DI dalam kamarnya, lebih tepatnya di meja belajarnya, Vean mengacak rambutnya secara asal. Ia menutup buku matematika dalam satu hentakan, kemudian menumpuk buku tersebut di atas tumpukan buku lain, dan setelah itu dilanjutkan menidurkan kepalanya di atas meja. Alas meja yang dingin merambat melalui pipi Vean. Konsentrasi buyar, dan ia tidak bisa berpikir lebih jernih lagi. Fokusnya terbelah akan ucapan Rezel tadi sore. Bagaimana bisa Vean tidur dengan nyenyak setelah ini? Rupanya cowok yang Rezel maksud adalah orang terdekat Vean sendiri, orang yang mempunyai hubungan darah dengannya. Rezel menyukai Vigo. Dan jujur saja, Vean sakit hati. Mungkin perasaan yang menyayat hatinya tidak akan terasa begitu menyakitkan jika Vigo bukan cowok yang Rezel maksud, meskipun bukan berarti Vean ak