Episode 3 : Jiwa yang Meninggalkan Tubuhnya
“Biarkan jiwa-jiwa yang seharusnya pergi, pergi dengan semestinya,” tegas Grim Reaper seiring manik matanya yang menghitam, menatap Krystal bersama asap hitam yang turut terpancar dari kedua matanya, membuatnya yang memiliki penampilan garang, menjadi semakin menyeramkan.
Krystal sama sekali tidak takut kepada sosok pria yang tengah ia hadapi. “Tapi mereka berhak mendapatkan kesempatan. Mereka berhak mendapatkan ‘misi terakhir’ yang akan menentukan apakah jiwa mereka berhak kembali memiliki kehidupan, atau justru gagal!” balas Krystal dengan emosi yang berkobar. Bibir tipis berisinya yang dipoles gincu merah menyala, sampai mencebik.
Krystal nyaris menerkam Grim Rraper hidup-hidup andai saja pria itu tidak tersenyum sarkastis. Karena bukannya membalas dengan kemarahan layaknya sebelumnya, Grim Reaper justru menyikapi Krystal dengan kelewat santai dan sampai bersedekap. Suatu kenyataan yang semakin membuat Krystal kesal.
Sedangkan Marchel yang awalnya tengah menghampiri Krystal tanpa bisa melihat keberadaan Grim Reaper yang menjadi lawan bicara Krystal, mendadak mendapat telepon masuk di ponselnya. Telepon masuk dari sang “Big Boss” dan membuat Marchel harus segera bergegas, apa pun alasannya.
Marchel tak lagi hanya melangkah tergesa, sebab setelah sampai kembali mengantongi ponselnya, Marchel sampai berlari menerobos lalu lalang di sana, memasuki pusat perbelanjaan yang baru saja Krystal tinggalkan.
“Maksudmu, … ‘misi rahasia’ yang diam-diam kamu jadikan bisnis ilegal hanya untuk memenuhi keserakahanmu berbelanja, bersenang-senang layaknya manusia?” Grim Reaper kian tersenyum mengejek, tapi Krystal tak tinggal diam.
Krystal mengentakkan kaki kanannya dan membuat dataran sekitar sana terbelah bagi Grim Reaper yang seketika melesat terbang, kendati pria itu tidak memiliki sayap. Lain halnya dengan orang-orang di sekitar sana yang menjadi panik lantaran meski mereka tak sampai melihat permukaan yang Krystal injak terbelah, mereka merasakan guncangan dahsyat tak ubahnya gempa.
“Berani-beraninya kau kabur dariku? Turun sini, hadapi aku!” omel Krystal berseru sambil menengadah demi mendelik menatap Grim Reaper yang masih ada di atas sana dan turut menatapnya.
Setelah kembali tersenyum sarkastis, bukannya turun dan melawan Krystal layaknya apa yang Krystal tantangkan, Grim Reaper sengaja berlalu menuju kepergian pria yang sebelumnya menabrak sekaligus sedang Krystal kejar.
“Woiii … pria itu milikku! Jangan menangkapnya. Belum waktunya!” Krystal terus berlari, terengah-engah dan mulai kewalahan.
“Astaga … kenapa aku begitu bodoh? Aku bahkan bisa menghilang dengan mudah dan pergi ke mana pun dalam sekejap!” uring Krystal yang detik itu juga langsung menghilang.
***
Di salah satu ruang karaoke VIP, Marchel yang baru menyelusup dan sampai mengenakan topi hitam yang sengaja Marchel turunkan hingga sebagian wajahnya tertutup, segera menodongkan pistolnya ke arah dua pria paruh baya bertubuh tambun yang sedang duduk di sofa besar bersama beberapa wanita berpakaian minim yang menggerumuti.
Suasana yang dihiasi degup musik kencang di mana semuanya awalnya sedang tersenyum senang, menjadi dikuasai ketegangan. Mereka yang jumlahnya ada sepuluh orang langsung tercengang, menatap Marchel tak percaya.
Dor ….
Peluru pertama yang Marchel lepas bersarang di d**a kanan pria yang mengenakan kemeja lengan panjang warna merah. Empat wanita yang awalnya menggerumuti si pria, kompak melipir dan merunduk di lantai seberang. Begitu pun ketika Marchel juga melepaskan pelurunya terhadap pria paruh baya yang duduk di sofa kulit warna cokelat di seberang. Keempat wanita yang sudah ketakutan, kompak melipir, merunduk dan berkumpul di sudut seberang sebelah sofa.
Beberapa saat kemudian, Grim Rraper datang. Ia menatap tak percaya apa yang Marchel lakukan sebelum fokusnya tercuri pada jiwa ke dua pria paruh baya yang seketika keluar dari raga masing-masing.
Ke dua jiwa pria paruh baya itu bisa melihat Grim Reaper, sebelum akhirnya menatap marah sosok Marchel yang seketika berlalu dari sana. Awalnya, mereka akan mengejar Marchel. Namun ketika tatapan mereka tak sengaja menatap satu sama lain, juga keberadaan tubuh mereka yang tergeletak mengenaskan di sofa, mereka justru kebingungan.
“Apa-apaan, ini?” ucap mereka berusaha menyentuh tubuh mereka, tapi mereka tidak bisa. Selain itu, mereka juga menyadari, semua wanita di sana dan awalnya menemani mereka untuk bersenang-senang, tak lagi bisa melihat mereka.
Hanya si pria pengguna jubah hitam dan memiliki tatapan bengis saja yang mampu melihat mereka. Di mana kemudian, pria yang tak lain Grim Reaper tersebut juga menghampiri mereka.
“Saatnya pergi,” ucap Grim Rraper.
Kedua pria paruh baya yang ada di hadapan Grim Reaper kebingungan.
“Pergi ke mana?” tanya si pria yang mengenakan kemeja lengan panjang warna merah.
“Iya. Pergi ke mana? Terus, … terus kenapa kami enggak bisa menyentuh apa pun, apalagi masuk ke tubuh kami?” timpal si pria satunya lagi sembari menatap Grim Reaper penuh kepastian.
Meski sempat balas menatap yang bersangkutan, tapi Grim Reaper tetap diam dan justru mengalihkan fokus perhatiannya ke depan.
Slereb! Kabut putih mengiringi kemunculan Krystal tak jauh dari punggung Grim Reaper. Krystal muncul di tengah kenyataannya yang masih terengah-engah. “Tunggu sebentar … tunggu sebentar!” ucap Krystal yang sampai membungkuk sembari mengatur napas pelan.
“Siapa lagi itu?” lirih si pria yang mengenakan kemeja hitam. Ia melongok kehadiran Krystal yang sukses membuat matanya berbinar.
“Ya ampun … wanita cantik! Sangat cantik!” timpal si pria yang mengenakan kemeja warna merah.
Mendengar itu, Grim Reaper yang masih memunggungi keberadaan Krystal, langsung menghela napas sambil menggeleng tak habis pikir. Lain halnya dengan Krystal yang seketika terbuai, tertawa dan mendadak kemayu.
“Selera kalian benar-benar bagus!” ucap Krystal di sela tawanya sambil sesekali bertepuk tangan.
Kedua pria di sebelah Grim Reaper bergegas menghampiri Krystal dengan tatapan mereka yang menjadi beringas. Keduanya kompak mengambil alih karton belanjaan yang memenuhi kedua tangan Krystal.
“Sini kami bawakan biar kamu enggak capek,” ucap kedua pria tersebut dan langsung di-iyakan oleh Krystal.
“Ah iya … aku benar-benar lelah. Tanganku sangat sakit dan sepertinya perlu yang bikin rileks. Ke salon mewah, contohnya.” Krystal sengaja bertutur manja. “Tapi aku enggak punya uang.”
“Kami bayarkan … kami bayarkan. Ayo, kita bersenang-senang!” ucap kedua pria tersebut meyakinkan.
Semakin Krystal bermanja ria, semakin bengis pula lirikan Grim Reaper terhadap Krystal.
“Ahaha … lebih baik kita bersenang-senang. Apalagi belum waktunya kalian ikut dia,” ucap Krystal.
“Dia? Ah iya, omong-omong, dia siapa?” ucap si pria berkemeja hitam.
“Dia? Tentu saja dia si galak Grim Reaper!” Krystal menerangkan sembari terus tersenyum ceria.
Meski awalnya kedua pria di hadapan Krystal masih sibuk tersenyum dan memang karena terpesona pada kecantikan seorang Krystal, tiba-tiba saja mereka terdiam karena terkejut, kemudian refleks menatap satu sama lain.
“Grim Reaper? Maksudnya, … maksudnya, malaikat kematian? Malaikat maut?!” ucap si pria berkemeja biru sambil menatap Krystal penuh kepastian. Kali ini, ia maupun rekannya, tak lagi sibuk senyum, melainkan menatap Krystal penuh keseriusan.
Setelah sempat terdiam bingung, Krystal kembali ceria. “Nah, iya. Kalau kalian sampai ikut mereka, kalian akan langsung masuk neraka. Apalagi lihat … kalian mati saat melakukan maksiat!” jelasnya santai.
Rona takut tak kuasa kedua pria di hadapan Krystal halau. Keduanya kompak menatap satu sama lain.
“Jadi, kami benar-benar sudah mati?” tanya si pria berkemeja hitam.
“Nah … iya ….” Krystal masih mengangguk-angguk santai dan kadang tertawa kecil.
Setelah kompak syok dan tak kuasa berkata-kata, kedua pria tersebut mendadak sesak napas bahkan terjatuh dengan salah satu tangan meremas d**a.
“Lho … lho? Hei … arwah penasaran dilarang pingsan. Ah, maksudku … arwah penasaran enggak mungkin pingsan apalagi serangan jantung!” tegur Krystal yang sampai agak membungkuk, menatap kedua wajah di hadapannya penuh keseriusan.
Merasa muak, Grim Reaper balik badan dan membuatnya menatap Krystal. Di mana di waktu yang sama, wanita berpakaian minim yang masih ketakutan, kompak bergegas meninggalkan ruang keberadaan mereka.
Krystal menegapkkan tubuh dengan santai. Ia bersedekap sambil menatap Grim Reaper penuh kemenangan. Sedangkan kedua jiwa pria paruh baya tadi, bergegas bangkit dan berdiri di sisi Krystal, menghadap Grim Reaper.
“Sebelum kalian benar-benar mati, kalian akan mendapatkan kesempatan untuk menjalani ‘misi terakhir’. Misi di mana nasib kalian akan ditentukan. Apakah kalian layak kembali hidup, atau justru, kalian memang harus mati,” ucap Krystal yang menatap Grim Reaper sambil tersenyum kemayu. Tangan kanannya sibuk memilin asal rambut indahnya yang tergerai.
Grim Reaper yang masih menatap bengis Krystal, membalas Krystal yang jelas sedang merayakan kemenangannya, dengan tersenyum sarkastis. “Orang-orang seperti mereka tak mungkin berhasil menjalani misi terakhir dari kamu, apalagi mereka-mereka ini tak ubahnya ‘sampah’ kehidupan!”
Meski hanya diam, Krystal yang semakin mengepakkan senyumnya terhadap Grim Reaper, justru menjawab dalam batin, “Yang penting mereka punya banyak uang dan akan memberiku banyak uang, hingga aku bisa kembali bersenang-senang!”
“Dasar … Guardian Angel gadungan!” cibir Grim Reaper sambil melirik sinis Krystal, kemudian berlalu dari sana sebelum akhirnya mendadak menghilang dan sukses membuat kedua pria paruh baya yang bersama Krystal, kebingungan.
“Tapi omong-omong, ke mana pria aneh tadi, pergi?” batin Krystal mencari-cari keberadaan Marchel yang tidak ia jumpai di sana.
Bersambung ....