3

1014 Kata
Saat jam istirahat, Risa memilih makan siang di kantin perusahaan yang bangunannnya berdekatan dengan lobi. Di sana, dia duduk sendirian. Mengingat dia tergolong pegawai baru, Risa jadi belum punya teman. Tak menghiraukan sekeliling yang ramai dan sesekali orang meliriknya, Risa memilih memainkan ponselnya. Berkomunikasi dengan rekan-rekannya di Surabaya. Juga berkomunikasi dengan orangtuanya yang tinggal di Bogor. Risa sudah memberitahu orangtuanya kalau dia dipindahkan ke Jakarta. Namun, Risa tak akan mengatakan pada orangtuanya kalau Andra lah yang menjadi atasannya sekarang. Orangtua Risa tentu senang saat tahu Risa pindah kerja ke Jakarta. Dengan jarak yang tak terlalu jauh, Risa bisa lebih sering pulang ke kampung halaman untuk menjenguk orangtuanya. Saat sedang membalas pesan dari teman-temannya di Surabaya, Risa menyadari ada seseorang yang berdiri di samping mejanya. Mendongak, Risa menatap orang itu. "Boleh aku duduk di sini? Sepertinya kamu sendirian." Keanu, kepala HRD kantor datang lagi dan menemani Risa. Risa pun mengangguk, memperbolehkan. "Boleh aku mengajak temanku? Rasanya tak nyaman jika kita hanya berdua. Yang lain akan berpikiran yang tidak-tidak," ungkap Keanu. Lagi-lagi, Risa mengangguk memperbolehkan. Keanu pun memanggil temannya yang ternyata seorang perempuan. "Hai. Aku ikut duduk di sini ya." Wanita berpakaian formal sama seperti Risa itu langsung duduk di samping Keanu, di hadapan Risa. Dia menampilkan senyuman yang manis dan ramah. Membuat suasana tak terlalu canggung. "Kamu sekretaris baru Pak Andra kan?" Wanita berambut ikal itu bertanya langsung pada Risa. Sepertinya, wanita itu tipe-tipe orang yang supel. Tak susah akrab dengan orang baru. "Iya." "Kenalkan, aku Rahma Fitriani. Kepala divisi pemasaran. Namamu?" Wanita bernama Rahma itu mengulurkan tangan, seraya mengenalkan diri. Risa tersenyum dan membalas uluran tangan Rahma. "Aku Marisa Adriana. Panggil saja Risa." "Bagaimana pekerjaanmu di hari pertama?" Rahma kembali bertanya seraya memotong daging panggangnya. "Cukup baik. Hanya perlu membiasakan beberapa hal saja," jawab Risa. "Aku rasa, kamu bisa bekerja dengan baik deh. Aku yakin, Pak Andra gak akan memecatmu seperti yang lain," lanjut Rahma. Mendengar itu, Risa hanya tersenyum kecil. "Sebenarnya, sekretaris yang aku rekrut punya pengalaman yang bagus. Hanya saja, entah kenapa setelah bekerja mereka semua jadi mengecewakan," keluh Keanu. Jelas, dia yang bertugas merekrut sekretaris untuk direktur utama merasa bersalah. Padahal, dia tak asal merekrut. "Yang aku lihat, mereka punya kinerja yang baik dan bagus. Sayang, mereka kurang tahan terhadap godaan. Maksudku, direktur utama kita kan masih muda gitu. Ya, jadi mereka pikir, Pak Andra itu pria nakal. Yang akan melahap jika disodorkan makanan lezat. Makanya, mereka terus berusaha menggoda Pak Andra," ungkap Rahma. "Hanya Kinan saja yang bisa bertahan lama jadi sekretaris Pak Andra. Yang lain, benar-benar mengecewakan," ucap Keanu. "Kenapa dia berhenti kalau kerjanya bagus?" Risa yang sedari tadi hanya mendengarkan mulai bersuara. Menanyakan tentang Kinan, yang barusan dibahas oleh Keanu. "Dia menikah. Dan suaminya melarang dia kerja. Ya wajar saja lah. Soalnya, gosip tentang Kinan dan Pak Andra itu udah jadi rahasia umum di perusahaan." Rahma menjawab. "Gosip?" Risa bertanya heran. "Iya. Pak Andra dan Kinan sempat digosipkan menjalin hubungan. Entah itu benar atau tidak. Yang jelas, Kinan ternyata malah nikah sama orang lain," jawab Rahma lagi. "Kenapa sih jika seorang bos dan sekretaris selalu saja di gosipkan menjalin hubungan?" Risa bertanya, dengan nada sedikit jengkel. Dulu, saat masih jadi sekretaris Hendra juga sering terdengar gosip dia jadi simpanan bosnya. Nyatanya, itu tak benar. Keanu dan Rahma yang mendengar pertanyaan Risa barusan saling tatap kemudian tertawa tanpa dosa. "Entahlah, Ris. Tapi, rasanya hal itu lumrah sekali." "Iya. Tapi kan gak semuanya begitu. Ada yang memang hanya sebatas atasan dan bawahan saja." "Iya, aku tahu, Risa. Tapi, siapa juga yang bisa menolak pesona Pak Andra? Udah jadi direktur utama, masih muda, ganteng lagi." "Kamu juga naksir?" tanya Risa langsung. Rahma cengengesan mendengar itu. Kemudian, dia mengangguk dengan mantap. "Ya tentu saja. Apalagi, Pak Andra itu gak pernah terkena skandal main wanita. Pria idaman banget deh." Dengan terang-terangan, Rahma memuji Andra. Risa hanya bisa diam saja mendengar itu. Sebaik itukah mantan suaminya? "Berdo'a saja, Ris. Semoga kamu gak ikut jatuh hati," ledek Rahma. Risa mendelik kesal mendengarnya. Ah, baru kenal saja Rahma sudah berani menggodanya seperti itu. "Pak Andra itu, orangnya serius dan tak suka bercanda. Banyak yang bilang juga, Pak Andra terlalu otoriter. Dan katanya, Pak Andra menyukai wanita yang lugu dan manis." "Dari mana kamu tahu itu?" tanya Risa heran. "Eh, Ris, setiap hari para karyawati menggosipkan Pak Andra loh. Saling bertukar informasi," ucap Rahma. Terselip rasa bangga dari ucapannya barusan. "Heran saja. Kenapa suka sekali membahas Pak Andra?" tanya Keanu. "Idih, bilang aja kamu iri karena gak ada yang suka," cibir Rahma. Keanu mendengus kesal mendengarnya. Sementara Risa, hanya bisa tertawa. Selesai makan, mereka pun masih diam di kantin dan terus mengobrol. Risa dan Keanu satu pembicaraan, membicarakan masalah pekerjaan. Sementara Rahma, terus saja membahas Andra. Seakan-akan ingin Risa tertarik dengan pembahasannya. Saat jam istirahat selesai, mereka bertiga kembali ke kantor dan bekerja lagi. Risa merasa iri, karena Keanu dan Rahma tidak bekerja sendirian. Maksudnya, di lantai tempat mereka bekerja banyak orang. Sementara Risa, sendirian. Berdua dengan Andra. Dan tentu saja, tak satu ruangan. Melirik jam dinding, jarumnya menunjukkan pukul satu siang. Dan setengah jam lagi, ada rapat. Risa pun mulai menyiapkan dokumen yang yang diperlukan saat rapat nanti. Saat sedang menyiapkan dokumen pembahasan, Risa mendengar suara pintu yang terbuka. Secara refleks, Risa menengok ke arah suara. Dan matanya bertemu dengan tatapan Andra secara tak sengaja. Dengan cepat, Risa mengalihkan tatapan dan berdiri menghadap Andra. "Apa ada jadwal rapat lagi hari ini?" tanya Andra tanpa basa-basi. "Ada dua rapat lagi, Pak. Rapat dengan Starship Company akan dilaksanakan setengah jam lagi. Satu lagi rapat dengan TR Corp yang akan dilaksanakan pukul empat sore nanti," jawab Risa dengan lugas. Mendengar itu, Andra mengangguk. Dia yang semula berniat pergi keluar, kembali masuk ke ruangannya. "Siapkan dokumennya. Jangan sampai ada yang kurang dan tertinggal," peringat Andra. "Baik," balas Risa. Sosok Andra pun kembali hilang di balik pintu. Risa menghembuskan nafas pelan setelahnya. Merasa lega. "Tak kusangka akan sesulit ini," gumam Risa. Seprofesional apapun dia, sulit untuk melupakan fakta tentang status antara dia dan Andra. Dan Risa merasa malu karena itu. Padahal, Andra sendiri sudah memperingatkannya. "Aku harus berusaha lebih keras lagi."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN