2 - athena

1379 Kata
Dua bulan memiliki personal assistant yang benar-benar personal assistant dirasa membantu Armando. Ia bisa mengajak Jeff keluar ke kelab malam atau sekadar mengundangnya main ke apartemennya tanpa harus memikirkan Jeff yang harus tetap sober jika sewaktu-waktu ada hal yang harus diselesaikan. Bukan hanya itu, Armando juga merasa jadwalnya amat tertata dan jelas. Ada update tiap harinya dan juga reminder apa yang akan ia lakukan dalam seharian nanti. Ia tidak perlu mengurus rencana kepergian untuk membantu Jeff yang sebelumnya memegang peran ganda. Semenjak ada Rose, Armando benar-benar merasa terurus tanpa perlu ikut mengurus. Ia tahu bahwa kandungan Rose minggu ini sudah memasuki minggu ke-35. Ia mengetahui itu dari postingannya di status w******p milik Rose yang ada dalam kontak w******p pribadi Armando. Beberapa hari sebelumnya Rose mengunggah foto mirror selfie dengan caption yang membuat Armando tergerak hatinya. Happy 35 weeks inside Mommy, Baby, may the first time we meet each other will not be our last time together, begitu tulisnya. Sayangnya, caption manis sekaligus mengharukan itu tidak cukup mengalihkan fokus Armando yang sudah terlanjur terpaku pada badan Rose. Ia memang hanya mengenakan sport bra dan celana dalamnya saja di foto itu, memamerkan perut besarnya. Bagaimana bisa Armando tahan untuk tidak mengusapkan tangannya di perut bulat itu? Ia benar-benar sudah berusaha kuat menahan diri selama dua bulan belakang. Tidak ada pernah Rose mengunggah foto dengan laki-laki lain, menyebut ayah anaknya, keluarganya, tidak pernah sama sekali. Dan Armando merasa itu adalah lampu hijau yang menandakan bahwa tidak ada ikatan yang membuat ia tidak bisa mengikat Rose. Setidaknya ia akan mencoba, entah kapan. Dua bulan bekerja sebagai personal assistant seorang Armando Lee, direktur utama Lee Corporation memberikan Rose beberapa pengetahuan baru. Ia jadi tahu bahwa Armando menikmati berada dalam jet pribadi miliknya. Ia juga menikmati penerbangan komersil, baik dengan maskapai mahal seperti Etihad Airways, namun juga tidak keberatan jika menempuh perjalanan dengan maskapai sekelas Jetblue. Armando bukan tipikal orang yang menikmati perjalanan bisnis yang harus ia tunaikan sehingga ia selalu memilih untuk segera kembali pulang. Tidak peduli selarut apa acara selesai atau perbedaan zona waktu. Rose seringkali kesulitan untuk mendapat tiket yang sesuai. Ia harus bisa memilih waktu yang tepat agar Armando tidak perlu menunggu lama setelah acara selesai dan bisa segera pulang. Ia jadi tahu jika Armando left-handed. Ia juga tahu bahwa jika Armando datang tepat pukul sembilan pagi, itu artinya Armando langsung berangkat ke kantor setelah mandi kilat. Meski bukan tipikal morning person, Armando terlambat datang ke kantor maksimal jam sembilan lewat lima belas menit. Biasanya jika sudah terlambat, Armando akan meminta Rose mendatangkan booth Starbucks ke kantor dan membebaskan karyawannya menikmati minuman dan makanan kecil yang disediakan. Armando selalu memilih sarapan di kantor. Terkadang ia membawa bungkusan sandwich ketika datang, atau meminta Rose membelikannya sarapan. Armando menyukai sarapan dengan baked oatmeal dengan topping pisang dan cokelat. Memesankannya saja Rose ingin mual membayangkan oatmeal yang biasanya ia nikmati seperti memakan bubur itu harus dimasak dengan cara dipanggang. Aneh. Semua yang ia ketahui tentang Armando selama dua bulan ia menjadi personal assistant-nya jauh dari apa yang ia bayangkan ketika mendengar namanya sebelum ia bekerja untuknya. Armando jauh dari gambaran seorang direktur utama yang ada di kepalanya. Laki-laki itu tidak malu mengakui kesalahan, tidak keberatan mendapat sanggahan. Satu lagi yang Rose tahu tentang Armando. Ia menyukai menikmati kopi hitamnya dengan gula, bukan krimer. Dan Rose menganggap itu suatu yang amat seksi. What a manly taste. Hanyut dalam lamunannya, Rose sampai tidak menyadari ada seorang perempuan hendak membuka pintu ruangan Armando tanpa meminta izin terlebih dahulu pada Rose yang meja kerjanya berada di luar ruangan Armando. "Permisi, Ibu," ujar Rose yang segera bangkit dari duduknya. "Apa sudah membuat janji untuk bertemu dengan Bapak Lee?" Seingat Rose, pagi ini tidak ada janji yang dibuat Armando dengan orang lain. Begitu pula sebaliknya, tidak ada orang lain yang meminta bertemu dengan Armando. Perempuan berambut cokelat gelap yang diikat kuda itu menoleh pada Rose yang berjalan menghampiri. Ia menurunkan tangan kanannya yang sebelumnya menyentuh gagang pintu. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam kantong coat warna krem yang ia kenakan. Pandangannya melihat ke arah Rose dari ujung kaki ke puncak kepala. "Hmmm..." gumamnya seraya beberapa kali menganggukkan kepala. Tidak lama kemudian ia membalik badan dan membuka pintu ruangan Armando. Rose dibuat terkejut dan berusaha mencegahnya namun perempuan itu sudah terlanjur masuk di ruangan Armando. "Oppa, setidaknya jika kamu meng-hire seorang personal assistant, kamu juga harus mengenalkannya padaku," kata perempuan itu sedikit berteriak sambil berjalan ke arah Armando yang melihat ke arahnya dan Rose yang membuntut di belakang. "M-maaf, Pak. Tapi..." "Stop memanggilku Oppa!" sahut Armando, memotong kalimat yang hendak disampaikan Rose. Armando memijat pelipisnya melihat perempuan itu duduk di atas meja kerjanya. "Bagaimana mungkin? Halmeoni dan Harabeoji bisa mengomeliku tanpa henti jika aku berhenti memanggilmu Oppa," sahut perempuan itu dengan bibir mengerucut. Rose melihat pemandangan di hadapannya antara Armando dan perempuan itu hanya bisa diam mematung tanpa tahu apa yang harus ia lakukan. Haruskah ia memanggil security atau keluar dari ruangan untuk memberi mereka waktu berdua? Ia tidak mengerti istilah asing yang mereka ucapkan barusan, dan mengapa Armando meminta perempuan itu untuk berhenti memanggilnya dengan panggilan tadi. Mengapa perempuan itu memanggil Armando dengan Opa? Armando tampak terlalu muda untuk memiliki cucu. "Tapi mereka sedang tidak ada di sini," ucap Armando yang kemudian menghela napas kesal. Perempuan itu melihat Rose yang masih berdiri tidak jauh dari meja kerja Armando. Ia lantas menunjuk ke arah Rose. "Kamu tidak ada niatan memperkenalkanku padanya?" tanya perempuan tadi. "Ia sempat menanyakan apa aku sudah membuat janji untuk bertemu denganmu. I mean, why should I?" Armando memanggil Rose untuk datang mendekat. Rose menurut dan kini berhadapan dengan Armando yang masih duduk di kursi kerjanya. Perempuan itu menyunggingkan senyum yang dibalas Rose dengan senyuman pula. "Rose, perkenalkan," kata Armando. "Perempuan menyebalkan yang mungkin sempat membuatmu bingung ini adalah Athena Lee, adikku." "Dan, Thea, perkenalkan. Dia adalah personal assistant-ku, Rosaline Clark." Perempuan itu turun dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Rose. Ia tersenyum lebar dan menjulurkan tangan kanannya. "Panggil saja Thea," ucap Thea memperkenalkan diri. Rose tersenyum. "Cukup panggil saya Rose, Ibu Thea," balasnya. Thea melepas tangannya dan tertawa pada Armando. "Kamu memintanya memanggilmu dengan Pak?" tanya Thea dengan nada mengejek. "Dia bekerja untukku, lalu kenapa?" Armando balik bertanya. "Kamu juga mau memanggilku Pak?" Thea memutar bola matanya, kesal dengan kakaknya yang selalu saja serius. Rasanya kantor tempat kakaknya bekerja menggantikan posisi ayah mereka cukup berhasil menghilangkan kakaknya yang seru dan mengasyikkan dulu. "Aku dengar dari Mommy, katanya kamu mau pergi ke Honolulu?" tanya Thea yang kembali duduk di atas meja kerja kakaknya. Armando mengangguk. Ia sudah biasa dengan Thea dan mulutnya yang selalu banyak tanya. "Ikuuuut," rengeknya. "Libur Natal tahun lalu aku sudah mengajakmu ke Osaka tapi kamu menolak," sahut Armando yang berhasil membuat Thea mengerucutkan bibir. Thea memukul meja kerja Armando pelan untuk mendapat perhatian kakaknya. Melihat interaksi keduanya setelah tahu bahwa mereka kakak beradik membuat Rose gemas. "Tolong bedakan business trip yang memakan waktu beberapa hari dan liburan, ya!" ucap Thea yang membuat Armando terkekeh. Tangannya mencubit pipi Thea dengan gemas. "Kamu pikir ke Honolulu hanya liburan? Aku juga ada urusan yang harus diselesaikan di sana, Yeodongsaeng," balasnya sebelum kemudian melepaskan cubitannya dari pipi Thea yang jadi memerah karenanya. Thea mendengus kesal. Tangannya sibuk ia usap-usapkan pada pipinya yang bekas dicubit Armando. Ia melirik jam yang melingkari tangannya dan bangkit berdiri. "Belikan aku kacang Macadamia dan Hershey's Kisses with Macadamia Nuts. Untuk Hershey's Kisses belikan yang banyak. Oh, dan jangan lupa cookies dari Honolulu Cookie Company!" Thea sibuk mengabsen barang-barang yang selalu ia beli tiap kali pergi ke Hawaii. Bahkan ia rela merogoh kantong sedikit dalam untuk mendatangkan barang-barang itu dari Hawaii ke apartemennya. Armando menghela napas dan menggelengkan kepala pelan melihat tingkah adik perempuannya itu. "Thea," panggilnya lembut, membuat Thea menoleh dan menaikkan satu alisnya. "Hm?" "Kamu tahu apa tujuan aku mempekerjakan Rose, bukan? Hubungi dia langsung, beri dia catatan titipanmu tadi. Dengan begitu, kamu bisa pastikan tidak akan ada alasan aku lupa membelikannya untukmu," ucap Armando, diakhiri kedipan mata kanannya. Thea mengacungkan jempolnya dan segera mengajak Rose keluar dari ruangan Armando. Laki-laki itu tersenyum melihat dua perempuan tadi menghilang di balik pintu ruangannya yang sudah ditutup dari luar. Ia memang ada urusan yang harus diselesaikan di Honolulu, tapi bukan tentang pekerjaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN