“Yang aku dengar dari mulut Dewa, si gadis licik itu melamar menjadi sekretaris di kantor Dewa, dan Dewa yang seketika memilihnya untuk menjalankan pernikahan kontrak itu. Selebihnya aku tidak tahu.” “Kamu benar-benar bodoh, Anggi. Kenapa tidak kamu tanyakan saja ke Dewa, bagaimana dia sampai berpikiran menikah dengan Reyna.” Anggi memejamkan matanya sejenak, mengutuk dirinya. “Dia bilang Reyna bisa diajak kompromi.” “Aku nggak percaya begitu saja, nggak percaya Dewa yang tiba-tiba berpikiran menikah dengannya dengan alasan itu, lagi pula kenapa harus perempuan cantik itu,” ujar Olga, kata-katanya mengaduk perasaan Anggi. Anggi memicingkan matanya, tersenyum sinis, sedikit kesal mendengar pujian Olga tentang Reyna. “Huh, ya, cantik. Benar dia cantik.” “Anggi. Hei, aku bukan bermaksud