidak sebaiknya aku yang bertanya padamu ada apa?" Skak! Key kehabisan kata-kata untuk membalas Bisma. "Kamu tahu yang terjadi," desis Key tajam. Bisma mengangguk santai. "Seorang pria dengan konyol mengakhiri hidupnya di tempat kotor itu. Benar-benar bodoh." Bisma mengibaskan tangan kanannya ke udara. Seperti mengatakan itu hal sepele. "Apa kamu berpikir aku pelakunya?" tambah Bisma. Key menatapnya seperti berpikir. "Kamu benar-benar menganggapku seorang pembunuh berdarah dingin?" Lanjut pemuda itu masih santai. "Kamu tahu kejadian seperti ini tapi tetap tenang. Cukup untuk membuatku yang pernah hampir celaka karenamu jadi curiga, Bisma." Bisma mengangkat sedikit ujung bibir kirinya membuat sebuah seringaian kecil. "Lalu aku harus bagaimana? Menangisinya? Berteriak histeris untuk orang yang bahkan tak ku kenal?" Key bungkam. Penjelasan Bisma bisa diterima akal. Tapi... di dalam sana masih ada yang mengganjal di hatinya. Ia benar-benar ingin tau detail tentang seorang Bisma. Ponsel Key berbunyi. Ia menatap ponselnya. Rangga calling Tanpa mengangkat Key segera melangkah meningggalkan Bisma. "Sopan santunmu sangat buruk, Key." Bisma menahan lengan Key dan reflek Key menepisnya. "Upss! Aku ditolak," ucap Bisma dengan ekspresi kecewa yang dibuat-buat. "Layar ponsel yang bagus." Lanjut Bisma lalu meningggalkan Key yang kesal. Wallpaper di ponselnya adalah fotonya bersama Rangga. "Apa kalian lihat-lihat!!" bentak Key pada beberapa mahasiswa yang menatap heran ia yang tadi berdebat dengan Bisma. Bisma mendekat ke arah kerumunan yang mulai dihalangi garis polisi. "Bunuh diri?" tanya Bisma pada salah seorang mahasiswa di sana. "Dugaan awal polisi dan dokter memang bunuh diri. Tapi belum tahu apa motivnya." "Seharusnya mereka tidak bekerja di sini. Bekas tali di lehernya berbentuk U bukan V, jadi bagaimana bisa mereka menyimpulkan dia bunuh diri?" Bisma bedecak sedangkan pria di hadapannya melongo menatap Bisma. Bagaimana Bisma tahu detail luka korban? "Dia mati karena tali yang menjeratnya dari belakang hingga membentuk luka memar U, bukan karena tali yang menggantung dari atas yang biasanya meninggalkan memar berbentuk V. Katakan pada penyidik bodoh itu kalau dia dibunuh," ucap Bisma santai kemudian berlalu. Hohoho Tinggalkan love dan komentar ya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN