Marchel Jagat Wirjaya terjaga dari tidurnya. Ia kembali bermimpi buruk yang lagi-lagi membuatnya kacau. Tak hanya jantungnya yang berdetak cepat sekaligus kencang. Sebab tubuhnya juga sampai kuyup keringat, apalagi mimpi yang ia alami juga masih mimpi yang sama.
Mimpi yang terasa begitu nyata itu bukanlah Marchel alami bersama Yiara calon istrinya. Melainkan wanita bernama Angel dan teramat asing baginya.
Belum sempat menenangkan diri, derit terbukanya pintu kamar juga semakin membuat Marchel kacau.
Keyra Miranti, kakak perempuannya itu menatapnya penuh kekhawatiran. Keyra membawa nampan berisi mangkuk terbilang besar berikut segelas teh yang masih disertai kepulan asap tipis.
Baru Marchel sadari, ia tidak ada di kamarnya, melainkan kamar lain dan Marchel kenali sebagai kamar tamu di kediaman Arden Wicaksono, selaku suami Keyra. Selain itu, yang lebih mengusik Marchel, tak lain mengenai tangan kiri Marchel yang sampai dihiasi selang infus.
“Apa yang terjadi? Kenapa suamiku menemukanmu dalam keadaan pingsan?” tanya Keyra yang kemudian duduk di sebelah Marchel dan meletakan nampan yang dibawa, di nakas dengan tidak bersemangat.
Marchel yang masih duduk agak selonjor, berangsur duduk dan tak menjawab.
Tak lama setelah kepergian Keyra, seseorang kembali mendatangi Marchel yang masih bengong, duduk selonjor sambil menyandar pada sandaran tempat tidur. Arden, kali ini pria itu yang datang.
Arden menatap Marchel dengan tatapan yang sulit Marchel artikan. Anehnya, Arden sampai mengunci pintu kamar keberadaan mereka.
“Berhentilah dari sekarang,” ucap Arden sesaat setelah ia berdiri di depan sisi Marchel, sembari bersedekap. Ia menatap sang ipar penuh keseriusan.
Setelah sempat menunduk kebingungan, Marchel memberanikan diri untuk menatap Arden. Ia sengaja mengulas senyum kendati pernyataan Arden membuatnya menduga-duga, rahasia besarnya sudah tercium oleh kakak iparnya.
“Satu detik saja aku telat menemukanmu, kamu pasti sudah mati, Chel! Aku tahu semuanya, bahkan komplotan mafia yang kamu ikuti!” lirih Arden penuh penekanan dan menatap Marchel sambil mendelik.
Marchel langsung menunduk tak bersemangat.
“Berurusan dengan mafia itu enggak mudah, Chel. Orang-orang yang kamu sayangi bisa menjadi taruhannya. Jadi, sebelum semuanya semakin jauh, kamu benar-benar harus berhenti dari sekarang!” tegas Arden lagi.
“Kamu benar-benar harus berjanji!” tegas Arden lagi lantaran Marchel masih saja menunduk sekaligus bungkam.
“Aku akan selalu mengawasimu!” tegas Arden lagi sebelum berlalu meninggalkan Marchel seorang diri.
Tak lama dari kepergian Arden, ponsel Marchel yang ada di nakas sebelah kanan, bunyi. Sebuah telepon masuk Marchel dapati menjadi penyebabnya.
“Big Boss?” batin Marchel yang menjadi menatap layar ponselnya dengan serius, tatkala mendapati kontak yang menghiasi layar ponselnya.
Marchel segera menjawab telepon tersebut. “Hallo …?”
“Datanglah ke tempat karauke xxxx yang ada di pusat perbelanjaan blok M sekarang juga ….” Suara lirih seorang pria terdengar tertata dan mengingatkan Marchel pada sepenggal mimpi buruknya. Jantung Marchel menjadi berdentam kacau karenanya.
***
Seorang wanita berpenampilan modis, melenggang santai di tengah keramaian yang ada di depan sebuah gedung pusat perbelanjaan.
“Sifat seseorang bisa aku lihat dengan sangat mudah. Jika auranya berwarna merah apalagi gelap, berarti mereka orang jahat. Namun jika mereka memiliki aura yang cerah seperti penampilanku setelah menjalani skin care rutin dan sukses membuat uangku terkuras tuntas, berarti mereka orang baik.”
Wanita muda berpenampilan menarik tersebut bernama Krystal, si Guardian Angel yang memiliki sifat serakah layaknya manusia. Dari hobinya berbelanja barang-barang mewah dengan harga fantastis, selain Krystal yang selalu berpenampilan modis mengikuti perkembangan fashion.
Meski kedua tangannya telah dipenuhi karton belanjaan, mata Krystal masih kerap jelalatan mengamati setiap yang dilalui khususnya toko fhasion maupun gerai yang memajang sederet mobil mewah. Krystal tak ubahnya belatung nangka yang tidak bisa diam di setiap matanya melihat barang-barang mewah tersebut, apalagi jika barang tersebut dibandrol dengan harga yang fantastis.
Mengenakan sepatu boots setinggi lutut warna merah menyala senada dengan mantel hangat yang dikenakan, kaki Krystal yang sudah jenjang dan mengenakan rok mini sepaha nyaris sama panjangnya dengan mantel, menjadi tampak semakin jenjang. Penampilan Krystal yang terbilang kelewat modis melebihi publik figur, memang teramat mencolok. Namun, karena ia berbeda dari penghuni kehidupan lainnya, ia bebas melenggang tanpa ada yang bisa memperhatikan apa lagi menyentuhnya, bahkan ketika Krystal menerobos kerumunan, layaknya sekarang. Semua yang Krystal terobos tetap baik-baik saja.
“Itu … itu … itu!” Telunjuk kanan Krystal yang kukunya berkutek merah menyala, sibuk menunjuk semua barang mewah yang diinginkan. “Semua itu, akan aku beli besok! Lihat saja!” Krystal tersenyum yakin kemudian menikmati pemandangan padatnya orang-orang di sana yang kebanyakan diselimuti aura gelap, apalagi mereka yang berwajah bengis atau malah sibuk dengan gawai masing-masing, sambil terus melangkah cuek terhadap sekitar.
Brak ….
Seorang pria bertubuh bidang dan mengenakan setelan jas hitam, mendadak menabrak sebelah bahu Krystal. Tubuh Krystal terempas dan menjadi agak limbung, selain Krystal yang sampai merasa panas luar biasa dari bekas tabrakan pria tersebut, tak ubahnya dibakar.
Kacamata hitam tebal sekaligus besar yang Krystal beli dengan harga mahal, nyaris turun melewati hidung Krystal yang mancung. Krystal buru-buru menariknya dengan hati-hati. “Ini kacamata mahal dan keluaran terbaru. Jangan sampai rusak!”
Yang membuat Krystal penasaran, kenapa pria itu bisa menabraknya? Karena ketika seseorang yang tidak Krystal kehendaki sampai bisa melihat apalagi menyentuh Krystal, dengan kata lain, manusia itu akan mati dalam waktu dekat. Namun untuk kasus kali ini, dirasa Krystal sangat berbeda.
“Pria itu … apakah kejahatannya terlampau besar, sampai-sampai, tubuhnya saja seperti kobaran api neraka? Astaga … untung bahuku tidak sampai gosong!” Krystal sibuk meniup-niup bahunya yang sempat tertabrak.
Namun, ada satu hal yang baru Krystal sadari dan sukses membuat Guardian Angel cantik itu syok. “Manusia itu bisa menabrakku? Berarti sebentar lagi dia akan matti?” batinnya kegirangan. “Astaga … aku harus mengikuti dan mengajaknya bekerja sama, sebelum Grim Reaper si pria dingin menyebalkan itu menangkapnya!”
“Apalagi kalau dilihat-lihat, pakaian termasuk semua aksesori yang pria itu pakai, berharga mahal. Bisa kupastikan, dia akan menjadi sumber keuanganku hingga aku bisa kembali belanja dan ke salon sepuasnya!” Krystal kegirangan, berlari penuh semangat mengejar si pria sesaat setelah kembali mengenakan kacamata hitamnya, karena dalam keadaan apa pun, Guardian Angel berambut hitam panjang dan bergelombang itu selalu ingin tampil cantik bahkan sempurna.
Namun belum apa-apa, sekelebat hitam yang menguap dibarengi kepulan asap pekat berwarna senada, mengiringi kemunculan sesosok pria bertubuh bidang yang juga mengenakan jubah hitam.
Pria bermata sipit dengan tatapan kelewat dingin tersebut berdiri dan menghalangi langkah Krystal. Jika melihat rahang tegas si pria yang menjadi kian mengeras, menandakan pria yang tak lain Grim Reaper tersebut, juga memberi Krystal peringatan keras.
Di waktu yang sama, pria yang tengah akan Krystal kejar juga menoleh dan menatap Krystal dengan tatapan bingung. Pria yang tak lain merupakan Marchel itu menatap tak percaya sosok Krystal.
“Wanita itu …? Dia wanita bernama Angel yang ada di mimpiku!” batin Marchel yakin. Ia sampai kembali dan mencoba mendekati Krystal di antara lalu lalang di sana yang dipadati pengunjung pejalan kaki.
Bersambung ….