Part 53

1070 Kata
Min Ju dan Seo Yeon mengendap-endap di sekitar istana permaisuri. Mereka berpakaian serba hitam seperti ninja. Geraknya gesit dan waspada terhadap bahaya. Min Ju yang tahu seluk-beluk istana itu lebih banyak, pun meminpin di depan. Tanpa saling bicara mereka terus maju. Semua komunikasi dilakukan dengan gerakan tangan dan gerakan mata. Lampu kamar permaisuri sudah dimatikan. Seo Yeon mengangguk saat Min Ju memberi isyarat agar lebih mendekat, lalu mereka membakar jenis rempah-rempah khusus yang membuat para dayang dan penjaga ketiduran. Mereka berharap agar permaisuri juga terkena obat tidur itu agar kerjaan mereka bisa lebih mudah. Merasa semua penjaga dan orang-orang di istana itu sudah terlelap, Seo Yeon dan Min Ju pun bergerak. Sesuai rencana dia akan memeriksa semua tempat untuk mencari jejak permaisuri. Apa benar ular itu menelannya atau ular itu menyekap permaisuri dan dia mengambil wujud yang menyerupai sang permaisuri. Min Ju melompat dari bawah tangga diikuti oleh Seo Yeon. Lalu, mereka bergerak cepat masuk ke bagian dalam bangunan. Min Ju memberi isyarat bahwa permaisuri ada di kamar paling ujung bagian barat. Seo Yeon mengangguk tanda mengerti. Setelahnya mereka berpencar. Seo Yeon bergerak ke kamar permaisuri karena dia mampu mendeteksi keberadaan siluman ular itu, sedang Min Ju akan menyisir semua ruangan mencari petunjuk-petunjuk lain. Keduanya bergerak dalam senyap. Sama-sama berusaha agar tak menimbulkan suara, sekecil apa pun itu. Min Ju sudah menggeledah lebih dari enam kamar, sementara Seo Yeon mematung di depan kamar permaisuri. Dia belum masuk ke kamar itu, tapi hatinya sudah bergemuruh. Ada hal lain yang mengusik nalurinya. Seo Yeon pun memutuskan untuk membuat lubah di pintu. Dia membasahi jarinya dengan menyesapnya, lalu membuat lubang sebesar ibu jari. Dia mendekat, lalu berniat mengintip dari lubang pintu, tapi tiba-tiba seekor ular menyerangnya dari dalam sana. Untung saja dia cepat menarik dirinya. Jika tidak, ular itu pasti berhasil mematuknya. Seo Yeon beringut mundur. Dia berusaha menemukan keberadaan Min Ju dan ternyata pria itu tengah bertarung dengan ular-ular berbisa yang seakan-akan beterbangan ke arahnya. Seo Yeon pun mengeluarkan jekuatannya untuk menjauhkan ular-ular itu agar mereka berdua bisa lari. Sampai di halaman depan kediaman permaisuri keadaan terlihat hening. Hal itu justru membuat keduanya makin waspada. Min Ju tetap bergerak dengan pedang terhunus. Mereka berjalan sama-sama saling memunggungi agar jarak pandangnya bisa lebih leluasa. Min Ju mengawasi sisi kanan, Seo Yeon di sisi kiri. Mereka terus bergerak dengan hati-hati. Tiba-tiba dari arah bangunan kediaman permaisuri seekor ular yang begitu besar menyerang mereka. Seo Yeon dan Min Ju bergerak ke adah yang berlawanan. Ular besar itu menyerang Min Ju bertubi-tubi. Seo Yeon berusaha mengumpulkan energi, lalu memberikan pukulan ke arah si ular. Ular itu seakan-akan hanya merasakan sengatan lebah kecil. Dia menoleh, lalu menunjukkan taringnya seakan-akan hendak menyeringai dan meremehkan lawannya. Seo Yeon berguling di tanah ketika ular raksasa itu membuka mulutnya dan hampir memangsanya. Melihat hal itu, Min Ju berusaha mengalihkan perhatian. Dua orang itu benar-benar kocar-kacir menghadapi si ular besar. Anehnya, keributan di tempat itu sama sekali tak mengusik siapa pun. Pertarungan sengit itu seakan-akan tak pernah ada. Padahal itu kediaman sang permaisuri. "Sialan! Jika terus seperti ini, kita pasti binasa. Kita harus pergi dari sini!" Seo Yeon bicara sambil berusaha menahan serangan-serangan ular itu. Min Ju pun tak kalah sibuk untuk bertahan. Ular itu terlalu tangguh. Saat Seo Yeon akan melakukan teleportasi, si ular menghalangi sehingga wanita itu harus mengurungkan niatnya. Ular besar itu kembali membuka mulutnya dan mengarahkan serangannya ke arah Min Ju yang kehilangan pedangnya. Kali ini Seo Yeon tak bisa berbuat apa-apa karena ular itu membelit tubuhnya. Sepertinya mereka berdua akan menemui ajal secara bersaman, tapi saat mereka berdua telah pasrah, ular besar itu tiba-tiba mengurungkan niatnya. Belitannya terhadap tubuh Seo Yeon melonggar, dia pun mengabaikan Min Ju dan mengalihkan pandangan ke tempat lain. Anak panah melesat ke arah si ular menyusul anak panah sebelumnya yang telah menancap di kepalanya. "Kemarilah, Bodoh!" Seorang wanita meneriakinya dari atap bangunan. Min Ju menoleh ke arah suara begitu juga Seo Yeon. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Se Hwa ada di sana, menggempur ular itu dengan anak panah. "Cepat, kita harus pergi selagi ular itu lengah!" Min Ju berusaha membantu Seo Yeon berdiri. Dia ingin mengajak Seo Yeon berlari, tapi Seo Yeon mengentikannya. "Kau pergilah, aku harus menyelamatkan Se Hwa." Wanita itu mengerahka sedikit kekuatan, lalu Min Ju menghilang dari tempatnya. Seo Yeon mengirimnya pergi dengan teleportasi. "Mutiara rubah! Aku menginginkan mutiara rubah!" Ular itu mendesis seraya bicara seperti manusia, lalu melesat ke arah Se Hwa. Se Hwa sudah tahu apa yang akan terjadi. Dia menunggu dengan sabar, lalu ketika ular itu hendak memakannya, Se Hwa menarik dua buah pedang dari punggungnya, lalu menikam tepat di leher si ular. "Akh!" Ular itu berteriak. Tubuhnya melorot jatuh ke tanah. Seo Yeon cukup terkejut melihat kehebatan Se Hwa dalam mempridiksi keadaan. Wanita itu sangat cekatan. Namun, dia tak bisa berlama-lama ada dalam kekaguman sebab siluman ular itu pasti akan segera bangkit dan kembali menyerang. Seo Yeon menghilang dari tempatnya, lalu muncul di dekat Se Hwa. "Kita harus pergi dari sini," ucapnya. Dia memegang tangan Se Hwa dan mereka berdua menghilang dari sana. Keduanya muncul di kamar Se Hwa. Min Ju telah lebih dulu ada di sana. Seo Yeon terkulai. "Ini menguras energiku. Aku butuh air," kata wanita itu lemas. "Kita harus membawanya ke permandian," kata Se Hwa. Min Ju pun menggendong wanita itu dan gergegas keluar dari sana bersama dengan Se Hwa. Prajurit yang menjaga kamar Se Hwa sedikit terkejut ketika mereka keluar dari kamar itu. Namun, melihat yang keluar adalah tuan mereka dan teman-temannya, jadi mereka diam saja dan tak menaruh curiga. Dua prajurit itu kembali berjaga-jaga di depan pintu seperti apa yang diperintahkan Se Hwa kepadanya. Min Ju telah berhasil mencapai tempat permandian milik Se Hwa. Dia pun meletakkan Seo Yeon di air. Dalam sekejap mata, wanita itu telah menjadi seekor ikan mas yang berkilau indah. "Dia siluman yang cantik," gumam Min Ju. Se Hwa tersenyum. Dia terduduk dengan lelah di atas lantai kayu. "Tak bisakah kita membunuh ular itu?" Min Ju juga ambruk dan merebahkan dirinya di lantai itu. "Sialan! Permaisuri benar-benar seekor ular dan ada begitu banyak ular bersembunyi di sana. Bagaimana kita harus menghadapi ini?" Ketiganya tampak pasrah, mereka semua terjebak dalam pikiran masing-masing yang semuanya terasa buntu dan membuat mereka merasa tertekan. "Apa kita harus bicarakan ini kepada pangeran?" Se Hwa menatap Min Ju. Pria itu tak menjawab, untuk sekarang, dia hanya bisa membeo seperti orang bodoh yang telah kehilangan akal. Dia ingin mati saja daripada dimakan ular.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN