“Ibunya Slamet sama semua orang kampung, ngira aku stres, ya? Sampai-sampai, aku dipasung gini?” Marchel merasa sangat jengkel. Menjadi Slamet membuatnya mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Ningsih yang mendapatkan pertanyaan tersebut menunduk bingung. “Ibunya Slamet kan, … ibunya Mas, juga?” Tiba-tiba saja, Ningsih merasa ragu dengan keputusannya membuka pasung Slamet. “Jangan-jangan, Mas Slamet memang ‘gangguan’? Efek jatuh di sawah malam-malam. Tingkahnya masih aneh,” pikirnya. Dan Marchel sadar, Ningsih menjadi ragu bahkan curiga. Ningsih terlihat akan kembali memasungnya. “Ahhahha … tadi maksudnya memang gitu! Ibu Siti … ibuku!” ucap Marchel tiba-tiba berusaha meredam kecurigaan Ningsih. “Chel, nih perempuan mulai ragu. Kamu wajib yakinin dia. Dia mulai yakin kamu gilaa!” Krysta