Happy Reading.
Kendrick mencium kening Khanza sebelum berangkat kerja.
"Aku pergi dulu, ya? Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya mas."
"Iya sayang."
Ya, hari ini Kendrick sudah mulai masuk kerja dan akan membereskan seluruh kekacauan yang dia tinggalkan. Meskipun Ayah Atmaja sudah menangani dibantu Ari dan Umar, kekuasaan Kendrick masih belum bisa terkalahkan hingga masih ada segelintir orang yang tidak takut dengan Atmaja.
Mungkin karena pengaruh Kendrick di perusahaan yang sudah hampir 8 tahun menggantikan posisi Ayahnya itu menjadi semakin berjaya dan berkembang ketika di pimpin olehnya.
Kendrick juga merasa ada yang janggal dengan kecelakaannya, dia akan mulai penyelidikan akan siapa dalang dibalik semuanya. Kendrick juga berjanji akan segera mengurus Paman dan Bibi Khanza secepatnya.
Khanza tersenyum melihat kepergian sang suami, setelah tadi dia juga telah bersalaman dengan mencium punggung tangan suaminya, Khanza merasa semakin berdebar saja. Sudah tujuh bulan lebih mereka menjadi suami istri memang baru ini Kendrick meninggalkannya untuk bekerja. Kenapa rasanya berdebar dan senang, seperti di drama-drama yang dulu sering dia tonton.
"Semoga langkahmu selalu diberi keberkahan Mas, aku di sini juga selalu mendoakan segalanya. Mudah-mudahan selalu di beri kemudahan rezeki, Aamiin!"
***
Semua orang tentu tidak terkejut lagi saat melihat Kendrick masuk ke perusahaan. Rumor sembuhnya Kendrick memang sudah terdengar dan kembalinya pria itu ke perusahaan juga sudah di umumkan oleh Atmaja saat pertemuan kemarin lusa.
"Selamat pagi, Pak Kendrick!"
"Selamat pagi Pak, selamat datang."
Sapa beberapa karyawan seperti biasanya, Kendrick hanya diam tanpa membalas sapaan mereka. Hilang sudah keramahtamahan Kendrick, setelah kecelakaan itu memang membuat Kendrick tidak bisa percaya begitu saja dengan orang luar.
Kendrick bersikap seperti ini hanya untuk menjadi tameng saat banyak musuh yang berada di dalam selimut tidak bisa menyentuhnya. Sekali lagi, Kendrick memang merasa jika ada seseorang yang melakukan rencana untuk melenyapkan nya.
"Pak Kendrick, apa kabar?" Sapa Ester, sekretaris baru Atmaja dan sekarang menjadi sekretaris Kendrick. Ester adik dari Umar, dia bisa bertanggung jawab penuh dengan pekerjaannya.
"Berikan jadwal ku dan berikan seluruh laporan dari setahun yang lalu," ujar Kendrick datar tanpa membalas pertanyaan Ester.
"Baik Pak, akan saya siapkan," jawab Ester menunduk. Umar mengode adiknya untuk segera melanjutkan pekerjaannya.
Kendrick benar-benar tidak bisa toleransi terhadap orang yang melakukan kesalahan, seperti saat ini dia telah memberi surat peringatan kepada dua orang bagian keuangan yang salah dalam menghitung pengeluaran dan pemasukan. Jika sampai kedepannya mereka melakukan kesalahan lagi, bisa dipastikan mereka akan ditendang langsung oleh Kendrick dari perusahaan.
Hari beranjak sore, Kendrick tidak mau memforsir tenaganya dengan lembur, dia akan menuruti keinginan Khanza untuk pulang tepat waktu. Akhirnya Kendrick memilih menutup laptopnya dan memutuskan untuk segera pulang.
Dalam perjalanan dia mengabari sang istri jika dia sudah pulang. Setelah dua puluh menit kemudian Kendrick sampai. Khanza menyambut kedatangan suaminya dengan senyum yang lebar. Kemudian dia langsung mengambil tangan Kendrick untuk di cium.
"Gimana kerjanya, mas?" tanya Khanza tersenyum. Kendrick bisa melihat wajah cantik istrinya yang terlihat segar
"Alhamdulillah, bisa teratasi," jawab Kendrick ikut tersenyum.
"Aku siapin air hangat buat mandi, ya?" tawar Khanza. Kendrick mengangguk.
Kemudian Khanza mengajak Kendrick masuk ke dalam kamar mereka. Kendrick sejak tadi senyum-senyum sendiri, dia melihat istrinya selalu menutup tubuhnya dengan pakaian panjang seperti gamis dan jilbab yang lebar.
Entah kenapa saat melihat istrinya yang sedang masuk ke kamar mandi, tiba-tiba Kendrick membayangkan yang tidak-tidak. Pikirannya melayang, dia ingin melihat Khanza tanpa memakai pakaian yang lebar dan panjang itu.
"Mas, sudah siap airnya," ujar Khanza. Kendrick terperanjat ketika melihat Khanza keluar dari dalam kamar mandi sudah selesai menyiapkan air untuknya.
"Eh, iya, aku mandi dulu," jawab Kendrick. Untung saja dia tidak gugup, bisa ketahuan nanti.
***
Setelah makan malam, Kendrick dan Khanza langsung masuk ke dalam kamar, memang Khanza ingin suaminya itu istirahat. Karena sejak tadi Kendrick terlihat diam saja. Khanza mengira jika suaminya masih capek karena ini hari pertamanya bekerja.
Padahal Kendrick sejak tadi berpikiran lain, dia ingin meminta hak pada Khanza. Tetapi entah bagaimana mengatakannya.
"Ehm, Khanza, dilepas dong jilbabnya, kalau kita di kamar berdua, kamu sudah boleh lepas, nggak perlu nunggu mau tidur dulu," ujar Kendrick. "Atau mungkin kamu juga bisa memakai pakaian tidur yang disiapkan oleh Mama, ada di lemari sana, kan?"
Khanza mengingat jika Mama mertuanya itu memang memberikan beberapa pakaian tidur, tetapi dia belum melihatnya.
"Eh, boleh mas? Aku malah belum lihat baju tidur yang dikasih sama Mama, coba aku pakai deh," ujar Khanza tanpa rasa curiga.
"He'em,,, harus dipakai loh, kalau sampai kamu nggak mau pakai, aku akan marah," tegas Kendrick.
Pria itu sudah tahu apa yang diberikan oleh Mamanya, sebuah lingerie seksi yang ada beberapa buah di dalam lemari sana. Memang tidak di keluarkan dari kotaknya, tetapi Kendrick sudah pernah melihat.
"Iya mas," jawab Khanza tersenyum dan mengangguk. Dia memang biasanya memakai baju tidur yang kebesaran. Mungkin Mamanya membelikan baju tidur yang bagus dan nyaman dipakai.
Khanza mengambil kotak kado dari sang Mama mertua. Gadis cantik itu langsung membawanya ke kamar mandi. Kendrick sudah senyum-senyum sendiri, dia jadi tidak sabar melihat bagaimana penampilan sang istri. Sedangkan di dalam kamar mandi, Khanza membuka kotak itu dan langsung menganga, perlahan tangannya mengambil kain tipis berwarna pink muda itu. Benar-benar tipis bahkan terkesan transparan.
"Ini apa?" Khanza mengambil yang satunya berwarna hitam, dan itu lebih buruk karena bahan kainnya lebih tipis dan seperti jaring untuk menangkap ikan.
"Ini mah bukan baju tidur, tapi lingerie," gumam Khanza mengetuk dahinya dengan jari.
Khanza menutup kembali kotak itu dan akan keluar, tetapi tidak jadi. Gadis itu mondar-mandir tidak jelas, dia sudah berjanji pada Kendrick akan memakai baju yang diberikan oleh Valeria.
"Tapi gimana kalau Mas Kendrick marah!" Khanza menggigit kuku jarinya. Dia gugup setengah mati. Namun, bukankah itu hak suaminya jika memang Kendrick bisa melihat tubuhnya. Mereka sudah menikah dan mereka halal. Bahkan jika Kendrick menginginkan Khanza lebih, itu pun adalah ibadah.
Sedangkan di luar kamar mandi, Kendrick sudah menunggu istrinya dari beberapa menit yang lalu, bahkan ini sudah lebih dari dua puluh menit. Tetapi Khanza belum terlihat ada tanda-tanda keluar. Kendrick takut terjadi apa-apa dengan istrinya. Akhirnya dia memutuskan untuk menggedor pintu kamar mandi.
"Khanza! Khanza! Kamu nggak apa-apa, kan?" Kendrick masih menggedor pintunya. "Khanza!"
Ceklek!
Kendrick merasa sedikit lega saat mendengar pintu kamar mandi dibuka, perlahan pintu itu terbuka dan kepala Khanza muncul.
"Khanza, kamu nggak apa-apa?" Khanza menggeleng. Dia masih belum mau keluar.
"Ayok keluar, kenapa masih di dalam?"
"Malu mas!"
Kendrick tersenyum, dia tahu past Khanza memang malu, tetapi kali ini Kendrick memaksa.
"Kenapa malu? Ayok, aku ingin cepat tidur," kali ini Khanza tidak bisa bersembunyi. Pintunya dibuka lebar oleh sang istri.
Khanza berjalan keluar dan kepalanya menunduk. Tangannya menarik ujung lingerie yang panjangnya di atas lutut. Rambut hitamnya digerai menutupi sebagian wajah.
Sungguh, Khanza sangat malu. Baru kali ini dia berpenampilan seperti ini di depan orang lain dan sekarang dia rela memakai pakaian tipis ini demi suaminya.
"Khanza," lirih Kendrick menyentuh dagu sang istri dan mengangkat wajahnya.
Kendrick terpaku melihat kecantikan sang istri yang sangat natural. Hati Kendrick semakin berdebar kencang dan hasratnya langsung naik seketika melihat Khanza yang begitu mempesona memakai pakaian yang sudah disediakan oleh Mamanya.
"Cantik!"
Bersambung.