Bab 11 Bersama-sama Melarikan Diri

1404 Kata
Ketika Angel terbangun dan menemukan dirinya di kamar asing dan setengah telanjang di atas tempat tidur yang sama dengan Kriss, firasat buruk yang pernah menghampirinya ketika hari pertemuannya dengan Kriss di rumah kakek neneknya kembali. Seolah sesuatu yang lebih kacau dari kejadian semalam sedang dalam perjalanan ke arah mereka. Dan hal pertama yang harus dia lakukan untuk menghindari itu adalah melarikan diri. Tapi masalahnya, si b******k yang berbaring bersamanya memeluk seperti gurita, tidak mau lepas tak peduli sekuat apa Angel berusaha untuk meninggalkan kungkungannya. Jadi, Angel tidak punya pilihan lain selain berupaya untuk membangunkannya terlebih dahulu. "Kriss, bangun." "Hum?" Angel berdesis pelan ketika Kriss justru mengeratkan pelukan seolah hendak mematahkan punggungnya. "Kriss!" "Lima menit lagi." Kriss mengeluh, selagi menyamankan wajahnya diantara gundukan lembut gadis di pelukannya. Selama memulai karir di dunia kerja, Angel selalu berupaya mempertahankan temperamennya yang tenang, agar ketika menghadapi klien dengan sikap apapun, dia selalu bisa menanganinya dengan senyum dan sikap profesional. Tapi hari ini untuk pertama kalinya Angel ingin menjambak rambut seseorang dan menariknya keras-keras agar si pemilik bisa sadar dan melepaskannya. Bukannya dia keberatan dipeluk, hanya saja entah apa yang sedang Kriss mimpikan, setelah memeluk seolah akan mematahkan tulang punggung, pria itu kini menancapkan giginya di d**a Angel. Rasanya sangat sakit hingga Angel harus menggigit lidah agar tidak berteriak keras. "Kriss! Bangun!" "Dua meni ... Plak. Angel pada akhirnya tidak tahan dan memukul wajah pria itu dengan keras. Seketika, Kriss membuka mata penuh kebingungan "Huh? Apa? Kenapa?" Angel dengan cepat menarik diri dari pria itu dan menutupi dadanya yang kini memiliki bekas gigitan besar dan merah. "Apa kau binatang? Kenapa kebiasaan menggigitmu saat dibangun ... " "Huh?" Saat sadar apa yang baru saja hampir dia ucapkan, Angel cepat-cepat menutup mulutnya. "Kau menggigitku." Kemudian hanya mengucapkan dua kata itu dengan nada yang agak pelan. "Angel? Kenapa kau di sini?" Untungnya, nyawa Kriss sepertinya belum sepenuhnya kembali dan masih kebingungan. "Aku juga tidak tahu, tapi yang pasti kita harus meninggalkan tempat ini dulu." Angel menyingkap selimut untuk turun dari tempat tidur, sepenuhnya memperlihatkan tubuhnya yang hanya ditutupi dua pakaian dalam. Kemudian mulai menjelajahi seisi ruangan untuk mencari barang-barangnya. Pemandangan itu berhasil sepenuhnya membangunkan Kriss, sekaligus adik kecil yang biasanya memang aktif saat pagi. Jadi, dengan wajah memerah, dia cepat-cepat menumpukkan selimut ke pangkuannya. "Apakah kita melakukannya?" tanyanya perlahan. "Tidak." Angel melirik sekilas dan hampir melepaskan tawa begitu melihat rambut berantakan Kriss yang seperti sarang burung, belum lagi wajah pria itu yang memerah. Matanya kemudian turun pada tumpukan selimut yang ditekan di pangkuan pria itu dan mendengus. "Apa? Kau terangsang?" "Ini pagi hari, jadi wajar jika bereaksi seperti ini. Lagipula, kenapa kau tidak cepat-cepat pakaian baju?" "Tidak ada baju." "Huh?" "Baju kita sepertinya dibawa kabur oleh entah siapa." Angel menjatuhkan diri kembali ke tempat tidur. "Ponsel juga tidak ada." Saat ini, kondisi Kriss tidak jauh lebih baik dari Angel, karena dia hanya memakai selembar celana dalam. Jadi tidak ada yang bisa keluar untuk mencari bantuan atau sekedar pergi untuk beli baju. Kemudian, diantara keheningan itu, tiba-tiba saja terdengar sedikit keributan di luar, yang diikuti oleh ketukan. "Tuan Kriss? Nona Angel, apakah kalian sudah bangun?" Angel spontan menjawab sudah, tapi titik fokus Kriss sepertinya berbeda, karena begitu pintu mulai terbuka, dia dengan sigap membawa selimut dan melompat untuk memeluk Angel, menarik gadis itu sepenuhnya tenggelam di dalam selimut bersamanya dan hanya memperlihatkan kepala mereka. Yang masuk ke ruangan adalah sekelompok wanita berpakaian modis, di pimpin oleh pria ber-make up tebal dan berkuku panjang nan lentik. "Oh ya ampun, ya ampun mataku ternodai." Pria ramping dengan suara mendayu menutup kedua matanya dengan jari-jari yang terbuka lebar, juga mata yang sangat rakus menatap dua orang di atas tempat tidur. "Apakah kami datang di saat yang salah? Jika ya, aku tidak keberatan menunggu di depan pintu sebentar." "Tidak, tidak apa-apa. Hanya saja saat ini kami sedang tidak memakai baju jadi sedikit canggung untuk menyambut kalian dengan baik." Angel melonggarkan pelukan Kriss di lehernya agar tidak tercekik dan tersenyum ramah. "Hum ... bisakah kami mendapatkan pakaian dulu?" Angel tahu keberadaan orang-orang ini tidak mungkin hanya sebuah kunjungan, tapi saat ini poin penting yang harus mereka selesaikan adalah masalah pakaian. Pria berpakaian orange terang itu menutup mulut. "Tentu sayangku, pakaianmu semuanya tersedia." Angel dan Kriss menghela napas pelan. Tapi agak-agaknya terlalu cepat lega, karena kalimat pria ramping itu selanjutnya membuat keduanya mematung. "Baik, sekarang pisahkan pengantin pria itu dari calon istrinya dan bawa ke ruangan sebelah untuk bersiap." "Pengantin!" *** Satu jam kemudian, Angel yang masih kesulitan mencerna keadaan telah duduk di depan cermin dengan wajah yang sepenuhnya telah dipoles makeup, juga sudah memakai gaun pengantin panjang serta veil dan mahkota kecil. Menjadi pengantin dadakan, Angel benar-benar tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi meskipun dia tahu Sharon dan ibunya sedang merencanakan sesuatu. Sekarang, bagaimana dia bisa menghindar dari pernikahan ini? Karena menurut informasi yang dia dapatkan dari perias yang mendandaninya, pernikahan ini telah disiapkan dengan matang, tamu-tamu bahkan memiliki undangan, yang berarti jebakannya sudah terencana dengan matang sebelumnya, hanya menunggu dia dan Kriss memakan umpannya. Diantara lamunan dan isi kepala yang berkecamuk, Angel tiba-tiba mendengar suara siulan. Yang pertama hanya berbunyi sekali, lalu setelah jeda sejenak di susul oleh siulan kedua yang berbunyi putus-putus hingga empat kali, kemudian yang ketiga berbunyi tiga kali. Untuk sesaat, Angel tidak bisa bereaksi, karena suara itu adalah kode rahasia yang sudah sangat lama tidak Angel dengar. Dan artinya ... "Ugh ... Angel menutup mulutnya, dan bisa merasakan kecemasan mulai menjalar di tubuhnya, diikuti oleh rasa mual dan pusing. Jika Kriss terus menerus membunyikan siulan itu, Angel tidak yakin bisa menjaga kesadarannya lebih dari lima menit. Jadi Angel cepat-cepat mengangkat gaunnya dan berlari menuju pintu balkon. Untungnya saat ini, orang-orang yang meriasnya sedang disibukkan dengan hal lain di luar. "Berhenti bersiul!" Angel menekan suaranya, bersandar pada pintu dan memelototi pria yang berdiri di seberang pagar pembatas bal ... kon. Eh tunggu, bukannya ini lantai dua? Angel membelalak dan berlari menghampiri pria itu. Ketika melihat Kriss berdiri di atas tangga segitiga, barulah dia bisa menghela napas lega. "Ya ampun, aku pikir kau memanjat dengan tangan kosong." Angel bahkan tidak sadar bahwa kecemasan akibat phobianya hilang seketika. Kriss yang terpana semenjak Angel keluar dari pintu dengan gaun pengantin tersadar dan berdehem beberapa kali. "Kemari, kita tidak punya banyak waktu." "Mau kemana?" tanya Angel bingung. "Melarikan diri tentu saja." Kriss mengangkat alis. "Atau kau memang mau menikah denganku?" "Jangan bercanda, tentu saja tidak mau." "Kalau begitu tunggu apa lagi, kita harus meninggalkan tempat ini sebelum acaranya dimulai." Kriss mengulurkan tangan ke arah gadis itu. "Jangan khawatir, aku akan memegangmu, kita tidak akan jatuh." Tapi, melihat gaun pengantinnya yang berat dan panjang, Angel tidak bisa merasa tenang karena harus turun menggunakan tangga seperti itu dari lantai dua. Jadi dia memberikan solusi lain. "Kriss, kau saja pergi, jika pengantin prianya tidak ada, pernikahannya juga tidak akan bisa terlaksana." "Lalu bagaimana denganmu?" "Huh?" Angel mengerutkan kening tak mengerti. "Jika pengantin pria kabur di hari pernikahan, tentu pernikahan tidak bisa dilaksanakan, tapi setelahnya rumor akan menyebar bahwa Angelica Auclair ditinggalkan di hari pernikahannya. Apa kau mau digosipkan seperti itu?" Angel cukup terkejut, tapi tertawa setelahnya. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa di saat seperti ini Kriss masih sempat untuk mencemaskan dirinya. Dia mendorong tangan Kriss dengan lembut. "Tidak apa-apa, untuk gosip yang tidak mengenakkan, aku sudah terbiasa, jadi tidak akan mempengaruhiku." "Kebiasaan buruk seperti itu tidak boleh dibiasakan." Kriss menggeram, kemudian tanpa aba-aba menarik pinggang Angel, tanpa memberi gadis itu kesempatan untuk memberontak, dia sudah menggendongnya dengan satu tangan menyeberangi pembatas balkon, sedangkan tangannya yang lain erat memegang tangga "Pegang dengan erat." Ketinggian yang Angel temukan ketika melihat ke bawah membuatnya merinding, jadi dia tidak berani melayangkan protes meski ingin, hanya bisa pasrah memeluk leher Kriss erat dan menyembunyikan wajahnya di sana tanpa berani menarik napas. Jika mereka jatuh, sudah pasti ada dua atau tiga tulang yang patah jika mereka berhasil selamat. Kriss terkekeh pelan dan menepuk punggung Angel. "Oke, kau bisa berhenti mencekik leherku, kita sudah mendarat." Angel membuka mata perlahan dan menghela napas keras. "Aku sudah berencana menulis tuntutan ratusan juta dolar jika aku jatuh dan bangun dalam keadaan cacat," gerutunya. Kriss hanya menanggapi itu dengan tawa bangga, kemudian meraih tangan Angel. "Ayo cepat, kita harus pergi sebelum ketahuan." "Hum." Meskipun bukan hari yang menyenangkan, Angel yakin bahwa hari ini akan menjadi hari yang akan sulit dia lupakan bahkan di hari tua nanti. Pemandangan sepasang pengantin yang kabur bersama-sama dari acara pernikahan mereka sendiri, bukankah sangat unik?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN