Hari ini aku cukup sibuk karena ditugaskan Danyon menggantikan Danki menyambut kedatangan para Tenaga Kesehatan yang memang di jadwalkan akan membantu kami semua yang ada di sini, memberikan pelayanan kesehatan secara gratis pada masyarakat dan juga pengetahuan mengenai pentingnya kesehatan.
Truk yang membawa rombongan Nakes sudah sampai di Yon dan terlihat beberapa Nakes ada yang sudah turun, aku berjalan mendekati mereka semua namun langkahku terhenti saat aku melihat seorang gadis yang sedang sibuk mengguncang ponselnya mencari sinyal.
Gadis itu yang empat tahun lalu berhasil membawa seluruh hatiku, gadis yang sudah membuatku jatuh cinta sangat dalam, gadis yang aku temui di Resepsi pernikahan bang Alvand kaka asuhku.
Gadis yang dengan juteknya menolak saat aku mengajaknya berkenalan tapi aku justru menyukainya, jika saat itu aku nggak di panggil Om Firza pasti aku kejar terus sampai aku tahu siapa dia.
Selama empat tahun aku sudah berusaha mencarinya namun tak ada hasil karena keterbatasan waktu juga, aku di Kalimantan dan dia di Jakarta sehingga membuatku makin kesulitan, bang Alvand yang aku tanya juga bingung karena yang datang di resepsinya banyak dan aku juga nggak punya fotonya jika punya mungkin bisa lebih mudah.
Tanpa di sangka aku kembali dipertemukan dengannya di sini, apa ini takdir dan mungkin kami berjodoh? Aku berharap iya, dia jodohku tak apa dia jutek dan mulutnya cerewet yang penting aku cinta.
“Selamat sore semua rekan medis, selamat datang di tanah Borneo yang indah ini. Perkenalkan saya Lettu. Ganendra Badhrika Mahya, disini saya sebagai Danton yang bertanggung jawab selama rekan – rekan ada di sini jadi mohon kerja samanya jika akan pergi atau ada keperluan apa koordinasikan sama saya atau anggota saya.” Kataku memperkenalkan diri dengan tegas, aku memang sengaja mengeluarkan aura prajuritku.
Gadis itu menatapku seperti terkejut dan sedang memikirkan sesuatu, wajahnya terlihat menggemaskan saat aku memperkenalkan diri, aku yakin dia ingat denganku. Jantungku dengan tak tahu dirinya berdetak makin kencang, aku sekuat mungkin berusaha mengendalikan diriku jangan sampai memalukan di depan banyak orang.
Aku memalingkan wajah berpura tak mengenalnya, sungguh aku sangat gugup seperti ABG yang lagi jatuh cinta saja. Kali ini tak akan aku biarkan kau lolos dokter cantik, aku sudah penasaran ingin tau siapa namamu.
“Baik untuk rekan – rekan semuanya silakan memperkenalkan diri, katanya tak kenal maka tak sayang karena saya sudah memperkenalkan diri sekarang giliran rekan – rekan.”
Satu persatu mereka memperkenalkan diri, hingga tiba giliran gadis itu aku benar – benar memasang telinga karena posisinya ada di paling belakang.
“Saya Alvina Putri, biasa di panggil Vina dan saya dokter spesialis kandungan.” Dia menyebutkan namanya, wajahnya datar tanpa ekspresi sama sekali beda sama betina lainnya yang terlihat pada genit, tapi aku tetap suka walau tanpa ekspresi dia tetap cantik.
Alvina Putri nama yang cantik seperti orangnya bak seorang putri, coba itu bibir tipisnya di pakai buat senyum pasti cantiknya bakal naik berkali lipat.
“Baik, terima kasih sudah memperkenalkan diri, untuk ketua Timnya siapa karena ada yang harus saya bicarakan mengenai beberapa program selama 3 bulan ke depan.”
“dokter Vina pak.” Kata pria berkacamata yang tadi kalau nggak salah bernama Alex. Siapa tadi? Vina? Ini suatu keberuntungan atau kebetulan belaka, bahagia? jelas aku bahagia bersorak sorai dalam hati karena pastinya sudah banyak ide di kepalaku untuk dokter cantik ini, tunggu saja tanggal mainnya dokter.
“dokter Vina nanti bisa ikut dengan saya terlebih dulu untuk yang lainnya bisa langsung ke rumah yang akan rekan – rekan tinggali selama di sini dan anggota saya yang akan mengantar, apa ada pertanyaan?” dan semua menggeleng.
“Baik jika nggak ada yang di tanyakan, serda Adit tolong antarkan rekan – rekan.”
“Siap, izin mengantar Danton.” Kata serda Adit dan aku hanya mengangguk.
“Mari bu dokter Alvina ikut ke ruangan saya.” Ajakku dan dia hanya mengangguk saja mengikutiku di belakang. Aku menghentikan langkahku dan berbalik ke belakang tak aku sangka dokter cantik ini menabrak tubuhku, dahinya sangat pas menabrak bibirku jika ada yang melihat pasti mereka kira aku mencium keningnya karena memang aku juga merasakan jika aku mencium keningnya. Keberuntungan lagi apa hanya kebetulan?
“Aduh.” Katanya sambil memegang keningnya, padahal 100% aku yakin nggak sakit tapi dia malah terus mengusap, “Kalau berhenti kasih aba – aba dong pak Danton yang terhormat.”
“Bu dokter kenapa di belakang saya?”
“Ish pelupa apa memang sudah pikun sih, tadi katanya saya disuruh ikut gimana sih.” Aku ingin tertawa melihatnya yang misuh – misuh terlihat menggemaskan sekali, tadi dia bilang apa? Aku pikun dan pelupa? Yang benar saja, kalau ya aku nggak akan ingat dia yang 4 tahun lalu.
“Saya masih muda, ingatan saya masih tajam, saya juga masih ingat empat tahun lalu saat pertama kali kita bertemu.” Kataku tersenyum menaik turunkan alisku.
“Nggak usah di bahas, tadi katanya mau ada yang di bicarakan jadi apa enggak?” jawabnya ketus, benarkan dia masih ingat pertemuan 4 tahun yang lalu.
“Jadilah, sini jalan di samping saya jangan di belakang karena saya nggak butuh bodyguard apa lagi kalau bodyguardnya kurus begini.” Dia langsung melotot mendengar ucapanku, aku terkekeh geli lihat ekspresinya.
“Saran saya sebaiknya anda periksakan mata anda mungkin bukan minus lagi tapi sudah plus, body bohay bak model begini di bilang kurus, asal anda tahu ya yang ngiler punya tubuh kaya saya tuh banyak.” Jawabnya makin ketus, tapi nggak tahu kenapa aku justru makin suka meskipun dia galak.
Apa tadi dia bilang? Body bohay? Kalau di lihat memang iya sih dia sebenarnya nggak kurus karena semua terisi sesuai tempatnya aku hanya menggodanya saja, dia sebenarnya sexy dengan tinggi mungkin ada 160cm atau lebih kulitnya putih bersih, bibirnya yang tipis, matanya yang agak sipit dengan bola mata coklat, hidung yang lumayan cukup buat nangkring kaca mata memang semua pas untuknya.
“Mata saya bukan minus atau plus tapi tertutup sama love yang beterbangan di depan mata.” Kataku sambil membentuk simbol love dengan jari tangan.
“Iisshh pak Danton ini, jadi nggak sih kalau enggak saya mau istirahat.”
“Jadilah, ini pesan danyon dan harus saya sampaikan pada ketua Tim, mari bu dokter jalannya di samping saya jangan di belakang, karena bu dokter calon pendamping hidup saya bukan calon pengawal saya.” Kataku tersenyum dan dia langsung mengepalkan tangannya tepat di depan hidungku.
“Hey enak saja kalau bicara, bosan hidup?”
“Iya, saya bosan hidup sendiri, bu dokter mau menemani saya?”
“Aarrrggghh pak Danton saya mohon dengan sangat kalau ada pesan dari pak danyon dan akan di sampaikan buruan karena saya nggak banyak waktu buat meladeni anda.” Aku ingin sekali tertawa melihat wajahnya yang frustasi karena ulahku tapi aku tahan, sabar Nendra ini baru hari pertama, stop menggodanya karena masih ada hari besok dan besoknya lagi selama 3 bulan dia disini.
“Ya sudah ayo jalan, apa mau saya gendong?”
“Dantooonn.” Suaranya menggeram terdengar menakutkan, dia sudah sangat kesal denganku.
“Galak banget sih, untung cantik.” Kataku yang langsung balik badan jalan duluan takut kalau dia makin kesal.