Slamet berpikir untuk melawan. Memungkiri apa yang dihadapi, agar ia bisa tetap bertahan mengendalikan sekaligus memiliki kehidupan Marchel. Hidup enak, sempurna, baik dari rupa, harta, keluarga, bahkan wanita dan tak lain Yiara. Dan Slamet tidak mau kehilangan itu semua. “Hahaha ….” Itu kenapa Slamet mendadak tertawa layaknya kini. Ia akan bersandiwara untuk mengelabuhi sosoknya yang entah dikendalikan siapa? Slamet belum mengetahuinya. “Kamu pikir aku takut sama kamu? Aku enggak kenal kamu! Minggir! Ngapain kamu nakut-nakutin aku?” omel Slamet. Marchel yang menghadapi Slamet merasa terzolimi. Marchel merasa tubuh bahkan kehidupannya menjadi ternodda semenjak tubuhnya dikendalikan jiwa Slamet. Lihatlah, mana pernah seorang Marchel tertawa bak orang bodoh sambil ngupil terus asal lap