chapter 7

1129 Kata
Falisha dan teman-teman merasa lega setelah seluruh pekerjaan mereka serahkan kebagian Editor dan untuk saat ini tidak ada revisi apa pun. Jadi Falisha dan teamnya bisa bernapas lega. Foto yang dibuat pun cukup unik dan menarik. Dan kini mereka berencana untuk makan-makan diluar untuk merayakan hasil di bulan ini. Baru saja semua karyawan akan keluar, mereka terkejut saat melihat Candra yang berdiri di depan lift.             “Aku boleh ikut bergabung?” tanya Candra. Semua pun saling tatap. Ingin menolak, tapi merasa tidak enak.             “Iya pak. Gak apa-apa,” ucap salah satu karyawan. Seakan mencari aman. Falisha pun menarik napas memalingkan tatapannya dari Candra. Sebisa mungkin Falisha ingin menghindar dari Candra selama di kantor. Karena dia sudah mulai pusing dengan tatapan sinis dan wawancara dadakan dari teman-temannya soal hubungan mereka. Dan yang membuatnya paling kesal dan bingung adalah saat ada karyawan yang bertanya,” lo kenal pak Candra darimana?” tidak mungkinkan dia bilang kalau mereka kenal setelah one night stand bareng. Falisha sudah berniat untuk ikut mobil Ernest, tapi dia tidak tahu bagaimana tiba-tiba saja mobil itu sudah penuh. Mobil Bella pun sama. Jadi tinggal satu mobil yang masih kosong, yang sudah pasti dia hindari.             “Yaudah deh, gue langsung pulang aja,” ucap Falisha. Spontan semua langsung melarang. Candra pun sudah berdiri di sampingnya dan meraih tangannya. Dengan sangat lembut pria itu membawa Falisha ke mobilnya. Kenapa dia sangat mudah terbuai oleh kelembutan cowok ini? Dia tidak ingin jatuh cinta lagi. Karena bagi Falisha cinta itu sudah mati. Tidak ada cinta di dunia ini, yang ada hanya napsu sesaat yang akan hilang dan lenyap saat gairah memudar.   Selama perjalanan menuju restoran yang Candra pilihkan. Kedua manusia itu hanya bungkam. Falisha sibuk dengan ponselnya dan Candra seperti berpikir mencari kata-kata yang tepat untuk ia katakan.             “Maaf karena kemarin aku menuruni kamu di jalan,” ucap Candra.             “Tidak apa, saya paham bapak terlalu sibuk,” ucap Falisha.             “Falisha, bisa gak sih kamu gak pakai kata ‘bapak’ di saat kita berdua?” protes Candra.             “Gak bisa,” balas Falisha. Candra hanya menghela napas dengan sikap keras kepala perempuan ini. Dia tahu mereka berhubungan karena terpaksa. Tapi Candra tidak berbohong kalau dia menyukai perempuan ini. Dari saat pertama kali melihat Falisha di bar. Dan saat pertama kali juga dia tahu kalau perempuan ini adalah karyawannya. Dia sangat menyukainya. Perempuan yang terlihat kecil, tapi sangat lincah dan teliti pada setiap pekerjaannya. Dan tentunya dia sangat menyukai tubuh perempuan ini. Bagi Candra tubuh Falisha sangatlah pas. Dan rasanya dia ingin kembali membawa tubuh mungilnya kembali ke apartemennya. Tapi tentunya dia tidak bisa asal membawanya. Perempuan ini akan kembali mengamuk dan marah padanya. Candra hanya menghela napas dan menatap Falisha yang masih mengacuhkannya. Dia harus menunggu sampai perempuan ini sendiri yang datang padanya. Dan meminta sebuah pelukkan darinya.   *****   Karena pergi makan kali ini bersama dengan bapak bos. Jadi si bapak bos itu yang memilih. Dan dia memilih satu restoran bar di daerah Jakarta selatan. Mereka memesan makanan sesuai yang mereka inginkan. Setelah perut kenyang, mereka juga memesan soju yang tersedia di restoran itu dengan bir. Karena beberapa wanita di kantor itu sangat tergila-gila dengan korea, mereka pun mencampurkan soju dan bir, lalu di kocok dengan sendok hingga berbusa. Dan meminumnya dengan sekali tenggak. Awalnya Falisha berusaha untuk menghindari alkohol, tapi sepertinya sangat sulit menghindar dari permen gulali. Dia mengikuti teman-temannya dan meminumnya dengan sekali tenggak.   Sofia yang melihat itu berusaha untuk menahan Falisha. Tapi sahabatnya itu bisa dibilang gilanya minum. Sayangnya dia tidak pernah kuat minum dan akan menjadi gila saat mabuk. Candra memperhatikan Falisha yang terlihat menjadi sangat berbeda. Dia menjadi lebih terbuka dan berbicara kemana-mana. Dari membicarakan pekerjaan yang sangat membuatnya sakit kepala, sampai lelaki yang memutuskannya dari ponsel.             “Dan untungnya gue dapat ganti yang lebih dari si b*****t itu,” ucap Falisha. Perempuan itu menatap Candra yang duduk di seberangnya dengan tatapan penuh cinta.             “Dia lebih ganteng, lebih tajir, lebih...”             “Fal, pulang yuk,” ucap Sofia.             “Apaan sih! Orang gue lagi makan,” protes Falisha. Candra beranjak dari bangkunya dan mendekati Falisha. Tanpa berkata apa pun dia mengangkat Falisha seperti mengangkat karung beras. Falisha berteriak protes dan memukuli punggung Candra.   ****       Candra membawa Falisha ke apartemen dan merebahkan perempuan itu di kasur. Awalnya Candra mengira Falisha sudah tertidur, tapi pria terkejut saat dari belakang tangan perempuan itu menyusup pada balik ke meja Candra dan merasakan perut Candra yang terbentuk sempurna. Bibir Falisha mencium leher Candra dan menggigit cuping lelaki itu. Candra menoleh pada Falisha yang terlihat sangat berbeda. Dia seperti menjadi wanita yang ia temui malam itu. Nakal, liar dan b*******h. Candra pun berbalik, mendorong Falisha ke kasur dan memagut bibir ranum kemerahan Falisha. Lidah mereka saling bertautan dan memagut satu sama lain. Candra pun tidak ingin dikendalikan perempuan ini, dia menahan tangan Falisha di atas kepalanya dan memberikan ciuman yang begitu panas dan bergiarah.   Tangannya pun tidak tinggal diam menyentuh lelukan tubuh perempuan itu. Menyusup pada bagian dalam blouse yang ia kenakan dan merasakan benda kenyal yang sangat pas di jemarinya. Falisha melenguh saat Candra memijat dengan lembut p******a Falisha. Tangan perempuan itu merengkuh leher Candra dan mendekatkan pada dadanya yang masih terbungkus blouse. Candra melepaskan kancing blouse Falisha satu persatu, menyiksa dirinya dengan tubuh yang sangat sempurna untuknya. Dan saat ia melihat sesuatu yang ia cari, tanpa pikir panjang Candra melepaskan kait bra Falisha dan menikmati keindahan tubuh perempuan itu dengan bibirnya.             “Ahhh... Candra...” Falisha melenguh, tanpa sebutan ‘bapak’ yang selalu ia pakai setiap kali berbicara dengannya.             “Ya... sayang, panggil namaku,” ucap Candra yang semakin memanjakan Falisha. Tidak mau kalah, Falisha pun memutar tubuh mereka dan duduk di atas tubuh Candra. Dia membuka kancing kemeja Candra sambil memberikan ciuman di leher pria itu. Candra mengerang dengan cara perempuan ini mengekplorasinya. Candra meraih bibir manis itu dan kembali memagutnya, sementara tangan Falisha berjalan pada tubuh Candra. Dan Candra semakin menegang saat Falisha memainkan tubuhnya di atas pusat kehidupannya.   Tidak ingin berlama-lama lagi, Candra pun kembali membalikkan posisi. Dia mengambil sesuatu di dalam laci dan setelah mengenakannya. Tanpa aba-aba dia menyerang Falisha dengan ciuman dan hentakan yang begitu kuat. Bergelung dalam kenikmatan. Falisha melenguh pada kehangatan Candra. Sementara Candra merasakan kepuasan yang semakin memuncak saat tubuh mereka menyatu. Jemari Falisha bermain pada bahu lebar Candra dan berulang kali dia menggerakkan pinggulnya, mengangkatnya setiap kali merasakan hentakkan Candra yang semakin dalam dan intens. Keduanya kembali saling berciuman. Candra pun tanpa ragu memberikan tanda kepemilikan di tubuh Falisha. Seakan meyakinkan perempuan ini hanyalah untuknya.   Keduanya bergumul semakin intens. Mereka saling merengkuh satu sama lain. Seakan keduanya sama-sama mencapai sebuah puncak yang sama dan siap untuk terjun bersama. Dengan menyebutkan nama masing-masing, keduanya pun mendapatkan pelepasan yang hebat. Falisha langsung tertidur di kasur dengan Candra yang memeluknya.   ****    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN