Kiran mengerang begitu dirasa ponsel yang dia letakan di atas nakas terus bergetar sedari tadi, ia mengucek kedua matanya lalu dirinya mulai mengambil ponselnya itu. Dilihatnya beberapa notifikasi yang masuk dia cek satu-satu notif tersebut, ia tersenyum membaca pesan dari teman-temannya yang berisikan selamat ulang tahun kepadanya. Yah hari ini dirinya berulang tahun tepat yang ke 17 ia pikir kedua orang tuanya itu akan pulang dan memberinya kejutan seperti kebanyakan orang tua pada umumnya. Namun sayang, orang tuanya itu lebih menyayangi pekerjaannya daripada anak kandungnya sendiri. Marah? Harusnya ia marah tapi dia sudah terbiasa seperti ini semenjak dirinya berumur 7 tahun. Dan setiap tahun pula kedua orang tuanya itu tidak pernah datang untuk merayakan hari ulang tahunnya, yah dirinya tahu kalau selama ini kedua orang tuanya itu bekerja untuk dirinya juga. Tapi dirinya bukan hanya membutuhkan materi tapi dirinya juga membutuhkan kasih sayang Papa dan Mamanya.
Seperti hari ini misalnya, Papa dan Mama nya itu hanya mengiriminya sebuah pesan yang sama setiap tahunnya. Ia curiga kalau kedua orang tuanya setiap tahunnya itu hanya perlu meng-copy paste saja sampai Kiran hafal betul isi pesannya yang seperti ini.
“Selamat ulang tahun Kirana, semoga kamu cepat besar dan segera menggantikan posisi Mama dan Papa untuk mengurus perusahaan. Mama dan Papa sudah transfer uang, untuk kamu gunakan bersenang-senang dengan temanmu.”
Dan sampai detik ini dirinya tidak pernah bersenang-senang dengan uang pemberian orang tuanya itu. Dia hanya mengambil beberapa untuk keperluannya saja dan mungkin untuk membeli beberapa buah n****+ kesukaannya. Kiran melihat RU bbm nya yang berisi foto dirinya yang diedit tak lupa dengan ucapan selamat ulang tahun. Kiran menyimpan kembali ponsel nya setelah dirinya membalas pesan-pesan yang memberinya ucapan selamat, ia juga menulis pm yang berisi ucapan terima kasih kepada mereka. Dan yah dari awal dirinya tidak pernah mengharapkan Karan memberinya selamat ulang tahun baik itu lewat sms maupun telepon. Jangankan ucapan selamat, memberinya sms satu kali pun Karan tidak pernah. Kiran menatap jam dinding kamarnya, ia harus segera siap-siap untuk pergi ke sekolah kalau dirinya tidak ingin terlambat.
***
“Ciee-cieee ada yang ultah nih, traktiran dong.” Seru Tita begitu jam istirahat berbunyi.
“Ayok dong Ran, traktiran.” Koor anak-anak yang lain, Kiran tersenyum geli melihat teman-temannya itu menatapnya dengan pandangan memohon.
“Iya bawel. Gue tertraktir makanan di kantin.”
***
Seketika suara riuh penuh kemenangan memenuhi kelas Kiran, mereka semua mulai beranjak dari kursi masing-masing menuju kantin di ikuti Kiran yang berjalan di belakangnya. Suasana kantin yang ramai semakin ramai saja begitu anak-anak dari kelas Kiran mulai memenuhi meja-meja kantin. Membuat Karan cs memandang heran karena tidak seperti biasanya.
“Oi ada apaan sih? Tumben bawa pasukan.” Seru Azka yang sedari tadi penasaran, dan kebetulan sekali Joe teman sekelas Kiran dan juga teman anggota basketnya itu mengambil tempat di depannya.
“Oh itu si Kiran, lagi ultah dia. Terus kita-kita di traktir makan.”
Teman-teman Karan seketika terdiam mendengar ucapan Joe.
“Ka, lo kok gak kasih tau kita-kita kalo cewek lo ultah?” tanya Ares bingung.
“Alah paling si Karan nggak tau ceweknya lagi ultah.” Seru Nigi kalem. Cowok yang di bicarakan sedari tadi hanya diam memandang teman-temannya datar.
“OI KIRAN. HAPPY BRITH DAY GUE JUGA MAU DONG DI TRAKTIR.” Teriak Arsen diikuti teman-temannya yang lain sambil berteriak. Well sebenarnya mereka semua berasal dari keluarga yang sama seperti Kiran, berada. Tapi mereka juga tidak menutup kemungkinan untuk menyukai yang namanya gratis.
“Iya boleh, kalian aku teraktir.” Balas Kiran dengan senyum mengembang.
“Nggak usah, gue bisa bayar sendiri. Pantang bagi gue dibayarin sama cewek.” Sergah Karan dingin. Cowok itu berjalan melewati meja Kiran yang terletak di depan meja Joe. Dan otomatis ucapan Karan terdengar oleh telinganya, membuat teman-teman Karan memandangnya dengan pandangan meminta maaf. Kiran hanya tersenyum, ia tidak peduli niat baiknya ditolak oleh Karan. Hatinya kini mulai kebal menghadapi sifat Karan yang terkadang membuatnya ingin menangis.
***
Kiran yang sedang menunggu taksi untuk pulang tiba-tiba saja dikejutkan oleh sebuah motor besar berwarna merah. Cowok itu membuka kaca helmnya menampakkan wajah tampannya yang membuat Kiran seketika tersenyum.
“Yuk naik, gue anter pulang.”
“Nggak usah, aku mau naik taksi aja. Bentar lagi juga datang kok.”
“Nggak boleh nolak, lo kan lagi ultah. Dan sebagai ucapan terima kasih. Gue kasih dua pilihan lo suka bunga apa eskrim?” Sebelum menjawab Kiran sudah terlebih dahulu ditarik untuk naik ke motornya.
“Gue udah tahu lo mau jawab apa, udah ayo naik keburu sore ini.” Kiran mau tak mau menurut, setelah naik dan berpegangan pada tas cowok itu, cowok itu kemudian menjalankan kembali motornya lalu pergi meninggalkan pelataran sekolah.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kiran tersenyum begitu cowok itu memberikannya sebuah es krim cone dengan rasa strawberry, menggumamkan terima kasih Kiran mulai memakan es krimnya. Cowok yang duduk di samping Kiran pun ikut serta memakan es krim miliknya, kini mereka berdua sedang berada di sebuah taman depan kompleks perumahan Kiran.
“Kenapa elo suka es krim, daripada bunga?” Tanya cowok itu membuka suara, yah benar dugaannya Kiran tipikal cewek yang tidak menyukai bunga terlihat dari ke pribadiannya selama ini.
“Hmm apa yah, mungkin karena kayak sifat seseorang yang dingin. Rasa eskrim yang dingin tapi manis itu selalu bikin gue suka.Seperti kayak orang itu, walaupun dia selalu dingin ke gue tapi terkadang sifatnya manis juga.” Kata Kiran dengan mata menerawang, Cowok yang berada di sampingnya itu mendengar penuturan Kiran dengan seksama itu tersenyum kecil begitu menyadari seseorang yang disebutkan oleh Kiran.
***
Kiran terpaku mendapati Karan yang tengah berdiri di depan rumahnya, cewek itu turun dari motor lalu menghampiri Karan dengan wajah gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Karan akan ke rumahnya. Ia seperti ketahuan berselingkuh tapi jika dirinya berselingkuh toh Karan pasti tidak akan memedulikannya bukan? Apa dirinya berselingkuh saja untuk melihat reaksi Karan. Apa cowoknya itu bisa cemburu seperti dirinya atau tidak.
“Hei Ka, udah lama lo?” Karan diam saja hanya memandang Nigi datar, Nigi yang merasa aura dingin di sekelilingnya itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu menampilkan senyum aneh.
“Gue balik duluan yah, Ka, Ran.” Seru Nigi lagi sambil menjalankan kembali motornya. Kiran mengucapkan terima kasih namun Nigi hanya mengangguk saja.
Karan lalu memberikan sebuah buku kepada Kiran, tanpa dibungkus sama sekali yang membuat Kiran tahu judul buku tersebut. Buku dengan judul Matematika (Otak Kanan) yang mau tidak mau membuat Kiran bingung dibuatnya.
“I- ini maksudnya apa?” Kiran bertanya bingung sambil membaca kembali judul buku yang dipegangnya.
“Buat lo,”
Kiran mengangkat alisnya tinggi, yang benar saja cowok ganteng di hadapannya itu memberikan hadiah di sweetseventeen nya itu berupa sebuah buku! Oke lah kalau n****+ tapi ini? Buku dan buku itu Matematika pelajaran yang tidak disukainya. Karan benar-benar mengejeknya secara tidak langsung jika otaknya itu memang pas-pasan dengan memberinya buku seperti ini.
“Kenapa elo kasih gue buku ini?”
“Menurut lo?” Karan malah balik bertanya, membuat Kiran sebal buakn main. Sedangkan cowok itu memandang Kiran seolah cewek yang berdiri di depannya itu tengah melucu.
“Ta-tapi gue nggak suka Matematika.”
“Kalau begitu, belajarlah untuk menyukainya.” Balasnya datar. Setelah mengucapkan kata-kata itu Karan kemudian berjalan menuju motor hitamnya, tanpa mau membuang waktunya dia mulai menjalankan kembali motornya meninggalkan rumah Kiran seperti biasa tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kiran hanya bisa memandang punggung Karan yang sudah menjauh dengan perasaan yang sulit diartikan.
“Apa elo juga mau belajar menyukai gue, Ka?” lirihnya nyaris seperti sebuah bisikan.
***
Kiran melirik arloji di pergelangan tangannya yang sebelah kiri, dengan wajah meminta maaf ia menggeleng ketika seorang pelayan wanita lagi-lagi menawarinya makanan membuat dia merasa bersalah. Hampir dua jam Kiran terdiam duduk sendiri di sebuah kafe, kafeCramelin tempat janjiannya dengan Karan. Awalnya ia tidak percaya kalau Karan memintanya untuk bertemu dengannya tapi ketika dia menerima sebuah pesan dari Karan ia memutuskan untuk pergi. Ia mencoba untuk menghubungi Karan, namun cowok itu tidak membalas pesannya atau mengangkat telepon darinya padahal ia tahu ponsel Karan aktif tapi kenapa cowok itu tidak mau membalasnya.
Kiran duduk dengan gelisah wajahnya mulai pucat, keringat dingin perlahan mulai keluar membasahi kening Kiran. Ia tidak tahu kapan terakhir kali dirinya makan, yang dirinya tahu kini perutnya mulai merasakan sakit.
Di lain tempat di waktu yang sama. Karan begitu asyik menggiring bola oranye ke sana kemari dengan peluh yang bercucuran tidak membuat Karan menghentikan kegiatan yang dia rasa menyenangkan. Tiba-tiba saja Nigi menghampirinya membuat permainan basketnya terhenti seketika. Dengan tatapan dingin nan angkuh Karan menatap Nigi, ia merasa kesal karena harus menghentikan aktivitasnya.
“Kok elo masih di sini sih Ka?” Tanya Nigi heran.
“Kenapa?” Karan balik bertanya.
“Seharusnya elo ada di kafe dari tadi, bukannya enak-enakkan main basket.”
“Maksud lo apaan? Gue nggak ngerasa punya janji sama orang.” Desisnya tajam. Nigi tiba-tiba mengacak-acak rambutnya dengan kesal.
“Lo seharusnya ada di kafe Cramelin sama Kiran dari tiga jam yang lalu.”
“Maksud lo?” tanyanya tidak mengerti.
“Gue yang nyuruh Kiran buat janjian sama elo, Ka. Gue chat dia pake hp elo.” Seketika mata Karan melebar, b******k temannya satunya itu. Untuk apa Nigi merencanakan semua ini? Untuk mendekatkannya dengan Kiran? Ck percuma dirinya tidak tertarik sedikit pun pada cewek itu.
“Elo, kenapa masih di sini sih, Ka? Buruan temuin Kiran.” Nigi geram akan tingkah Karan yang malah berjalan dengan santai tidak mengidahkan ucapannya.
“Ngapain? Tuh, cewek pasti udah pergi.” Balasnya cuek sambil mengelap keringat di keningnya. Tiba-tiba dirinya malas untuk melanjutkan permainannya, Karan membuka baju yang dikenakannya baju yang penuh dengan keringatnya sehingga menampakkan perut sixpack miliknya, ditambah dengan lengannya yang berotot membuat para cewek yang berada di tempat tersebut seketika menatapnya tidak berkedip. Diantarateman-temannya hanya Karan, Nigi, Revan dan Arsen lah yang memiliki bentuk badan yang bagus tinggi mereka pun hampir sama.
25.
Tanpa mengidahkan tatapan memuja para gadis yang menatapnya, Karan melenggang cuek pergi menuju kamar mandi di tempat latihan tersebut. Cowok itu membawa tas serta handuk kecil berwarna biru yang tersampir manis di bahu kanannya yang tanpa baju. Tak berapa lama Karan berjalan kembali menemui temannya itu yang sedang menunggunya. Karan terlihat begitu fresh dengan atasan hitam lengan pendek, serta bawahannya ia memakai celana jeans hitam panjang, rambutnya ia biarkan basah. Karan tidak memedulikan tatapan memuja para gadis yang menatapnya penuh minat, wajahnya ia biarkan seperti biasa dingin yang membuat kadar ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.
“Lo enggak mau cek dulu ke sana Ka? Gimana kalo tuh cewek masih nungguin elo?” seru Arsen yang diangguki teman-temannya yang lain. Dengan menghembuskan napasnya kasar cowok itu pamit pada ketujuh temannya, ia berjalan keluar menuju motor besar miliknya.
***
Dengan wajah yang semakin sayu serta kedua tangannya yang memegangi perut. Kiran berjalan menuju pintu kafe dengan langkah pelan, setibanya di luar tiba-tiba saja lengannya ditarik oleh seseorang membuat Kiran seketika mendelik marah. Dengan sisa-sisa kekuatan yang dia punya Kiran dengan kasar melepaskan tangan Karan yang mencekal lengannya. Wajah Kiran kini memerah menahan tangis ia benar-benar lelah, nyeri diperutnya semakin menjadi. Tanpa mengucapkan apa-apa Kiran berjalan meninggalkan Karan yang menaikkan alisnya bingung, cowok itu kemudian berjalan mengikuti Kiran ketika cewek itu akan menyetop taksi yang melintasinya.
Belum sempat Kiran membuka pintu taksi tersebut, lagi-lagi lengannya di tarik oleh Karan lalu cowok itu menyuruh sopir taksi itu untuk kembali menjalankan mobilnya setelah mengucapkan ‘tidak jadi’. Kiran memandang Karan marah ia kembali berjalan tanpa menghiraukan Karan sedetik pun membuat Karan lagi-lagi mengejar Kiran.
Cowok itu berhasil mencekal lengannya agar berhenti. Dibalikkannya tubuh itu menghadapnya. “Elo kenapa sih? Hah.... Kekanakan banget jadi cewek!“ akhirnya bentakan bernada kesal keluar dari mulutnya. Tatapan Karan menajam seiring Kiran yang hanya menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Lalu Kiran membalas mata hitam tajam Karan dengan tatapan marahnya tepat di manik hitam cowok itu.
“Gue tahu, gue kekanakan. Tapi enggak gini caranya.” Kata Kiran dengan bibir yang bergetar, ia benar-benar menahan tangisnya kali ini tanpa mengidahkan, perutnya yang sakit.
“ Emang bener gue cewek kekanakan, yang enggak se-gaul Diva! Gue juga tahu kalau gue anak manja tapi gue punya hati Ka ... “ Kiran menghentikan ucapannya untuk mengambil napas. Sedangkan Karan, cowok itu masih terdiam membisu menatap Kiran, Kiran menunjuk d**a Karan sambil kembali melanjutkan ucapannya.
“Gue tahu, lo nggak cinta bahkan suka sama gue, tapi nggak gini caranya Ka. Gue nungguin elo tiga jam kayak orang b**o, sms sama telepon lo diemin. Elo enggak perlu takut atau enggak enak soal perasaan gue, soal hati gue. Karena hati gue urusan gue. Tapi kenapa elo tega nyuruh gue buat nungguin elo di kafe, kalo elo nggak datang Ka? Kenapa elo jahat sama gue, padahal gue enggak minta buat jadi pacar elo Ka!“
sembur Kiran, setelah mengeluarkan kata-kata tersebut tangis Kiran pecah, ia benar-benar sudah tidak kuat untuk memendam perasaannya. Kiran menutup kedua matanya menutupi wajahnya yang penuh dengan air mata, sedangkan Karan. Cowok itu hanya diam memandang Kiran yang semakin terisak, mengembuskan napasnya dengan kasar Karan menarik Kiran ke dalam pelukannya tanpa berkata-kata. Cowok itu membiarkan Kiran yang memukul-mukul punggungnya mengeluarkan semua rasa sakit yang di rasakan cewek itu.
-
-
-
tobecontinue