Tom and Jerry

1344 Kata
Pagi ini kami yang di tugaskan mengawal para tenaga kesehatan untuk posyandu karena ada jadwal imunisasi berkumpul di halaman depan Yon untuk menerima pengarahan dan pembagian tugas dari Danyon karena ada beberapa desa dengan medan yang lumayan sulit harus di temouh dengan jalan kaki, bagi kami para prajurit sudah biasa tapi bagi para tenaga kesehatan mungkin ini akan jadi perjalanan yang luar biasa. Kalian tahu kawan? Sudah seminggu ini aku di buat kesal sama dokter cantikku, mau tahu kenapa?. Itu karena sejak seminggu kedatangan Danki baru, bu dokter cantikku yang kalau marah lebih galak dari singa betina selalu saja dipepet sama Danki baru, sepertinya Danki ada rasa sama dokter cantik dan itu tak akan aku biarkan, karena dokter cantik hanya milikku seorang, Ganendra Bhadrika Mahya. Dan kalian tahu kawan? Kalau dokter cantikku juga makin hari makin manis saja sama Danki membuatku uring - uringan setiap hari, hampir saja satu pleton selalu kena amukku. Aku menatap dokter cantikku yang berdiri di barisan para tenaga kesehatan tepat di depanku, dia sedang tertawa entah apa yang membuatnya tertawa sampai memegang perutnya. Hari ini dia terlihat berbeda tak seperti biasanya, rambutnya di kuncir kuda membuat leher jenjangnya yang putih sangat terlihat jelas. Tunggu, wajahnya juga seperti ada yang beda, bibir tipisnya yang suka mengomeliku di poles lipstik merah merona, seperti Vampir habis hisap darah saja dan dia juga mengukir alisnya dengan sangat indah membuat kecantikannya naik berkali lipat. "Bu dokter hari ini cantik ya Ndan, sepertinya sengaja merias diri demi Danki baru yang terus mepet." Bisik Serda Adit, aku menoleh menatapnya. Apa dia bilang? Demi Danki baru? Oh s**l, kenapa otak cerdasku nggak berpikir sampai situ. "Mana katanya Danki itu duren lagi, istrinya belum lama meninggal." Lanjut Serda Adit, aku menatap dokter cantikku. Danki masih muda dan juga duren, bisa jadi sainganku berarti, nggak rela aku kalau dokter cantik kecantol Danki baru. Aku tak menanggapi omongan Serda Adit, aku segera melangkah mendekati dokter cantik yang masih tertawa dengan rekan - rekannya. Aku berdiri tepat di depannya membuat tawanya berhenti saat itu juga. "Apa?" Tanya dokter cantikku, seperti biasa dengan juteknya. "Ikut saya." Kataku yang langsung menarik tangannya pergi, aku tak peduli semua mata menatap ke arah kami. "Apa - apaan sih main tarik saja, memangnya saya kambing." Omelnya tapi tak aku pedulikan, aku tetap menarik tangannya menjauh dari semua orang. Aku membawanya memasuki ruanganku, dia tampak terkejut, "Heh apa - apaan ini? Jangan macam - macam ya Danton." Katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya. Aku berjalan mendekatinya, dia perlahan berjalan mundur juga hingga tubuhnya mentok pada tembok. Aku tersenyum melihatnya yang sudah panik, aku makin mendekatinya dan mengurungnya dengan kedua tanganku. "Kenapa?" Tanyaku. "Apanya?" Jawabnya mengernyitkan dahinya. "Kenapa hari ini penampilan dokter beda sekali? Rambut kenapa di kuncir? Bibir kenapa kaya Vampir habis hisap darah merah begitu dan itu alis kenapa di coret - coret pakai spidol? Tumben sekali." Kataku kesal sambil menatapnya, aneh dia malah tertawa setelah mendengar perkataanku. "Kenapa tertawa?" Tanyaku. "Danton perhatikan saya sampai segitu detailnya sih." Jawabnya di sela tawanya. "Dengar ya Pak Ganendra yang terhormat, mau saya kuncir atau saya biarkan terurai itu terserah saya karena rambut saya, bibir mau saya pakai warna merah atau hitam sekalipun itu terserah saya karena bibir saya dan heeehh jangan sembarangan ya ini bukan pakai spidol kalau ngomong asal keluar saja." Jawabnya ketus membuatku melongo karena dia malah memarahiku. "Yang boleh lihat dokter berhias kaya gini tuh cuman saya, ingat itu." Jawabku kesal, memang benarkan yang boleh menikmati kecantikannya hanya aku seorang, karena dia calisku. Baru calis Nendra itu juga hanya sepihak, jangan sombong. "Memangnya Danton siapa saya? Main ngatur seenaknya saja." "Saya calon suami anda bu dokter, ingat selalu juga itu jangan sampai lupa." "Heehh percaya diri sekali anda, memangnya sejak kapan saya menerima anda?" Tanya dokter cantik menyipitkan mata indahnya yang selalu membuatu meleleh, jari telunjuknya yag lentik kembali menunjukku. "Nggak usah di bahas, sekarang hapus itu lipstiknya saya nggak suka lihat pria lain pada ngiler liatin bu dokter yang menor begini, mau posyandu apa mau dugem sih." Kataku makin kesal, memang iya riasannya sudah mirip mau dugem saja. "Nggak mau!" "Oke sekarang bu dokter pilih, mau hapus sendiri lipstik juga ukiran alisnya itu apa saya yang hapus? Kalau saya yang hapus saya pastikan bukan pakai tisu basah tapi..." aku sengaja menjeda kalimatku, dia menatapku. "Tapi apa?" Katanya penasaran, sangat terlihat jelas dia sedanh was - was. Aku tersenyum dan berbisik di telinganya, "Tapi menggunakan bibir saya." Di terkejut dan tangannya langsung terangkat menutup bibirnya membuatku ingin tertawa. "Jangan macam - macam ya." "Makanya hapus sekarang juga." Kataku. "Hadeeehh Danton ribet deh udah cantik begini malah suruh hapus, ya sudah awas dong katanya suruh hapus lipstik gimana saya bisa ambil tisu buat hapus kalau masih di kurung begini." Katanya, dan aku pun menurunkan tanganku. Namun detik berikutnya, lagi dan lagi dia membuatku kesal sampai ubun - ubun karena dokter cantikku ini dengan cepat lari ngibrit keluar ruanganku. "Sorry Danton nggak akan saya hapus." Teriaknya sambil berlari. "Dokter Alvina Putri!" Teriakku kesal. Aku berusaha mengejarnya, berlarian mengejarnya seperti anak kecil hingga ke tengah halaman Yon, sampai aku tak menyadari jika Danyon sudah datang dan sedang menatapku, begitu juga dengan yang lainnya. Aku berdiri membeku karena terkejut, dokter cantikku juga sama terkejutnya, dia diam membeku, suasana jadi sunyi karena semua mata menatap aku dan dokter cantikku. Danyon berjalan mendekatiku membuat jantungku berdetak kencang, sepertinya Danyon akan marah karena sikapku yang childish dan bersiaplah Nendra kamu akan menerima hukuman dari Danyon. Danyon menepuk pundakku, "Lanjutkan Danton, kejar terus bu dokter biar Letjen Hadi Bhadrika Mahya cepat punya mantu." Kata Danyon tersenyum, aku dibuat kaget dengan ucapan Danyon, ya ampun membuatku malu saja karena nama papa sampai disebut. "Om Nendra sama dokter Vina seperti Tom Jerry saja ya, berantem terus tapi aslinya sih saling sayang. Semangat Om doa kami semua menyertaimu." Kata bu Danyon membuatku sekarang ini jadi senyam senyum karena malu iya, gugup juga iya dan bahagia juga iya karena dapat dukungan dan doa dari bu Danyon. Rasanya pengen aku tenggelamkan wajahku ke dalam rawa. Malu sekali menjadi pusat perhatian, sementara dokter cantik sudah ngibrit ke rekan - rekannya meninggalkanku, tega banget dia ini. Awas saja kamu dok, tunggu pembalasanku. Kalau benar Danki baru sampai suka denganmu, aku pastikan saat itu juga kamu akan aku bawa pulang ke Jakarta dan aku nikahi. Mataku tak sengaja melihat Danki yang saat ini sedang menatap ke arah dokter cantik, dan lihatlah singa betinaku juga kenapa sekarang sudah seperti kucing yang malu - malu meong, persis seperti ABG yang lagi di tatap pujaan hatinya saja. Pujan hati? Oh noo Nendra, pujaan hati dokter cantik hanya kamu seorang. Cari cara Nendra agar hari ini kamu bisa mendampingi dokter cantik jangan sampai dia bersama Danki. "Lettu Ganendra!" Aku tersentak kaget karena bahuku di tepuk serda Adit, aku menatapnya bingung. "Lettu Ganedra!" Aku menoleh menatap Danyon yang memanggil namaku. "Siap." "Dengarkan yang tadi saya bilang?" Memangnya Danyon bilang apa? Ya ampun Nendra ceroboh sekali kamu ini, Danyon sedang memberi arahan malah melamun. "Siap salah, maaf tadi tidak fokus." Jawabku, asli aku sudah malu sekali saat ini. Bu Susi tolong tenggelamkan saja saya bersama dokter cantik jangan sendirian karena aku selalu ingin bersamanya. "Lettu Ganendra, jangan melamun dong tenang saja dokter Alvina nggak akan kemana, ya sudah demi kenyamanan hati Danton tampan kesayangan ibu persit ini saya rubah, Lettu Ganendra akan memimpin mengawal dokter Alvina beserta 2 perawat dan Kapten Wisnu bersama dokter Dwi juga 2 perawat." Jelas Danyon membuatku terkejut, tapi bibirku sedikit melengkung tersenyum bahagia, akhirnya Danyon tahu apa yang aku mau. Aku menatap dokter cantik yang saat ini juga sedang menatapku, tatapan tajam setajam sangkur prajurit, aku tersenyum padanya yang langsung di balas dengan melotot ke arahku. Aku hampir saja tertawa melihat tingkahnya itu, sangat menggemaskan. Lihat saja dokter cantik aku pastikan hari ini kamu akan dapat balasan termanis dariku, balasan atas tingkahmu satu minggu ini dan yang barusan saja. Walau kamu membuatku kesal tapi aku akan membalasnya dengan manis hingga kamu tak bisa melupakannya. Senyumku terkembang, sudah banyak rencana dalam otak cerdasku, lihat saja nanti yang akan aku lakukan pada dokter cantik itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN