Tempat terlaksananya pernikahan itu adalah sebuah Villa dengan halaman luas yang bahkan memiliki sebuah labirin di pekarangannya.
Dan untuk menghindari tamu undangan yang mulai berkumpul di halaman belakang villa, Kriss sengaja berlari ke dalam labirin setinggi dua meter itu, karena hanya dengan begitu mereka tidak akan terlihat oleh pria-pria kekar yang menjaga sekitar Villa.
"Kau tahu jalan keluarnya?" tanya Angel cemas. Pasalnya dari tempat mereka berdiri saat ini, dia tidak bisa melihat apapun selain pagar hijau tinggi yang setiap tikungan dan belokannya tampak sama.
"Ini Villa keluargaku." Kriss menjawab singkat, tapi sudah memberi Angel rasa aman untuk mengikutinya tanpa banyak bertanya.
Hingga akhirnya labirin berkelok itu berakhir, Kriss kembali menarik Angel menyeberangi lapangan golf yang diapit oleh hutan pinus, dan ada juga danau buatan.
Ketika Angel kesulitan menghitung berapa hektar halaman villa itu, mereka akhirnya bertemu tembok tinggi, yang di baliknya bisa terdengar suara kendaraan berlalu lalang.
"Aku tidak mengerti, sebenarnya untuk apa membangun Villa pribadi di atas lahan seluas ini?" Angel menghapus keringat yang menetes dari dahinya. Dia berpikir bahwa tubuhnya sudah cukup atletis karena dia selalu menjaga stamina tubuh dan rajin berolahraga, tapi sekarang betisnya seolah akan meledak karena kelelahan. "Coba pikirkan berapa banyak bensin yang bisa kau habiskan hanya dengan berkendara pulang pergi dari gerbang ke depan villa."
Kriss juga sedang berupaya mengatur pernapasannya. "Apakah itu penting sekarang?"
"Tidak, aku hanya terlalu lelah jadi harus mengalihkan perhatianku atau aku akan kehilangan tekad dan memilih kembali sebagai pengantin yang ditinggalkan dari pada lanjut melarikan diri."
Kriss memutar mata. "Bicara banyak justru bisa menguras lebih banyak energi."
"Kalau begitu diam dan jangan mendebat semua ucapanku."
Kriss tercengang, padahal dirinyalah yang sedang memperingatkan, kenapa malah dia juga yang dapat teguran untuk diam?
Angel mengabaikan tatapan tajam pria itu dan mendongak menatap pagar tinggi di hadapan mereka. "Sekarang, bagaimana kita akan melewati ini?"
Kriss mengikuti arah pandang Angel sebelum menoleh lagi untuk melihat gaun pengantin yang sedang gadis itu pakai. "Lepaskan gaunnya."
Angel melepaskan veil panjang di atas kepalanya kemudian mengikat benda itu ke pergelangan tangannya. "Aku tidak memakai lembaran lain selain celana dalam dan bra di balik gaun ini."
"Apa?"
Angel menoleh, kemudian dengan wajah datar berkata, "Perias pengantin mengatakan bahwa ini bisa membuatmu senang karena tidak perlu membuka terlalu banyak baju di malam pertama."
Seketika, Kriss tersedak ludahnya sendiri, hingga terbentuk-batuk. "Kenapa kau bisa mengatakan kalimat seperti itu dengan wajah yang sangat biasa!"
"Lalu, haruskah aku memasang wajah malu-malu?"
"Tidak, aku masih perlu tenaga dari makanan di perutku untuk melarikan diri." Kriss berdehem pelan. "Kalau begitu robek saja roknya, kau tidak akan bisa memanjat jika memakai gaun seberat itu."
Angel mengerutkan kening. "Ini pakaian pernikahan nenek dan ibumu, meskipun telah dimodifikasi, tetap saja ini gaun yang sangat berarti untuk keluarga Dancel."
"Tidak apa-apa, aku akan bertanggung jawab."
Meski diberikan keyakinan seperti itu, Angel masih enggan merusak gaun pernikahan orang lain, jadi dia memilih meraih semua bawahan gaun itu, menggendongnya disatu tangan seperti sebelumnya dan mendekat ke dinding. "Kemari, pinjamkan bahumu."
"Hah?"
"Aku tidak bisa memanjat tanpa bantuan, jadi kau harus kemari dan bantu aku naik."
"Kau ingin menginjak bahuku?"
"Ya."
"Pagar ini setinggi dua meter, kau yakin bisa memanjatnya begitu saja?"
"Memangnya kau punya alat yang bisa digunakan memanjat dengan lebih mudah?"
" ... Tidak."
"Kalau begitu, jangan banyak bicara dan membungkuk." Angel mempersiapkan diri dan memastikan gaunnya tidak mengganggu nantinya. "Lagi pula pagar ini tidak ada apa-apanya dibandingkan pagar sekolah kita dulu, kalau saja ada pohon yang lebih dekat, aku tidak akan meminta bantuanmu."
" ... "
Oh iya, Kriss hampir lupa kalau saat pertama kali bertemu dengan Angel, gadis itu tiba-tiba saja jatuh menimpanya dari atas pagar.
Beberapa saat kemudian, ketika Angel berhasil naik ke atas pagar dan melompat turun, Kriss juga menyusul dengan cepat.
"Yes! Akhirnya ...
Kriss berpikir, ketika mereka berhasil keluar dari pagar villa, itu artinya mereka telah berhasil lolos. Tapi yang menyambut Kriss begitu mendarat di seberang pagar adalah deretan penjaga berseragam hitam, yang menatap mereka dengan wajah datar.
Kriss bahkan tidak sempat menyelesaikan seruan keberhasilannya ketika salah satu dari penjaga itu memegang benda yang menempel di telinganya dan melapor.
"Target ditemukan, keduanya melarikan diri bersama."
Sama seperti Kriss, Angel yang telah mendarat lebih dulu tak kalah terkejutnya dan hanya bisa diam mematung sambil menatap pada penjaga itu dengan ruat masam. "Kau punya ide lain?" tanyanya pada Kriss tak lama kemudian.
Kriss tidak menjawab, tapi merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa kartu kredit yang diantaranya ada black card. "Jika kalian membiarkan kami pergi, aku akan memberikan dua kali lipat dari bayaran ayahku pada kalian."
Bayaran para penjaga di rumah Dancel cukup tinggi, terlebih di saat ada pesta seperti ini, jadi jika dijumlahkan menjadi dua kali lipat, nominalnya pasti sangat tinggi.
Tapi alih-alih tergiur, salah satu penjaga itu justru memegang alat komunikasinya kembali dan berkata, "Bos, tuan muda menawarkan dua kali lipat bayaran Anda jika kami membiarkannya pergi."
Entah apa yang Mr. Dancel ucapkan hingga seluruh wajah penjaga itu cerah, tapi yang pasti setelahnya, mereka semua bergerak dan mengelilingi Angel dan Kriss, tidak memberikan keduanya celah untuk lari.
Angel mendekat ke arah Kriss dan berbisik. "Bukankah kau pemegang sabuk hitam? Apa tidak bisa mengalahkan mereka semua?"
Tapi, sesaat setelah Angel mengatakan itu, sejumlah mobil datang, yang isinya adalah penjaga kekar berjumlah dua puluh orang lagi.
" ... "
Kriss dan Angel saling memandang, sebelum menghela napas keras bersamaan.
Sepertinya, memang tidak ada jalan untuk melarikan diri dari pernikahan ini lagi. Karena setelah itu, Ayah Kriss dan Kakek Angel menyusul, dengan wajah sangar dan penuh kemarahan.
Pelarian selama dua puluh menit akhirnya gagal.
Kriss dan Angel dibawa pulang di bawah tatapan tajam Mr. Dancel dan Mr. Auclair, kemudian dikembalikan ke kamar hias yang kini keamanannya dijaga ketat.
Begitu melihat penampilan Angel yang berkeringat, berantakan dan kotor, pria melambai yang bertugas menghiasnya pingsan selama dua menit sebelum sadar dan mula menangis hingga make up nya luntur semua.
"Oh, karya seniku disia-siakan dengan begitu rendah, aku bahkan belum sempat mengabadikan momennya, hiks."
Angel bahkan tidak bisa mengeluarkan suara karena kekesalannya sudah bercampur dengan rasa bersalah.
Hari itu, Angel tidak tahu lagi bagaimana bisa dia bertahan menjalani hari. Setelah tertangkap, dia dihias kembali, mengganti gaun dan sepatu kemudian masuk altar diantar oleh kakeknya, yang masih setia memasang wajah seolah ingin membunuh orang.
Kemudian mengucap janji bersama Kriss yang rautnya tidak jauh lebih baik darinya.
"Sekarang, kalian resmi menjadi suami istri. You may now kiss the bride."
Angel mengeraskan rahang dan berdesis. "Jangan berani-berani menciumku di si ...
Tapi seolah sudah putus asa dan kehilangan akal, Kriss mengabaikan ucapan Angel dan menariknya mendekat, tanpa ragu-ragu meraup bibir merahnya yang masih terbuka itu.
Bunga-bunga berjatuhan dari langit-langit aula, sedangkan suara tepuk tangan yang memekakkan hampir membuat Angel pingsan karena rasa kesal.
Beberapa jam kemudian.
Kedua mempelai yang masih memakai jas dan gaun pengantin menatap lautan lepas di hadapan mereka, juga bayangan kapal pesiar yang berjalan semakin jauh meninggalkan pelabuhan kecil yang tempat keduanya berdiri.
Di atas dek, Angel dan Kriss bahkan masih bisa melihat lambaian tangan kedua orang tua mereka yang seolah masih meneriakkan 'Happy Honeymoon!'
Angel mengalihkan tatapannya dari kapal itu lebih dulu dan berbalik menatap villa mewah yang dinding-dindingnya didominasi oleh kaca. "Honeymoon?" Angel tertawa pelan. "Aku tidak menyangka akan ada hari di mana aku menjadi salah satu orang yang melakukannya."
"Aku sudah lama memimpikan ini, tapi orang yang ada di sampingku bukan yang aku inginkan." Kriss ikut berbalik dan mendesah pelan.
Angel mengabaikannya, berjalan lebih dulu dan melempar sepatunya ke sembarang tempat begitu menginjak pasir.
"Tunggu aku." Kriss menyusul, tidak lupa memungut sepatu yang dilemparkan Angel dan berlari kecil untuk membantu gadis itu mengangkat gaunnya yang terseret begitu saja di pasir. "Kau tidak lapar?" tanyanya.
"Lapar, aku hanya makan roti sandwich tadi pagi."
"Aku juga." Begitu masuk ke rumah, Kriss menatap sekeliling dan menyadari bahwa rumah itu kosong melompong. "Wah, ibu dan ayahku sangat jahat, dia bahkan tidak menyediakan maid untuk memasak untuk kita."
"Tidak apa-apa, aku akan memasak." Angel melepaskan veil dan tiara dari kepalanya dan menuju dapur. "Berdoa saja bahan makanannya lengkap."
"Kau masih bisa masak?"
"Tentu saja masih."