“Saya bisa jelaskan, Pak Dewa,” ujar Igun gugup. Dewa tidak bergeming, memandang datar Reyna dan Igun yang masih terkejut, tapi tatapannya memberi kode kepada Reyna untuk datang ke ruang kerjanya. “Gun.” Reyna memegang tangan Igun, dia cemas sekali. “Sudah, kamu temui dia. Kalo dia marah-marah ya kamu tinggal jelaskan saja. Aku nanti juga akan jelaskan.” Reyna mengatur emosinya agar tidak terlalu panik, dan Igun mengusap-usap punggungnya, memberinya dukungan. Setelah dirasa cukup tenang, Reyna melangkah menuju ruang kantor Dewa, dan ternyata ada Dika di sana, dan keduanya sedang bercakap-cakap serius. Melihat Reyna datang, Dika pun pamit dan pergi, dia tidak lupa tersenyum ke arah Reyna. “Reyna, kita makan siang di hotel Maritim sekarang,” ujar Dewa yang tampaknya tidak begitu memper