Rengga POV. Berlalulah hari dengan hubunganku dan Sinta yang semakin dekat, dan mulai mengundang reaksi dari trio curut, terutama Omen yang memang sekelas denganku dan duduk sebangku. “Belum elo tembak juga tuh perawan jendral?” tegur Omen setelah Sinta berlalu menghampiri Karin an Noni di kios bakso. Aku tertawa. “Tuh cewek udah giring kandang, jalan dari sini ke situ aja, izin sama elo. Jangan niru kampret yang pengecutlah” omel Omen berikutnya. Aku meringis. “Bukan takut di tolak Men, lebih ke takut buat kecewa kalo gue nembak Sinta trus akhirnya kita pacaran” jawabku. Omen berdecak. “Gue serius, Sinta itu sempurna banget buat gue” tambahku. “NONSENSE!!” bentak Omen keras. Aku tertawa lagi. Semenjak duduk sebangku dan kami sering komunikasi, akhirnya aku banyak mengenal sikap