chapter 12

1246 Kata
Beberapa hari ini Falisha berusaha untuk mengerjakan semua pekerjaannya dengan sebaiknya. Walau pikirannya terkadang terputar dengan Candra. Dia sudah pergi selama ketiga hari, tapi mereka hanya bisa saling berkabar saat malam. Itu pun Candra yang akan menghubunginya. Dia akan menelepon Falisha disaat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dan kemarin karena Falisha kesal karena Candra yang sangat lama menghubuginya tidak mengangkat panggilannya. Dan hanya mengirim foto tubuhnya yang berendam di bathtub apartemennya. Dengan pesan,” aku sedang sibuk.”   Candra sudah menyuruh Falisha untuk tidur di aparetemennya. Dia sudah memberikan kode apartemennya, tapi Falisha merasa tidak enak jika bermalam disana sementara si pemilik apartemen tidak ada. Dan lagi juga, dia akan selalu memikirkan apa saja yang sudah mereka lakukan disana. Dan itu tidak akan sehat untuknya.   Falisha baru saja balik dari rapat dan membuka pesannya. Bosnya itu sudah mengiriminya pesan sejak tadi, tapi dia tidak membukanya. Selain karena dia sedang marah, Falisha juga sedang sangat sibuk, karena dia harus menyelesaikan target bulan ini. Dia melihat jam menunjukkan pukul dua belas. Dua anak buahnya sudah pergi lebih dulu untuk makan siang, sementara ia masih duduk dengan manis di kursinya. Sementara Shopia sedang cuti sakit. Dan dengan manjanya dia bilang,” gue nginep rumah Alvin, ya. Biar ada yang urusin gue.” Dan Falisha hanya mengerlingkan matanya saat mendengar perkataan Shofia dari telepon dengan suara sengaunya.   Suara ponsel Falisha kembali berdiring dan dia melihat nama bapak Candra dilayar ponselnya. Dia memakai handsfree bloutooth berwarna peach dikupingnya. Tanpa menyapa sedikit pun, Falisha hanya mengangkat panggilan itu dan membiarkan pria disebrang sana bersuara lebih dulu.             “Falisha, maafkan aku karena telat menghubungimu beberapa hari ini,” ucap Candra.             “Hmm...”             “Falisha, aku sudah jelaskan sama kamu, kenapa aku telat menghubungi kamu. Jadi please, stop being childish!”             “Oh, jadi kamu telepon aku cuma mau bilang, kalau aku itu childish?!” saut Falisha kesal. Dia mendengar geraman kesal pria itu. Sebenarnya dia sudah tidak sepenuhnya marah, Falisha hanya merasa Candra menyembunyikan sesuatu darinya.             “Bukan seperti itu, sayang. Astagah! Kalau aja aku bisa pulang saat ini juga, rasanya aku ingin menguncimu di kamarku sekarang juga. Dan membuat kamu mengerti, kalau aku sangat tersiksa saat ini!” Falisha harus menahan tawanya, sepertinya foto yang ia kirimkan itu sudah cukup menyiksanya.             “Jika tidak ada lagi yang kamu bicarakan, aku akan matikan. Karena aku harus menyelesaikan perkerjaanku untuk bulan ini. Kalau tidak bos aku akan memberikan hukuman padaku,” ucap Falisha dengan nada mengejek.             “Aku akan membunuh bosmu itu,” saut Candra.             “Enak aja! Kalau dia mati, siapa yang menggaji pekerjaanku?” balas Falisha.             “Udah ah! Aku masih banya kerjaan, bye!”  Tanpa menunggu balasan dari Candra. Falisha pun mematikan ponselnya. Dia pun menghentikan pekerjaannya dan hanya menatap layar laptop dengan pikiran yang entah kemana. Apa yang sebenarnya disembunyikan Candra darinya? Dia percaya kalau pria itu keluar kota untuk urusan pekerjaan. Tapi kenapa dia seperti menghindari panggilan Falisha. Dia hanya akan menghubungi Falisha saat malam dan sisanya hanya mengiriminya pesan. Ini saja dia menghubungi Falisha, karena ia masih marah dengan Candra yang sangat sulit dihubungi. Tidak salahkan kalau Falisha merasa kesal dengan sikap Candra ini? Falisha menarik napas dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia akan memikirkan apa yang disembunyikan oleh pacar sekaligus bosnya itu nanti. Karena yang terpenting sekarang adalah pekerjaannya.   ****   Sudah enam hari Candra pergi dan kemungkinan ia akan pulang besok. Semalam mereka saling mengobrol dan Candra mengatakan kalau ia akan pulang dengan penerbangan paling pagi. Dan dia minta agar Falisha menginap di apartemennya, tapi Falisha tidak bisa janji. Karena baginya sangat aneh jika dia datang ke apartemen Candra disaat pria itu tidak ada di rumah. Falisha berjalan menuju studio. Dia baru saja dari ruangan wardrobe untuk menyiapkan pakaian untuk minggu ini. Dan meminta mereka untuk membawanya ke studio.             “Gayanya udah kayak ibu bos! Mentang-mentang pacaran sama bos besar!” bisikkan beberapa karyawan sampai di kuping Falisha, tapi dia harus menutupnya rapat-rapat. Bukan karena dia tidak berani melawan mereka. Hanya saja untuk apa dia menanggapi suara nyamuk? Gak ada artinya.   Masih berjalan ke ruang studio. Falisha berusaha untuk menyiapkan semuanya dengan sangat cantik. Karena dia tidak mau sampai kerja dua kali, hanya karena kesalahan kecil. Ernest sudah mengeker kameranya pada dua model dihadapannya dan mengambil beberapa shoot. Setelah puas dia pun berjalan ke komputer Ernest dan melihat hasilnya.             “Nest, yang ini bisa lebih ditegasin lagi, gak?” tanya Falisha.             “Mau ditegasin apanya lagi? Ini juga udah tegas banget,” ucap Ernest.             “Tapi kayak ada yang kurang, Nest,” balas Falisha. Memang semua tahu kalau Falisha itu tipe perfectionis. Dia mau semuanya serba sempurna. Dan dia tidak mau ada yang kurang sedikit pun dari hasil kerjaannya.             “Boleh coba lo ambil dari bawah? Tapi bagian sini lebih ditegasin, bisa?” tanya Falisha.             “Yaudah, kita coba,” ucap Ernest. Sekali lagi dia mengangkat kameranya dan memfoto dua model yang sudah terlihat kelelahan. Setelah mengambil beberapa foto lagi, Falisha pun melihat hasilnya dan memberikan jempol pada Ernest. Pria itu pun tersenyum dan mendekati Falisha. Dengan santainya dia mengacak rambut Falisha.             “Ernest! Kebiasaan banget sih!” rutuk Falisha. Dia kesal dengan cowok ini. Hanya karena tubuhnya sangat tinggi, dia sering menggoda Falisha dengan mengacak rambutnya. Jika Falisha berdiri di antara Ernest dan Candra, dia hanya sampai bagian d**a dua pria ini. Entah karena dia yang kelewat pendek, atau dua pria ini yang kelewat tinggi.   *** Jam sudah menunjukkan pukul lima lewat. Falisha menyelesaikan semua pekerjaan dan berniat untuk pulang. Seperti biasa supir Candra sudah menunggunya di ballroom. Dia berjalan keluar masih sambil merapikan barang-barangnya ke dalam tas. Hingga saat ia mengangkat kepalanya. Yang ia lihat bukanlah pak Didi, melainkan pria yang sudah dia rindukan selama seminggu ini.   Falisha seakan lupa kalau ia masih berada diarea kantor. Dia berlari ke arah Candra dan memeluknya dengan erat. Dia benar-benar merindukannya. Walau dia marah dengan sikap Candra yang seperti sedang merahasiakan sesuatu darinya. Tapi Falisha tidak bisa membohongi dirinya, kalau ia sangat merindukan pria ini.             “Kamu bilang pulang besok,” ucap Falisha, masih dalam pelukkan Candra.             “Aku sengaja, biar kamu terkejut,” saut Candra. Dia menatap Falisha dan memberikan satu ciuman dibibir wanitanya. Dia menarik tangan Falisha dan membukakan pintu mobil untuknya.             “Pak Didi kemana?” tanya Falisha seraya masuk ke dalam mobil. Candra tidak langsung menjawab, dia segera memutar mobil dan masuk ke bangku setir.             “Aku kasih dia libur sehari,” jawabnya. Candra melajukan mobilnya. Falisha hanya menganggukkan kepala. Dan memperhatikan mobil Candra yang melaju menuju apartemen pria itu. Falisha tidak tahu kenapa, setiap kali Candra membawanya ke apartemen. Yang Falisha rasakan adalah perutnya seperti digelitik ribuan kupu-kupu. Falisha hanya bisa menggigit bibirnya, berusaha untuk membuat isi kepala yang terasa seperti film erotis. Demi Tuhan! Dia tidak pernah berpikir seperti ini saat dengan pria lain. Tapi kenapa dia bisa berpikir semengerikan itu? Dimana dia diikat di ranjang Candra dan mereka berciuman dengan panas.   Falisha mengingatkan dirinya untuk menghapus film erotis di dalam laptopnya besok. Otaknya sudah benar-benar kotor karena film itu. Sebaiknya dia menyelamatkan otaknya, sebelum dia menjadi lebih gila dengan bayangan-bayangan film itu. Dimana dia dan Candra yang menjadi pemeran utamanya. Tanpa Falisha sadari mobil Candra sudah berhenti di basement apartemen. Falisha berniat untuk melepaskan seatbeltnya. Namun dengan tiba-tiba Candra menarik dan menahannya di jok mobil dan menciumnya dengan begitu panas.   Falisha membalasnya. Tangannya memeluk leher Candra dengan erat merasakan setiap cecapan lidah pria itu. merasakan hisapannya yang begitu kuat dan juga ciumannya yang sangat rough. Tapi sialnya dia sangat menyukainya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN